19. Siapa Dia?

102 18 9
                                    

Jisung, bagaimana kalau sedikit mengamati anak ini sebentar? Benarkah dia reinkarnasi dari raja virus di masa lalu?

Sekarang Jisung tengah duduk di atas ranting pohon, malam ini. Dia memandangi sang bulan yang cahayanya begitu terang benderang.

Ya, bulan sampai pada dunia fantasi ini.

"Kenapa ngeliat bulan kaya dejavu ya? Rasanya kaya pernah nikmatin bulan sama seseorang," Gumamnya.

Entahlah Jisung hanya merasa dia pernah berada pada momen seperti di film-film, dengan pasangan yang mereka cintai, melihat bulan bersama di pinggir danau.

"Ah engga mungkin, aku masih kecil, jatuh cinta sama perempuan aja belum pernah," Katanya lagi.

Ya, Jisung berpikir dirinya masih terlalu dini untuk mengenal cinta. Sekarang dia hanya ingin berusaha untuk fokus pada satu tujuan saja, impiannya.

Menjadi salah satu prajurit terbaik Kwangya.

Suasana malam yang tadinya hangat berganti dingin, cahaya bulan yang tadinya bersinar terang kini mulai redup.

Rasanya rambut Jisung seperti ikut terbawa angin yang mulai kencang. Kaki Jisung yang semula bergelantungan kini ia tarik ke atas ranting.

"Ada apa ya?"

Sungguh, selama dia lahir sampai sekarang, Kwangya tak pernah memiliki suasana malam yang mencengkam seperti ini.

Selalu bersinar terang dan menenangkan.

Jisung semakin merapatkan badannya pada pohon yang dia duduki, pandangannya fokus meneliti ke sana-sini untuk melihat apa yang akan terjadi.

Jisung memang duduk di atas pohon dekat sungai utama Kwangya yang di jaga Sehun. Dari atas pohon ini Jisung melihat sebuah pusaran angin, mirip seperti angin puting beliung.

Angin itu berwarna hitam.

Anehnya sekelilingnya juga ikut menghitam, tanaman Kwangya yang harusnya bersinar terang pada malam ini berubah menjadi layu.

Rumput hijau Kwangya serta bunga-bunga yang berwarna-warni itu berubah hitam.

Dari pusaran angin itu Jisung melihat sebuah bayangan yang kian lama membentuk bentuk seseorang.

"Hahaha akhirnya setelah sekian lama aku bisa masuk ke Kwangya, ini yang aku tunggu-tunggu!" Ucap orang itu.

Dari atas pohon ini Jisung melihat dia tertawa keras, ia memakai sebuah mahkota dan ada tongkat di tangan kanannya.

Pusaran angin yang mengangkat tubuhnya pun mereda, dan benar, ada orang asing di Kwangya.

Orang itu melangkah pergi dari sana, setiap langkahnya meninggalkan jejak abu, karena ia memiliki aura hitam.

"Ingat Jisung, tak hanya bangsa Kwangya saja yang memiliki aura warna, bangsa lain pun juga, tapi kebaikan selalu berwarna, tak seperti kejahatan yang berwarna hitam dan buruk"

Jisung sontak ingat perkataan Giselle saat ia belajar ilmu bela diri anggota inti Kwangya bersama Giselle waktu itu.

Tak hanya di ajari bela diri, bahkan Jisung diberikan pengetahuan umum, serta teknik-teknik prajurit Kwangya.

"D-dia beraura hitam, apakah orang tadi berasal dari bangsa kejahatan?" Gumam Jisung.

"Tidak tidak, Kwangya sudah bertambah erat penjagaannya bagaimana mungkin?" Sungguh Jisung benar-benar bingung.

Villain baru atau villain lama yang ingin balas dendam pada Kwangya?

"Tapi.. Siapa dia?"

Segera dari sana, Jisung pergi ke kamarnya, dia harus memberitahukan ini kepada Giselle besok saat pembelajaran dimulai.

KWANGYA and EARTH (S2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang