3. Keluarga Agra vs Keluarga Alleta

128 27 11
                                    

HAPPY READING READERS

3. Keluarga Agra vs Keluarga Alleta

"Terlihat baik-baik saja juga butuh tenaga," - Agra Byantara Damian-

***

Setelah beberapa hari di puncak gunung. Kini Agra dan teman-teman nya sudah turun dan berpulang kerumahnya masing-masing. Dan selama itu pula Agra tidak mendapatkan kabar dari Alleta sama sekali, hal ini pula membuat Agra uring-uringan dan gelisah. Karen Agra merasa tidak melakukan kesalahan yang membuat Alleta hilang tanpa kabar seperti sekarang.

Kini Agra berbeda di jendela balkon kamarnya, dengan Cape digenggam tangannya. Agra sedang memutar otak atau lebih tepatnya berfikir mencari dimana ia melakukan kesalahan sehingga membuat Alleta mendiamkannya.

"Sial, padahal kemarin baik-baik aja,"  Ucap Agra seraya mengacak seurai rambut hitam legamnya.

Agra memutuskan untuk mengambil ponselnya yang tergeletak di meja belajarnya dan mencari kontak Alleta.

Berdering...

"Ck, padahal berdering, kenapa kaga diangkat sih, Al?" Geraman terdengar dari mulut Agra.

Merasa sia-sia kini Agra merebahkan tubuhnya diatas kasur kingsize dan menutup kedua matanya. Baru saja memejamkan kedua matanya, suara ketukan pintu membuat Agra bangkit dengan malas.

Ceklek...

Ternyata Abang laknatnya, Dia Abrisham Malik Damian. Abang pertama Agra, mereka berselisih 5 tahun. Biasa dengan sebutan Abri, mahasiswa semester 6 di fakultas ekonomi bisnis Universitas Pakuan.

"Eh bocah!"

Nada menyebalkan dari sang Abang membuat Agra mendengus dan melirik Abangnya dengan tatapan sinis, selalu begitu memang Abang beradik itu.

"Biasa aja natapnya Gra, noh di panggil bunda, buat makan malam!" Ucap Abri yang masih saja berdiri di ambang pintu kamar adiknya.

"Hmm.. Duluan aja, gue mau cuci muka dulu," Ucap Agra sembari melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang berada di kamarnya, meninggalkan Abri yang masih menatapnya kesal.

"JANGAN LAMA GUE LAPER!!" Teriak Abri berlalu meninggalkan kamar adik laki-lakinya.

Agra yang mendengar teriakkan abangnya mendengus sebal di dalam kamar mandi.

"IYAA, BACOT LO!"

Nahkan gak jauh beda memang kakak beradik itu.

***

"Agra kemari nak, kita makan!" Suara dari ibu negara menyambut kedatangan Agra yang baru saja menuruni anak tangga.

"Iya, Bun" Ucap Agra sembari mendudukkan bokongnya disampingnya Abri yang terus saja menatapnya.

"Lama sekali kamu turun!" Ucapan sarkas yang keluar dari mulut sang kepala keluarga membuat suasana menjadi mencekam.

Agra menghela nafasnya pelan
"Maaf, Yah" sembari menundukkan kepalanya.

Bunda Ami yang merasakan suasana dingin akhirnya berdeham.

Agra || New Version Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang