14

502 67 2
                                    

Setelah sampai di depan rumah tersebut, mereka menarik dan membuang nafas dengan tempo cepat. Tak peduli lagi bahwa yang mereka hirup adalah karbondioksida, karena mereka sangat membutuhkan udara untuk menetralisir kondisi tubuh mereka. 

"Kak Haru sekarang harus pergi bawa Ahyeon sama Chiquita, jauh dari rumah ini. Aku harus kembali, Aku harus memastikan semuanya lagi," ucap Minji dengan pasti dan lantang.

"Gak! Kita gak akan pergi ninggalin kamu Ji! Ini ada sangkut pautnya juga sama gue, jadi izinin gue bantu. Kak Haru bisa pergi sama Chiquita," balas Ahyeon karena tidak ingin sepenuhnya membebani temannya itu. 

Haruto meraih tangan adik perempuannya, "Jangan gegabah, kita harus ikutin perintah dan aturan. Jangan sampai hantu itu bisa tambah marah lagi sama kita, dan yang akhirnya malah membunuh kita semua,"

"Tapi kak,"

"Udah, dengerin aja. Ayo sekarang kita pergi,"

Haruto membawa kedua adiknya semakin menjauh dari rumah hantu tersebut, dengan Chiquita yang masih setia di gendongan Haruto dan tangan kanan Haruto yang terus menggenggam tangan Ahyeon. 

"Pertanyaan tadi salah! Harusnya kita gak perlu nanyain apa yang terjadi sama hantu tersebut, udah jelas-jelas kita udah tau," suara Jihoon tiba-tiba, namun lebih terdengar seperti menggerutu. 

"Bener, aku juga berpikir begitu. Mungkin itu salah satu alasan yang ngebuat hantu itu gak mau bicara dan lebih memilih marah dan mengamuk," sahut Pharita. 

"Terus kita harus gimana?" Tanya Hyunsuk. 

"Kita coba buat dia tenang dengan  kalimat-kalimat yang mungkin ngebuat dia menjadi lebih tenang dan gak ngeluarin asap hitam kayak tadi," kali ini Minji yang menyahut. 

Rora mengangkat tangannya memberi gestur meminta izin untuk berbicara, lalu semua mata tertuju padanya, "Kalau semisal dia masih belum mau menerima kehadiran kita gimana?" 

"Apa perlu kita datang lagi besok?" Sahut Haram,

"Soalnya kondisi hantunya lagi gak baik-baik aja," sambung Haram lagi. 

"Kita bisa selesaikan semuanya dengan cepat, kalau kita bergerak dengan cepat. Kalau harus menunggu besok, ini semua akan selesai semakin lama," jawab roh penjaga. 

"Gak usah ngomong lagi deh, lebih baik langsung masuk!" Seru Jihoon seperti sangat antusias. 

Mereka semua kembali masuk kedalam rumah tersebut, melangkah dengan perlahan namun pasti. Suasananya sudah sangat berubah dari yang tadi, seperti lebih tenang. Tekanannya pun lebih meredam dari sebelumnya. Mereka berjalan dengan penuh ketenangan melewati setiap ruangan demi mencari keberadaan sosok tadi. 

Hingga sampai mereka mendengar suara isakan tangis, awalnya tak terlalu terdengar. Sampai suara isakan tangis itu terdengar semakin jelas. Mereka semua saling menatap, tapi saat ini tak ada rasa takut di pancaran mata mereka. Kali ini mereka semua sudah siap dengan hal-hal yang akan terjadi dan akan terus melewati sampai semua masalah akan selesai. 

Semuanya berjalan tahap demi tahap secara perlahan mendekati ruang paling belakang, atau bisa disebut dengan dapur. 

Saat sampai di dapur, mereka dikejutkan dengan pisau yang tiba-tiba melayang yang hampir saja mengenai salah satu dari mereka, dan untung saja pisau itu tidak mengenainya dan langsung tertancap di tembok. 

Ruka menatap terkejut pisau tersebut, melihatnya lamat-lamat lalu seketika pisau itu menghilang dan sosok itu mulai menampakkan dirinya.

"Tenang, kita disini tidak ingin menyakitimu," ucap Hyunsuk mencoba meredam amarah hantu tersebut. 

6 PM [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang