Bab 2

3.4K 255 11
                                    

6 bulan kemudian....

"Muti, ayo bangun sayang. Abang udah bikinin sarapan buat kamu" Bara membangunkan Muti dengan lembut. Gadis itu masih saja bergelung di dalam selimut mengingat udara pagi ini masih cukup dingin padahal matahari sudah bersinar dengan pongahnya.

Udara dingin dan halangan melaksanakan sholat, satu paket komplit yang bisa dijadikan alasan Mutia untuk bangun lebih siang.

Mata muti perlahan terbuka "Pagi ratuku" sapa Bara setiap pagi kala istrinya terbangun lebih akhir dari pada pria itu.

"Abang" panggil Muti sambil mengucek mata untuk memperjelas penglihatnya. "Mau pipis, minta gendong"

Bara menepuk punggungnya memberi tanda jika punggung itu siap sedia mengantar Muti ke kamar mandi.

Bara menggendong istri kecilnya. Tidak berat, karena bobot tubuh istrinya hanya separuh dari bobot tubuh Bara.

Bara memiliki postur tubuh tinggi tegap. Kulitnya putih bersih karena memiliki garis keturunan tionghoa dan betawi. Meskipun usianya jauh diatas Mutia, pria matang itu memiliki paras lebih muda dari para pria seusianya. Olah raga dan makan makanan sehat adalah alasan dibalik wajah muda Bara.

"Abang tunggu di sini ya. Habis ini kita sarapan bareng, oke?" Jempol gadis itu ia acungkan ke depan suaminya. "Ok" jawab Bara dengan mengatupkan telunjuk dan jempol tangan kanannya ke arah Mutia.

Mutia masuk ke kamar mandi namun sedetik kemudian ia membuka pintu lalu berjinjit mencium pipi Bara "makasih abang"

Mutia menangkup kedua pipinya yang bersemu merah. Gadis itu cekikikan sendiri melihat tingkahnya yang absurb karena sedang jatuh cinta.

"Udah?" Tanya Bara ketika istri kecilnya keluar dari kamar mandi setelah selesai buang air kecil.

"Udah" jawab Mutia sambil menganggukan kepalanya.

"Mau gendong lagi ga?" Tawar Bara pada gadis itu. Tanpa pikir panjang, Mutia meloncat ke punggung Bara.

Bara mendudukan Mutia di meja kitchen island. Sedangkan pria itu duduk diatas kursi bar stool. Bara menyuapkan potongan salad dan beef slice panggang ke mulut Mutia.

"Enak?" Tanya Bara meminta pendapat Mutia tentang masakannya.

"Enak dong, masakan abang paling juara" Mutia tidak pernah pelit soal memuji suaminya.

"Nanti jadi ketemuan sama Metha?" Bara memastikan saja, apakah acara reuni Mutia dengan sahabat baiknya Metha jadi terlaksana? Mengingat janji ketemuan itu mereka buat satu minggu yang lalu.

"Heem. Jadi abang sayang" Bara mangut-mangut mendengar ucapan Mutia.

"Mau abang anter atau setir mobil sendiri?" Bara selalu siap sedia jika istri kecilnya minta diantar kemanapun, untung saja pekerjaan Bara tidak mempunyai jam kerja yang mengikat.

Muti gantian menyuapkan potongan salad ke mulut suaminya "Bawa mobil sendiri aja, takut abang nunggu kelamaan"

"Ok" Bara mengacak rambut istrinya karena gemas.

Mutia mematut penampilannya di depan cermin. Ia memakai celana soft jeans biru muda dipadu padan dengan baju tunik berwarma silver serta jilbab pasmina berwarna hitam.

"Cantik ga bang?" Mutia ingin Bara menilai jujur penampilanya kali ini.

Bara akui kalau Mutia memang memiliki paras yang cantik. Gadis bertubuh mungil itu seperti miniatur barbie hidup di mata Bara. "Cantik" pujinya.

Bara menyerahkan kunci mobil ke tangan Mutia, tiba-tiba saja pria itu mencuri ciuman di pipi istri kecilnya. Wajah Mutia merona karena tindakan implusif Bara. Gadis itu memutar tubuh menuju teras lalu menggunakan sepatu.

TRAPPED (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang