pelecehan yang digagalkan.

624 49 9
                                    

Berjalan dengan mata yang ditutupi kain hitam, tidak bisa melihat jalanan dan tangan yang harus memegang nampannya sendiri.

Jisung tetap tersenyum walaupun ia sudah merasa lengan bagian atasnya sedikit pegal, Shuhua di sampingnya sama sekali tidak menyadari Jisung yang kesulitan. Ia bahkan tidak menoleh pada Jisung.

Sepertinya ia mengantuk karena harus bangun lebih pagi untuk menemani Jisung berjemur dibawah matahari pagi.

"Kenapa ya, sekarang jam berjemur itu lebih cepat dibandingkan dulu. Apakah.. karena kebanyakan wanita yang hamil disini suka bermalas-malasan?" Shuhua mengerucutkan bibirnya sembari melihat kebawah.

"Kau menyinggungku?"

"Ah tidak! Jisung-ie, tidak pernah malas. Justru kau dipuji pelayan lain loh, katanya mereka takjub melihat ruangan mu yang sangat bersih! Pasti kau rajin." Shuhua mengacungkan jempolnya kedepan meskipun Jisung tidak dapat melihatnya.

"Ah, tidak. Aku membersihkannya karena kini itu adalah rumahku bersama Sakuya. Aku harus bisa merawatnya sebaik mungkin, aku juga sebenarnya sangat lelah saat pertama kali membersihkannya karena harus menggeser seluruh senjata tajam dan senjata api"

"Begitu, ya? Kukira cukup mudah karena sekarang itu sangat rapi. Semangat, Jisung." Shuhua menepuk bahu Jisung dan sesekali menatap wajah Jisung.

"Tidak sulit kah? Membawa nampan dengan mata tertutup?"

"Kan aku sudah terbiasa." Bohong Jisung.

"Sini, berikan!" Shuhua merebut nampan tersebut dari tangan Jisung, Jisung tidak menolak dan langsung memberikannya dengan senang hati.

"Sakuya pasti menyukai segala hidangan yang disediakan untukmu!"

"Pasti, dia selalu meminta milikku." Mereka terkekeh bersama, dan melanjutkan obrolannya. Kini mereka berada di tangga, masih cukup jauh menuju ruangan Jisung.

"Eum, apa kemarin hyu-Tuan Jaemin datang?" Jisung memegang lengan Shuhua yang sedikit berisi.

"Tidak. Aku sangat kecewa, padahal aku sudah merapikan penampilanku kemarin. Katanya diundur, sebulan lagi! Tapi tidak menentu sih.. Entah apa yang membuatnya diundur, tapi yang jelas aku sangat kecewa!" Shuhua menghentakkan kakinya, merasa kesal karena tidak dapat melihat pujaan hatinya.

"Jadi bagaimana dengan masakan kalian kemarin?"

"Kami makan bersama! Kata kepala pelayan, hitung-hitung bonus lagi. Dan dibagikan juga untuk anak kecil disini."

"Begitu, ya.. tapi Sakuya tidak mendapatnya."

"Eum.. maaf, aku salah. Dibagikan kepada Anak perempuan." Jisung mengangguk, memaklumi kesalahan Shuhua. Jisung menguap ngantuk. Shuhua tertawa Jisung yang tiba-tiba saja merengek karena kakinya pegal.

"Kenapa jauh sekali?"

"Sabar, sudah dekat, Jisung. Tinggal 6 pintu lagi dari sini." Jisung mengangguk mantap mendengar penuturan Shuhua, ia berjalan sambil memegang perutnya.

Jisung tidak bisa diam merasakan kakinya sangat pegal, dan kini ia hampir menabrak pintu jika saja Shuhua tidak menahannya. Jisung tersenyum menyadari kalau ia sudah berada didepan ruang kebahagiaannya.

Shuhua memutar kunci lalu membawa Jisung kedalam, ia ikut masuk dan menutup pintu dengan kuat, tidak lupa menguncinya.

Shuhua segera meletakkan nampannya di lantai dengan hati-hati, lalu ia menatap pada Jisung yang terlihat kesusahan saat ingin membuka ikatan dibelakang kepalanya.

Shuhua meminta Jisung untuk membelakanginya dan melepas ikatan pada kain berwarna hitam pekat yang menutupi pandangan Jisung.

Setelah dilepas, Jisung tersenyum sumringah lalu mencari Sakuya nya. "Pangeranku! Dimana kau bersembunyi, sayang?" Jisung berjalan menyusuri ruangan kecil ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐖һ᥆'s 𝕻ᥲіᥒ?! _ 𝙹𝚊𝚎𝚖𝚜𝚞𝚗𝚐 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang