Bab 12

2.9K 260 25
                                    

Denting suara oven berbunyi, menandakan kue cake coklat yang dipanggang Mutia sudah matang sempurna. Aroma coklat dan kacang bercampur dengan room butter menguar, wanginya memenuhi ruangan dapur.

Bergegas Mutia memindahkan kue itu dari loyang ke atas cooling rack agar roti itu menjadi dingin, setelahnya bisa untuk segera dihias.

Mutia mengoleskan krim putih selanjutnya menaburkan serutan coklat dari coklat batangan di atas dan di samping round cake coklat itu.

Selain membuat kue, Mutia juga membuat masakan udang asam manis, ayam cordon bleu, dan salad sayur kesukaan Bara.

Serepot itu Mutia dari pagi sampai sore untuk menyiapkan kejuatan ulang tahun suaminya.

Selesai dengan acara memasak, Mutia bergegas mandi. Perempuan itu melalukan perawatan tubuh mandiri. Dengan luluran dan keramas dengan perlengkapan mandi beraroma vanila kesukaan Bara.

Setelah mandi Mutia memakai dress selutut berwarna baby pink kesukaan Bara. Dia juga mencatok rambutnya dan memoles wajahnya dengan korean look. Hari ini Mutia ingin totalitas menyenangkan hati suaminya lewat visual dan mengenyangkan perutnya.

Bahkan Mutia telah menyiapkan lingerie satin  berwarna hitam yang akan terlihat kontras dengan warna kulitnya yang putih. Mutia ingin mengambil hati Bara dengan memberi kado spesial meskipun Mutia harus memulainya terlebih dahulu. Mutia ingin menghangatkan hubungan rumah tangganya yang dua bulan ini menjadi dingin.

Mutia duduk manis di ruang makan dengan makanan yang sudah tersusun rapi di atas meja.  Dari pukul 18.30 Mutia menunggu kedatangan Bara namun suaminya itu tidak kunjung pulang meski jam di dinding sudah menunjukkan pukul delapan malam.

Mutia cukup ragu ingin menghubungi ponsel Bara  karena pria itu sudah berjanji kepadanya untuk pulang lebih cepat, namun ternyata ia ingkar.

Mutia iseng melihat aplikasi pelacak lokasi keberadaan Bara lewat ponselnya. Ternyata Bara berada di sebuah cafe yang berada di Kota Semarang.

Mutia pikir lebih baik menghubungi Bara untuk mengingatkanya agar cepat pulang. Mungkin Bara tidak sengaja melupakan janjinya.

Muti mendial nomor Bara, pada deringan ke empat pria itu baru mengangkat panggilannya.

📞 : "Assallammuallaikum"

📞: "Waallaikumsalam, iya Muti"

📞: "Abang dimana? Kok belum pulang? Katanya mau pulang cepet?"

📞: "Oh iya, abang lupa. Abang masih di kantor. Kerjaan abang masih banyak banget. Maaf ya Muti. Untuk makan malamnya kita tunda lain kali saja.

📞: "Oh iya bang ga papa. Aku tahu abang banyak kerjaan. Maaf kalau Muti ganggu abang"

📞: "Abang tutup ya Ti, Assallammuallaikum"

📞: "Waallaikumsallam"

Muti tersenyum pedih, air matanya luruh kala ia sudah menutup panggilan itu. Pandangan nanar ia tujukan pada kue dan masakan yang telah ia buat.

Mutia sangat kecewa. Bukan karena Bara mengingkari janjinya, tapi lebih tepatnya kecewa karena Bara berbohong kepadanya.

Dahulu tidak pernah sekalipun Bara berbohong kepadanya. Laki-laki itu tidak mahir dalam berbohong dan dia tidak suka melakukannya.

Karena bagi bara, sekali berbohong maka kita akan membuat kebohongan-kebohongan baru yang lain untuk menutupi kebohongan yang lama. Bara tidak suka itu.

Ia lebih memilih jujur meskipun Mutia akan marah, ngambek, ngomel-ngomel tidak jelas bahkan mendiamkanya seharian penuh.

Tapi kali ini tidak, Bara memilih opsi berbohong untuk pertama kalinya dalam rumah tangga mereka.

Entah Bara berbohong untuk apa? Apa untuk menghindari Mutia karena sudah tidak mencintai perempuan itu lagi? Atau ada perempuan baru yang hadir kala rumah tangganya sudah menjadi dingin? Mutia hanya menebak, ia hanya menduga. Meskipun ingin berpikir positif namun ia tidak bisa membohongi hatinya, karena Mutia sekarang bukan perempuan yang sempurna.

Mutia berjalan ke arah kamar. Perempuan itu menghapus sisa-sisa make up yang sedikit luntur karena terkena bulir-bulir air matanya. Kemudian berganti baju menggunakan pakaian tidur tanpa lengan dan celana pendek.

Mutia melihat dirinya di depan cermin. Tergambar jelas bekas luka sayatan di perutnya yang menjadi momok rasa bersalah yang menghantui dirinya selama dua bulan ini.

Wajahnya lebih tirus, berat badannya turun hampir 8 kilogram. Mutia melihat dirinya sudah tidak secantik dan semenarik dahulu.

Tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, Mutia memilih membersihkan meja makan. Memasukkan kue buatannya ke dalam kulkas beserta masakan-masakan yang telah ia buat, ia masukkan kedalam container box terlebih dahulu sebelum ikut masuk ke lemari pendingin.

Notifikasi pesan berbunyi, ternyata pesan dari umi yang mengabarkan jika kakak iparnya telah melahirkan.

Tanpa pikir panjang, Mutia mengambil koper dan ransel miliknya. Memasukkan berlembar-lembar baju yang cukup untuk ia gunakan selama dua minggu ke depan.

Lebih baik untuk sementara waktu ia menyingkir dahulu dari hidup Bara. Iya, sebaiknya seperti itu.

Selesai berkemas Mutia menaruh ransel dan koper pada sudut ruangan yang terhalang sofa kamar.

Karena lelah beraktivitas dari pagi sampai malam akhirnya Mutia memilih merebahkan tubuhnya di ranjang. Pendingin ruangan ia atur pada suhu paling rendah karena tubuhnya berkeringat dan merasa gerah. Tidak lama kemudian gadis itu tertidur pulas.

Deru mesin terdengar dari garasi mobil rumahnya. Pasti Bara sudah pulang, entah jam berapa ini Mutia tidak ingin mau tahu. Perempuan itu tidak melihat jam di dinding ataupun mengecek jam digital di gawainya. Dia hanya membuka mata sekejap kemudian kembali memejamkan matanya kala mendengar seseorang membuka pintu kamar.

Terdengar gemericik air dari shower yang menandakan laki-laki itu sedang mandi. Mutia tidak tahu aktivitas apa yang dilakukan pria itu setelahnya.

Terasa ranjang bagian Mutia bergerak, ternyata Bara duduk di sampingnya. Dengan telaten pria itu memakaikan kaki Mutia dengan kaos kaki. Mungkin malam ini terlalu dingin pikir laki-laki itu.

Bara beranjak mengatur mesin pendingin ruangan untuk menaikkan suhu supaya tidak terlalu dingin. Ia menyibak selimut di samping ranjang Mutia kemudian turut tidur di samping gadis itu.

Bara membetulkan letak selimut Mutia agar gadis itu tidak kedinginan. Bara memeluk Mutia dari belakang karena gadis itu memunggunginya.

Bara menghidu aroma vanila dari tubuh sang istri kemudian memberi kecupan yang cukup lama di bahu yang terbuka milik sang istri.

"Selamat tidur sayang, aromamu enak" Ucap laki-laki setelah melepas kecupan dari pundak Mutia.

Tidak beberapa lama, terdengar nafas teratur dari laki-laki itu yang menandakan dirinya telah tertidur lelap dengan posisi memeluk Mutia dari belakang.

'Sebenarnya apa mau bang? Ketika aku ingin beranjak sejenak darimu, kamu malah menggenggam hatiku kembali?' Jerit hati Mutia yang merasa gamam.

TRAPPED (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang