Bab 3

3.3K 269 12
                                    

"Abang tolong maafin Muti dan dengar dulu penjelasan Muti" Muti menangkupkan kedua tangannya di depan Bara. Memohon pengampunan kepada suaminya. Perempuan itu tahu jika Bara marah besar terhadap dirinya.

Bara tidak memperdulikan permintaan Muti. Ia meninggalkan Muti masuk ke dalam kamar untuk mengambil jaket serta kunci mobil.

Muti terus mengikuti langkah Bara kemanapun ia pergi. "Abang, abang mau kemana? Ini udah malam. Jangan tinggalin Muti. Muti takut sendirian" ibanya kepada Bara namun laki-laki itu tetap tidak acuh.

Muti memegangi lengan Bara mencegah laki-laki untuk pergi, tapi Bara melepas pegangan Mutia dari lengannya.

Bara melangkah meninggalkan Mutia namun gadis itu memeluk Bara dari belakang dengan sangat erat ketika pria itu membuka pintu rumah ingin beranjak pergi.

"Jangan tinggalin Muti sendiri abang. Tolong dengerin dulu penjelasan Muti. Muti mohon abang. Abang jangan diam aja seperti ini. Tolong ngomong abang" pintanya. Bahkan kedua tangan gadis itu ia tautkan sangat erat sampai memerah, perih, memeluk Bara agar tidak pergi dari dekapannya.

Bara melepas pelukan Mutia kasar, kemudian masuk ke dalam mobil. Mutia memukul-mukul jendela mobil memanggil Bara.

Pria itu memilih menulikan pendengarannya, menekan pedal gas dalam, membuat mobil melaju melesat cepat. Mutia terpelanting, terjerembab ke lantai.

Dagu, siku, dan kaki yang terluka tidak ia rasakan perih. Perempuan itu tetap mencoba mengejar suaminya namun usahanya sia-sia. Mobil yang dikendarai Bara sudah tidak terlihat di ujung jalan.

"Abang, sakit..." rintihnya pelan memanggil nama suaminya setelah rasa perih itu menjalar ke tubuhnya.

Biasanya perempuan itu akan sedikit berlebihan jika mendapat luka kecil. Bahkan untuk luka tetusuk jarum saat menggunakan hijab, Mutia akan menangis untuk mendapat perhatian suaminya.

Bara akan membersihkan lukanya, memberi obat dan menutupnya dengan plester. Dan yang terakhir yang Mutia paling suka, Bara akan mengecup luka yang tertutup plester itu sebagai magic agar luka Mutia cepat sembuh.

Tapi sekarang, Bara bahkan tidak berhenti ketika mengetahui Mutia yang terjerembap sangat keras di lantai. Setidak peduli itu Bara kepada Mutia ketika Bara mengetahui jika Mutia menjebak dan memperalatnya.

Mutia berjalan tertatih-tatih masuk ke dalam rumah. Perempuan itu memilih duduk di dekat pintu, menyandarkan tubuhnya yang lelah ke dinding. Ia hanya ingin menunggu Bara pulang. Bara pasti pulang. Yakin Muti kepada hatinya yang mulai meragu.

****

Sudah dua hari Bara tidak kembali ke rumah. Muti sudah menghubungi lewat sambungan telepon dan pesan singkat namun Bara tidak pernah mengangkat teleponnya atau membaca pesan singkat dari Mutia.

Mutia memutuskan untuk pergi menemui Bara di kantornya. Tidak mungkin jika Bara tidak pergi bekerja. Jika menunggu Bara pulang tidak membuahkan hasil, maka Mutia akan pergi mendatanginya.

Dengan mobil jenis hatchback hadiah dari Bara di ulang tahunnya yang ke 21 tahun, Mutia pergi menyambangi kantor suaminya.

Meskipun dengan kaki dan tangan yang masih terasa perih, Mutia menyetir dengan sangat hati-hati agar ia tidak menabrak.

Mutia mengembangkan senyum ketika melihat mobil Bara terpakir di depan kantor. Kantor tiga  lantai yang digunakan untuk usaha properti yang baru dirintis suaminya setahun ini.

Bara sering mengajaknya kemari, bisa dua sampai tiga kali dalam sebulan. Bara senang jika ditemani Mutia saat bekerja. Meskipun gadis itu lebih banyak mengganggu daripada membantu.

TRAPPED (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang