Selama pelajaran berlangsung Cheryl merasa aman dan tenang, tapi ketika bel istirahat sudah berbunyi.
“Rynata itu loh.”
“Oh si Ryn.
“Iya keliatan sih dia emang anak nakal.”
Cheryl yang mendengar itu mengerutkah dahinya bingung. “Rynata kenapa?” gumamnya yang langsung membuka ponselnya dan mengirimkan pesan pada Rynata untuk menanyakan apa yang terjadi sebenarnya.
“Di ruang BK?” ulangnya sambil melihat balasan pesan dari Rynata.
Cheryl melangkahkan kakinya menuju tempat di mana Rynata berada. Sesampainya di sana dia melihat ruangan Bk yang begitu ramai, dia juga melihat Haidar yang kini tengah berlari menuju ruang BK.
“Hai Cheryl,” sapanya dengan ramah sambil melambaikan tangannya.
“Rynata kenapa?” tanyanya.
“Gak tau, katanya kasus bullying. Padahal gua bareng dia terus, gak pernah liat dia ngebully orang,” jawabnya sebelum menerobos masuk ke dalam ruang BK seolah itu adalah ruangan miliknya.
“Haidar,” panggilnya karena dia seenaknya saja masuk ke dalam sana.
Rynata yang tengah duduk di sana dengan santainya dia tertawa melihat Haidar yang masuk.
“Heh kamu ngapain masuk?” tegur sang guru pada Haidar yang kini duduk di samping Rynata.
“Mana bukti Ryn ngebully orang mana?” Haidar meminta bukti akan kelakuan temannya itu, dia tidak yakin pada berita itu.
Rynata tertawa mendengar itu, dan dia mendapatkan tatapan sinis dar sang guru.
“Kamu jangan kurang ajar ya, ini masalah serius. Bisa ngebuat nama sekolah kita jadi jelek tau gak?” omelnya.
“Yaudah sini mana buktinya,” pinta Haidar.
Sang guru memberikan ponsel pada Haidar. “Liat tuh kelakuannya, mana temenan sama tukang pelakor.”
Rynata yang tengah tertawa kini terdiam mendengar apa yang diucapkan oleh gurunya itu. Dia memang baru mengenal Yumna, tapi menyebut seseorang seperti itu terdengar sangat tidak baik sekali.
“Jangan begitu bu kalo belum tau kebenarannya,” tegur Rynata yang tidak suka akan gurunya yang berkata seperti itu.
“Ngebelain temen kamu aja.”
Haidar melihat vidio yang beredar itu, dan kini dia tertawa. “Cuma bukti kaya gini doang? Yailah ini mah belum tentu bener. Mana nih Ryn kapan nyiram terigunya tuh kapan?”
“Udah lah kalian ini saling belain, kaya kalo pas susah dibantuin aja,” kata sang guru sambil kembali merebut ponsel miliknya itu.
“Udah lah bu, saya mah tau. Di bayar orang tuanya Rena apa Caca?” tanya Haidar yang sudah tau kalau ada kasus menyangkut mereka bertiga pasti ada bayaran untuk guru di sini agar membela mereka.
“Heh kamu kalo ngomong yang bener ya! Jangan asal tuduh begitu, mau kamu ibu hukum juga hah?!” Dia membentak Haidar yang kini mengangkat kedua bahunya tidak takut akan omelan guru yang bisa dibayar itu.
“Ini bukan kasus sekali dua kali menyangkut tiga dedemit itu bu, udah hafal alurnya saya mah,” kata Haidar yang membuat Rynata tertawa olehnya.
“Kamu ini.” Dia bersiap untuk memukul Haidar sebelum ada guru lainnya yang menghentikan itu.
“Bu, udah. Kita dengerin dulu penjelasan dari mereka semua,” ucap guru lainnya sambil membawa Rena, Regina serta Caca di sana.
Rynata melihat kearah mereka dengan santai, dia tidak takut. Untuk apa takut kalau tidak salah.
“Kalian duduk dan jelasin permasalahannya. Dan kenapa bisa vidio itu kesebar?” tanya guru yang lebih muda itu.
Guru BK yang lebih tua mendengus. “Udah jelas di situ salah Rynata, gak perlu lagi denger penjelasan.”
“Tuh bener kata ibu Siti,” sahut Caca.
“Harus jelasin dulu, biar kita tau kronologi sebenarnya.”
Rynata melihat jam yang ada di dinding. “Udah mau bel masuk tuh, bolos nih kita?”
“Ryn, selesain ini dulu. Kalian gak perlu ikut pelajaran dulu sementara,” ucapnya yang kini menatap Haidar yang duduk di samping Rynata sambil bersandar di sofa. “Haidar, kamu gak ada urusan di sini, kamu balik ke kelas dan belajar sana.”
“Maaf bu, saya gak mau kasus ini berat sebelah. Ryn gak ada pembela, anggep aja saya ini pengacara Ryn,” ucapnya sambil menepuk dadanya dengan bangga.
Dapat dilihat betapa kesalnya wajah Rena saat ini ketika melihat Haidar yang membela Rynata seperti itu. Rynata melihat kearahnya dan tersenyum miring.
“Oh jadi dia naksir si Haidar,” gumam Rynata pelan dan terkikik.
“Yaudah coba jelasin, sekarang.”
Rynata yang merasa ditunjuk menatap Rena. “Coba dia dulu yang jelasin,” ujarnya sambil menunjuk keraha Rena yang kini terlihat gugup karena Haidar juga menatapnya.
“Kedipin coba,” bisik Rynata pada temannya itu.
Haidar yang mendengarnya langsung menoleh pada teman perempuannya yang tengah kena kasus ini. “Kenapa?” Dia tidak mengerti kenapa temannya itu membisikannya begitu. Memang untuk apa harus berkedip. “Gua dari tadi kedip loh, lo kira gua patung?”
“Bukan gitu, godain atau senyumin gitu.”
Haidar menghela nafas dan kini tersenyum pada Rena. “Coba kamu yang paling cantik jelasin kenapa bisa begini jadinya.”
Rynata membelalak karena tidak menyangka Haidar menggodanya lebih jauh, padahal dia hanya menyuruhnya untuk tersenyum saja.
“A... Ah itu hmm...” Rena terlihat begitu gugup sekali sekarang. Wajahnya memerah, dan salah tingkah dibuatnya.
Haidar menganggukkan kepalannya mulai mengerti sekarang. “Aku sedih banget loh, temen gua ini jadi kena kasus begini. Gak tau deh yang bener yang mana, semoga kamu bisa jelasin yang benernya ya, nanti mungkin aku bisa traktir es krim setelah ini selesai dengan cepat.”
Rynata melirik temannya dengan geli dan menggelengkan kepalanya.
“E..Eh iya iya.” Rena menganggukkan kepalanya dengan cepat.
Guru BK yang bernama Siti itu mendegus melihat Rena yang kini justru terlihat malu-malu. Lain halnya dengan guru yang terlihat lebih muda dari Bu Siti itu, dia terekeh melihat trik yang digunakan Haidar. Dia juga tau, kalau hampir semua guru akan melindungi ketiga gadis ini karena uang yang dimilikinya cukup untuk menutup mulut dan untuk membela anak-anak mereka ini. Bahkan dirinya saja pernah ditawari uang untuk menutupi kasus yang menimpa mereka bertiga ini.
“Jadi?”
“Ini salah paham aja,” kata Rena membuat kedua temannya itu merasa kesal padanya.
Bagaimana tidak, sebelum ke sini mereka sudah merencanakan akan semakin membuat Rynata dalam masalah besar. Bahkan mereka ingin Rynata terkena hukuman, dan kalau perlu orang tua mereka juga akan datang, sehingga mereka bisa membuat Rynata keluar dari sekolah ini.
“Rena,” tegur Regina padanya.
Tbc
Haidar ada gunanya juga dia

KAMU SEDANG MEMBACA
The Tinted Fates
FanficDalam perjalanan hidup yang tak pernah lurus dan mulus, persahabatan menjadi sumber dukungan, candaan, kenyamanan dan keberanian. Kelima gadis yang dipertemukan oleh takdir dengan memiliki latar belakang serta kehidupan yang jauh berbeda, sebuah ik...