8

556 67 10
                                    

𝚂𝚎𝚜𝚞𝚊𝚝𝚞 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚝𝚞𝚓𝚞𝚊𝚗 𝚔𝚒𝚝𝚊, 𝙷𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚍𝚒𝚜𝚎𝚛𝚝𝚊𝚒 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚛𝚓𝚞𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗

🦊



Saat mereka mencapai atas tangga, pintu salah satu kamar terbuka perlahan.

Apa yang mereka temukan di dalam kamar membuat mereka merinding. Di dalam, ada bayangan gelap yang berdiri di tengah ruangan. Yang jelas terlihat hanya rambut panjang yang terurai lurus menutupi seluruh wajah. Perlahan mereka maju beberapa langkah, Rora sudah tidak bisa mengendalikan ketakutannya, sampai lengan Haram merah akibat cengkraman jari-jari tangannya.

Chiquita yang menggandeng tangan kakaknya pun ikut berkeringat dingin, belum lama mereka masuk, namun kesannya seperti memang mereka sangat ditunggu-tunggu kedatangannya.

Ahyeon mencoba berbicara dengan bayangan gelap itu, bertanya-tanya siapa yang ada di sana, tetapi tidak ada jawaban. Bayangan itu terus berdiri diam, dan suasana menjadi semakin mencekam.

"Siapa kamu?" ucap Ahyeon dengan nada bergetar. Tangannya pun kini mencengkram hebat telapak tangan Chiquita.

"Tunjukin wujud asli kamu! Kita gak takut!" Chiquita ikut bersuara padahal lututnya sekarang sudah hampir lemas.

Kemudian, bayangan itu dengan cepat bergerak mendekati mereka. Sontak semuanya kaget dan berteriak.

"AAAAAA..." Teriakan mereka semua menggema di lantai atas. Keempatnya langsung berbalik dan berlari turun tangga, mencoba melarikan diri. 

Namun, pandangan Ahyeon tiba-tiba kabur saat tinggal memijaki empat anak tangga terakhir, membuat dia kehilangan keseimbangan sampai akhirnya tersungkur sekaligus ke lantai dasar. Sementara yang lainnya sudah berpijak di lantai satu, Ahyeon paling belakang jatuh  sekaligus yang membuat kepalanya terbentur keras dan mengeluarkan darah segar.

"Ahyeon!"

"Kakak!" 

"Kak Ahyeon!" 

Semua panggilan itu menggema dalam satu frekuensi dari tiga gadis yang sudah berhasil turun tangga duluan.

Chiquita, Haram dan Rora terperangah menyaksikan itu, mereka langsung berlari mencoba membangunkan Ahyeon yang sudah meringis dan terkujur lemah.

"De, ini Sakiiittt!" Ahyeon merintih setelah tubuhnya ditopang oleh Chiquita. Tangannya menahan aliran darah segar yang terus mengalir dari kepalanya. Air matanya ikut serta dalam kekacauan itu.

"Kakak, Kakak harus bertahan. Aku mohon!" bibir Chiquita bergetar saat mengatakan itu, bagaimana bisa dia menahan air mata melihat kakaknya celaka. Pelukannya lebih kencang lagi, mencoba memberikan kekuatan pada kakaknya, pikirannya kini kosong, segala prasangka akan hal negatif muncul menyerang bagaikan seribu lemparan batu yang menghantam sekaligus.

Rora tiba-tiba melihat bayangan hitam itu sudah ada di ujung koridor lantai satu, kini ia merasakan nafasnya sesak, dadanya kembang kempis, suaranya tercekat di tenggorokan, satu tangannya mencengkram kuat lengan Haram, lengan satunya lagi terus menunjuk sosok itu mencoba memberi tahu Haram. 

Haram yang tengah fokus pada Ahyeon menoleh dan langsung panik melihat gejala penyakit Rora kambuh. Bukannya mencari tahu apa yang Rora ingin ungkapkan lewat isyarat tangannya, Haram terlanjur kalang kabut melihat kondisi Rora.

6 PM [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang