15

959 84 11
                                    

𝙺𝚎𝚙𝚞𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚍𝚒𝚛𝚊𝚒𝚑 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚙𝚞𝚛𝚊-𝚙𝚞𝚛𝚊𝚊𝚗
𝚃𝚊𝚙𝚒 𝚔𝚎𝚙𝚞𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚍𝚒𝚛𝚊𝚒𝚑 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚖𝚞𝚛𝚗𝚒𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚋𝚊𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝙳𝙸𝚁𝙸 𝚂𝙴𝙽𝙳𝙸𝚁𝙸.
🌾

___

~Last Episode~

Chiquita terbangun dari pingsannya, dan meskipun dia masih kecil, dia merasakan betapa tegangnya situasi ini. Dia melihat kakaknya, Haruto, yang mencoba untuk tidak menunjukkan ketakutan di depan mereka berdua. Namun, mata Haruto masih menyisakan bekas air mata yang membuat hatinya terenyuh.

"Kakak? Kita dimana?"" Tanya Chiquita dengan suara lemah. Ahyeon dan Haruto begitu senang Adik kecil mereka sudah sadar. Haruto mendudukan tubuh Chiquita lalu kemudian disandarkan dalam pelukannya.

"Tenang, Dek. Kita udah jauh dari rumah itu sekarang."" Jawab Ahyeon sambil mengelus-elus rambut pirang itu.

"Kak Ahyeon gapapa kan?"" Tanya gadis kecil itu lagi. Dia tampak masih kebingungan karena melewati momen yang menegangkan tadi.

Ahyeon tersenyum sambil menggelengkan kepala sebagai jawaban dia baik-baik saja.

"Apa yang akan kita lakuin selanjutnya?" Tanya Chiquita yang masih mencoba memahami semua yang terjadi.

Haruto mencoba memberikan senyuman yang lembut pada adiknya yang paling kecil itu, "Untuk sekarang kita pulang dulu, Dek. Mungkin besok kita akan mengetahui kabar selanjutnya dari orang-orang yang masih di rumah itu sekarang."" Jawab Haruto dengan nada penuh ketenangan.

"Kita akan bersama-sama menghadapi apapun yang datang. Kita harus kuat dan waspada." Lanjutnya.

Sementara itu, di rumah hantu, Pharita, Minji, dan yang lainnya masih berusaha untuk berkomunikasi dengan hantu perempuan itu. Hantu perempuan itu tampaknya sedikit tenang setelah percakapan mereka.

Minji berkata dengan penuh pengertian, "Kami tahu bahwa kamu merasa sangat sakit dan marah, tapi ini tidak akan membuatmu merasa lebih baik. Marah dan dendam hanya akan menjadikanmu terjebak dalam siklus yang tidak berujung."

Ruka menambahkan, "Kita ingin membantumu menemukan kedamaian. Kita ingin membantumu melepaskan beban yang kamu pikul selama ini."

Hantu perempuan itu memandang mereka dengan mata yang penuh emosi. Dia merasa terjebak dalam perasaan marah dan dendam, dan sulit untuk melepaskan semua itu sekaligus.

"Kau tahu, aku tahu bahwa ini sulit. Tapi kamu tidak sendirian. Kami di sini untuk mendengarkanmu, untuk mencoba memahamimu," kata Asa dengan lembut, gadis yang biasanya tidak banyak bicara itu kini merasa lebih berani.

"Sudah waktunya untuk membebaskan dirimu dari beban itu," kata Jihoon.

Namun, saat percakapan semakin dalam, hantu perempuan itu tiba-tiba mengeluarkan amarahnya lagi. Dia merasa membuka luka lama lagi, dan amarahnya kembali meletus. Semua asap hitam kembali menyelimuti tubuhnya.

Keheningan terjadi diantara mereka semua, seolah waktu berhenti berdetik, yang tadinya bisa mendengar dan berbicara dengan sosok itu, kini semuanya berhenti, seolah pintu antara dimensi dari alam yang berbeda kembali ditutup. Dan yang bisa mendengarnya hanya Pharita seorang.

Pharita mencoba meredakan situasi, "Baiklah! Jika itu maumu, kami akan pergi untuk saat ini." Ucap Pharita sambil memberi isyarat pada semua orang untuk kembali ke pintu utama dan keluar dari rumah itu. Tanpa bertanya lagi, semua mengikuti perintah Pharita.

6 PM [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang