13

511 60 5
                                    

Peringatan: Chapter berikutnya mengandung deskripsi adegan yang cukup banyak mengandung unsur darah. Silakan baca dengan pertimbangan pribadi Anda, dan hentikan membaca jika Anda merasa adegan tersebut mungkin kurang nyaman atau mengganggu Anda secara emosional. Kami berharap Anda tetap menikmati karya ini dengan rasa hormat terhadap sensibilitas dan preferensi individu.

—--

Mereka datang bersama-sama, membawa semangat petualangan dan tekad untuk mengungkap kembali misteri di balik rumah hantu itu.

Misi kali ini adalah komunikasi yang akan dilakukan oleh Pharita, orang yang selama ini menyimpan rahasia keistimewaan yang Tuhan berikan padanya.

Namun, ada hal yang menarik tentang perjalanan kali ini, mereka tahu bahwa sekarang mereka tidak perlu takut lagi, karena ada iringan do’a dari orang tua mereka.

Jangan lupakan juga kalau mereka saat ini datang bergerombol, karena Minji, Hyunsuk, Jihoon, dan Haruto ikut menemani. Langkah para gadis itu jadi lebih percaya diri, rasa takut mereka bahkan bisa ditekan hampir setengahnya.

Ruka, Pharita, Asa, dan yang lainnya memerlukan bantuan roh penjaga yang telah lama mendiami rumah Minji. Roh penjaga itu adalah seorang perempuan paruh baya yang selama ini menetralisir kekuatan negatif dari rumah hantu ke rumah Minji, roh yang tahu sedikit banyak cerita kelam di rumah hantu itu. Dia setuju untuk membantu mereka dalam misi komunikasi kali ini.

Saat mereka tiba di depan rumah hantu, suasana menjadi semakin mencekam. Cahaya matahari yang mulai terbenam menciptakan bayangan-bayangan yang menyeramkan di sekitar mereka. Pharita, yang memiliki kemampuan khusus untuk berkomunikasi dengan hantu, sudah merasa bahwa mereka tidak sendirian.

"Ada yang mengawasi kita," Pharita berkata dengan suara pelan.

Ruka, yang selalu penuh semangat, menambahkan, "Ayo, kita harus masuk dan mencoba komunikasi sama hantu itu. Kita bisa cari tahu apa yang dia inginkan buat ngehapus kutukan."

Mereka mulai memasuki rumah angker itu, dan suasana semakin mencekam kala jam menunjukan pukul 6 petang. Dinding yang berlapis debu, perabotan tua yang terlupakan, dan langkah-langkah mereka yang bergema di lantai yang penuh dengan bercak darah menciptakan aura mistis tersendiri, banyak yang menyalakan senter membuat ruangan lebih terlihat jelas.

Roh penjaga yang membantu mereka, meskipun sekarang dia tidak dapat menunjukkan eksistensi dalam wujud manusianya, tapi dia merasa hantu perempuan yang pendendam itu perlahan mendekati.

Pharita dengan mata tajamnya mencoba mengidentifikasi kehadiran hantu tersebut. "Aku ngerasa ada sosok seseorang di sini, hampir deket sama kita."

Semua orang menjadi waspada setelah Pharita mengatakan itu, bahkan Hyunsuk langsung terperanjat karena Jihoon tiba-tiba memeluk lengan kanannya.

“Hoon, lepasin! Masa gitu doang dah takut?!” Ucap Hyunsuk dengan nada penuh kesal, konsentrasinya jadi buyar karena kelakuan adik lelakinya.

“Sorry, Bang. Gua udah merinding nih gak tahu kenapa.” Timpal Jihoon sambil melepaskan tangan kakaknya.

Semua orang yang tadinya sudah waspada dan takut tiba-tiba ikut tercairkan oleh kelakuan Jihoon, tidak sampai beberapa saat kemudian.

“Dia di sana!” Ucap Pharita mengisyaratkan dengan pandangannya pada ujung koridor lantai satu, dimana itu menjadi jalan ke kamar yang menjadi saksi bisu sebelum kejadian mengenaskan dulu.

Semua orang mengikuti arah pandangan Pharita, semua senter diarahkan pada titik itu. Sebenarnya mereka tidak melihat apa-apa, yang bisa melihat itu hanyalah Pharita dan roh pembantu.

6 PM [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang