Part 17 [Rencana]

51 7 0
                                    

Mereka berlima kini duduk bersama, namun tidak ada satu pun yang membuka suara. Hanya ada tatapan tajam dan sini dari Yumna pada Liliane, serta Yeva pada Rynata yang juga menatapnya dengan tajam. Cheryl menyadari hal itu hanya bisa tertunduk dan menunggu ibunya datang membawa kue yang dibuat olehnya itu ke sini.

--

“Aduh maaf ya ibu lama bawain kalian kuenya.” Ibu dari Cheryl itu datang membawa kue dan juga minuman yang telah mereka pesan itu.

“Gak lama kok,” ucap Yumna.

“Iya terima kasih,” ujar Liliane.

Mereka semua berterima kasih , dan menatap kue yang berada di hadapan mereka itu. Cheryl mengambil sendok untuk memakan kuenya dan menatap yang lain.

“Ayo di makan,” katanya dengan ragu sambil melihat Rynata yang berada di samping kanannya, dan juga Yeva yang duduk di sebelah kirinya.

Tanpa banyak bicara mereka langsung menyantapnya. Liliane dan Yumna duduk bersampingan namun tidak ada pembicaraan yang keluar dari mulut mereka. Di meja bundar ini, dengan kue dan camilan lainnya yang berada di tengah meja.

“Wah enak banget,” ucap Rynata sambil mengangkat sendok ditangannya itu. Yumna yang berada di sampingnya menoleh sambil menggelengkan kepala.

Liliane menganggukkan kepalanya. “Ini harus dijual secepatnya, gue yakin akan laku keras.”

“Iya bener, orang-orang harus tau kalo ada kue seenak ini,” sahut Yeva yang tengah menikmati kue itu.

“Enak banget, gue rela tiap hari dateng demi kue ini,” ujar Yumna sambil melihat kearah Cheryl yang kini tersipu malu karena pujian mereka.

“Terima kasih semuanya,” ucapnya dengan malu-malu.

“Kita gak bohong loh kalo ini emang beneran enak.” Rynata merangkul Cheryl agar santai, dia sejak tadi melihat Cheryl seperti tidak nyaman.

Yeva melihat itu dan mendengus. “Cheryl gak nyaman lo begitu.”

“Dih, Cheryl aja diem aja tuh. Kenapa lo yang repot?” 

Liliane menyeruput jus miliknya. “Ribut aja kalian. Awas aja nanti malah jadi paling deket.”

“Ogah!” ucap mereka bersamaan.

Yumna tertawa. “Tuh, udah kaya sahabat sejati banget jawabnya barengan gitu.”

Mereka tertawa, kecuali Rynata dan Yeva yang saling mendengus tidak suka.

“Oiya Ryn, gimana kasus pembullyan itu?” tanya Yumna pada Rynata yang kini menoleh padanya.

Cheryl pun langsung berhenti menyendokkan kue pada mulutnya. Perhatiannya terkalihkan pada Rynata yang kini terkekeh.

“Iya, jadi gimana? Mereka bilang apa?” tanya Cheryl yang masih belum tau apa yang terjadi, karena setelah pulang sekolah mereka tidak sempat bertemu, dan Rynata hanya mengatakan semuanya beres, tanpa menjelaskan dengan detail.

“Pembullyan?” ulang Liliane melihat pada Rynata.

Yeva ikut menoleh padanya. Dilihat dari penampilan Rynata memang cocok menjadi pembully, tapi kita kan tidak boleh hanya melihat dari luarnya saja.

“Iya, tapi udah beres. Mereka ngaku kalo ini Cuma salah paham dan vidio yang beredar itu Cuma potongan doang,” kata Rynata menjelaskan tentang yang terjadi di ruang bk disekolahnya kemarin.

Cheryl cukup terkejut kalau ketiga dalang dari pembullyan itu dengan mudah mengaku. “Kok bisa?” sentaknya membuat yang lain kini mengalihkan atensinya pada Cheryl.

The Tinted FatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang