Part 7

80 11 0
                                    

Happy reading ♥️.

"Sial, telat"

Mauza sampai di sekolah dengan gerbang yang sudah ditutup rapat oleh satpam.

"Pak tolong bukain pintunya" ucap Mauza setelah turun dari mobilnya.

"Eh neng Mauza, kenapa telat upacaranya udah dimulai" ucap satpam seraya membuka pintu gerbang sekolah.

Mauza masuk menuju parkiran, untuk memarkirkan mobilnya tanpa memperdulikan satpam yang sedang menanyakan mengapa dia bisa terlambat.

Usai memarkirkan mobil Mauza berjalan menuju barisan kelasnya namun, langkahnya terhenti karena seorang guru menarik tangannya.

"Udah tau telat masih berani masuk barisan?. Barisan mu di sana!" ucap guru itu sambil menarik tangan Mauza.

"Bisa ga sih ga usah narik-narik?, Gue bisa sendiri" jawab Mauza seraya melepaskan tangannya dari guru itu.

Guru itu tidak menanggapi perkataan Mauza justru memilih diam.

"Berdiri di sini kamu!" Ucap guru itu.

"Ibu buta atau apa?, Ibu ga liat, barisan ini cowok semua!" Ucap Mauza dengan amarah.

Mauza sekarang berada di barisan cowok semua, mereka sama seperti Mauza terlambat ke sekolah.

"Barisan ini khusus untuk siswa yang terlambat!, Kebetulan yang cewek tidak ada yang terlambat kecuali kamu" jawab guru itu.

Mauza mau tidak mau harus tetap berdiri di barisan itu dengan terpaksa.

"Kenapa bisa telat Lo?" Ucap seorang laki-laki yang berada dibelakang Mauza.

"Telat bangun" jawab Mauza singkat.

"Cewek pemalas, cih" laki-laki itu berdecih.

"Urusan sama lo apa?" Tanya Mauza.

"Gue ngomong fakta!"

"Sadar diri kek!" Ucap Mauza menyuruh lelaki itu untuk sadar bahwa dirinya juga pemalas.

"Gue wajar malas karena gue cowok!"

"Kalian bisa diam? Atau ibu bawa kalian berdua di belakang pemimpin upacara!". Ucap guru yang mengawasi mereka.

Mereka tak berkutik dan memilih untuk diam.

"PERHATIAN!! UNTUK SELURUHNYA ISTIRAHAT DITEMPAT GRAK!!!" Suara pemimpin upacara menggema ke seluruh lapangan, sebagai tanda bahwa pembina upacara memberi amanat.
Semua siswa pun mengistirahatkan barisannya. Semua masih nampak semangat mengikuti upacara karena barisannya tidak berhadapan dengan matahari.

Berbeda dengan Barisan Mauza, barisan mereka berada di posisi berhadapan dengan matahari. Dimana mereka merasakan capek yang luar biasa, peluh yang sudah membasahi dahi mereka, kakinya seakan-akan mau patah akibat amanat upacara yang begitu panjang.

Mauza sudah tidak kuat lagi berdiri di barisan tersebut, ditambah lagi dengan sinar matahari yang berhadapan dengannya karena dia berdiri paling depan.

Seseorang yang menyadari bahwa Mauza kepanasan itu pun berkata kepadanya "Tukeran posisi aja, biar gue yang berdiri di posisi Lo".

"Ga usah gue masih kuat" jawab Mauza dia menyadari bahwa lelaki itu sedang berbicara dengannya.

"Ga usah sok kuat" ucap lelaki itu, dan berjalan berdiri di depan Mauza, kemudian ia mundur kebelakang alhasil Mauza pun mundur, dan sekarang mereka sudah bertukar posisi.

Lelaki itu melepaskan topinya dan menyerahkannya kepada Mauza "Nih buat Lo"

Mauza pun mengambil topi itu dan memakainya.

Arza & Mauza [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang