kesal

729 58 12
                                    

"Jangan pergi, kumohon temani aku. Aku bosan hanya berdiam dikamar Hyung!"

"Jisung, kau benar-benar seperti anak kecil. Aku memiliki pekerjaan hari ini, jika kau ingin ditemani ada Wonyoung, Donghyuck, dan Ibu."

Hidung Jisung memerah, bibirnya mengerucut disertai helaian rambutnya yang mulai berjatuhan. Jaemin memerhatikan mata anak itu yang kini sudah dipenuhi air mata.

"Ugh.. Bisakah untuk tetap tenang tanpa menangis? Berapa banyak cadangan air mata yang kau miliki huh? Jangan selalu merengek. Kau benar-benar menyebalkan ketika sakit."

"A-aku hanya ingin ditemani.. kau selalu memarahiku, t-tubuhku pegal, aku tidak bisa memanggil mereka. Aku ingin menghabiskan waktu hanya bersama mu seperti dulu.." Jisung meremat bajunya hingga kusut. Jaemin memerhatikan seluruh pergerakan Jisung.

Pshh!

1 tetesan, 2 tetesan. Masih belum ada respon dari Jaemin. Jisung menitikkan air matanya hingga mengenai selimut yang digunakannya.

"Shh, baiklah aku akan menemanimu disini. Berhenti menangis." Jaemin mengacak rambut Jisung. Jisung mengangkat kepalanya dan menatap Jaemin.

"Benarkah..?" Jisung mengusap pipinya dan segera memeluk pinggang Jaemin.

"Ya. Dan kenapa kau sangat berisik hari ini?" Jaemin duduk di depan Jisung dan menangkup pipi Jisung.

"Eung? Aku tidak berisik dan aku hanya menginginkan momen seperti dulu Hyu-"

"Jangan berbohong. Aku tau, kau bukan merindukan momen seperti dulu." Jisung hanya menatap Jaemin, Jaemin yang ditatap dengan mata hamster itu merasa sedikit gemas karena hidung dan pipi Jisung masih memerah.

"Berhenti menangis saat aku menolak permintaanmu." Jisung berusaha membuat Jaemin luluh tapi selalu gagal. Jisung menatap manik Jaemin, Jaemin terlihat kesal padanya tapi Jisung tidak perduli.

"Peluk aku.." bukannya mengiyakan perintah Jaemin, Jisung malah merentangkan tangannya.

"Kau sangat aneh Jie." Meski merasa heran, Jaemin tetap menurutinya. Jaemin membuka jas formalnya dan segera memeluk Jisung, memindahkan badan Jisung ke pangkuannya.

"Kau juga aneh Hyung!"

"Jangan berteriak. Aku aneh dibagian mana?"

"Tidak tau.." Jisung menyenderkan badannya di dada Jaemin. Jaemin merasa tubuh Jisung semakin panas, Jaemin mengelus punggung Jisung yang hangat. Nafas Jisung terasa sangat hangat dan terburu-buru.

"Ada apa?"

"D-dingin.." mendengar tutur Jisung, Jaemin membaringkan badan Jisung lalu mengambilkan selimut tebal di dalam lemari lalu menaruhnya di atas tubuh Jisung.

"Peluk aku.." Lagi-lagi, Jaemin tetap menurutinya. Ia memasuki selimut dan memeluk Jisung yang sedang menggigil. Jisung menenggelamkan wajahnya di dada bidang Jaemin.

Jaemin merasa ini sedikit janggal, Jisung tidak melakukan apa-apa selama 2 hari ini tapi keadaannya malah semakin memburuk. Ia mengambil ponsel genggamnya dan mengirimkan pesan kepada ibunya, ia meminta ibunya untuk memanggil dokter. Setelah itu Jaemin mengamati Jisung yang sedang menangis. Pelukannya sudah di lepas Jisung. Jisung menangis tanpa suara. Sebenarnya ini pemandangan yang sangat menggemaskan..

"Kepalaku sakit Hyung.." baru juga Jaemin ingin bertanya, anak itu malah langsung mengatakan keluhannya.

Jaemin tersenyum dan mengelus pipi Jisung. "Jangan menangis, itu akan memperburuk dirimu." Jisung tidak menyahut, dia hanya diam sembari mengeluarkan liquid beningnya.

𝐖һ᥆'s 𝕻ᥲіᥒ?! _ 𝙹𝚊𝚎𝚖𝚜𝚞𝚗𝚐 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang