Kebencian mendalam.

474 47 7
                                    

Jisung termenung, menatap lurus pada pintu besi di hadapannya sambil mengelus perutnya yang tidak rata lagi, kehamilan yang sudah berusia 34 Minggu membuatnya tidak bisa bergerak bebas seperti biasanya. Beberapa bagian di tubuh Jisung juga membesar, seperti dada dan pinggang.

Ya, beberapa bulan lalu banyak pelayan yang mengira ia adalah salah satu wanita yang akan melahirkan anak karena itu mereka memberikan perawatan agar bayi Jisung kelak tidak terlahir sebagai manusia cacat.

Jisung pun selama kehamilannya pada trimester kedua, mendapat hidangan dengan porsi besar sehingga tubuhnya semakin berisi. tapi entah apa yang terjadi, sejak kehamilannya sudah berada di usia 26 Minggu, semua pelayan berubah. tidak ada lagi hidangan dengan porsi besar tidak ada lagi perlakuan khusus.

Justru belakangan itu, karena Jisung yang selalu berusaha mengeluarkan Sakuya dari penjaranya, Jisung mendapat hukuman dari orang-orangnya Jaemin. Dilecehkan dan diperlakukan seperti binatang, selayaknya Jaemin memperlakukan dirinya.

"Sayang, apa kau tidak sadar ini ibumu?" Jisung masih berusaha mencari pergerakan dari janinnya di dalam sana, ia menyingkap baju berwarna gelapnya lalu mengelusnya secara lembut disana.

"Sayang?" Jisung masih berusaha mencarinya, bahkan sekali-sekali ia menekan dengan pelan namun tidak ada reaksi sama sekali, Jisung menghela napas lalu kembali menurunkan baju nya yang kebesaran. sebenarnya itu milik Jaemin yang diminta Jisung dan dibayar dengan tubuhnya.

"Uh.. dia tidak memperdulikan aku, ibunya. Dan, ah.. bahkan adik kecilku sedang tertidur pulas.." Jisung menatap pada Sakuya yang tertidur pulas di sampingnya, beralaskan 3 pakaian Jisung yang sudah kekecilan sejak perutnya membesar.

"Shh.." Jisung mendesis kecil saat berhasil berdiri, perutnya yang besar membuat tubuhnya terasa sedikit pegal. Jisung berjalan menuju satu-satunya lemari yang masih terkunci hingga saat ini, Jisung menatap isi dari lemari tersebut dari lubang kecil yang diciptakannya lalu hanya tersenyum kecil.

"Aku belum terbiasa dengan ini.." menjauhi lemari usang di ruangan tersebut, Jisung berdiri tepat di depan kaca kecil di ruangan tersebut, kaca pemberian temannya. Jisung melakukan beberapa peregangan otot dan beberapa latihan yoga yang sederhana dan tidak menyulitkan. Hal ini disarankan temannya untuk kesehatan dirinya juga sang bayi yang akan lahir ke dunia.

Terkadang wanita itu juga melebihkan porsi milik Jisung dan Sakuya karena merasa kasihan pada mereka berdua, dan melihat Jisung yang terkadang masih mengidam.

Jisung menghela napas lalu menghembuskan secara perlahan dan kembali memegang perutnya, Jisung berjalan-jalan kecil di ruangan  tersebut lalu ia merasa ingin membuang air kecil.

Jisung membalikkan badan untuk memasuki kamar mandi yang cukup kecil karena dibangun sangat mendadak sesuai permintaan Jaemin. Mengingat dulunya ruangan ini adalah gudang yang berisikan barang tidak berguna.

Jisung keluar dari kamar mandi lalu memandang ruangan yang terlihat sangat suram, tanpa adanya ventilasi. Hanya ada satu bola lampu.

Jisung malah berpikir ingin merawat bunga, padahal tidak ada tanah dan cahaya matahari didalam sana. Tapi biasanya, 1-2 kali dalam seminggu Jisung akan dibawa keluar ruangan untuk berjemur dibawah sinar matahari pagi.

Dan disaat itulah ia akan melihat beberapa pekerja lain sedang bermain dengan bayi yang masih sangat kecil, Jisung selalu melihat bayi yang dijemur dibawah matahari, Tanpa ibunya, Jisung juga akan melihat beberapa wanita hamil berjemur bersama dirinya dan masing-masing memiliki orang yang menemani, sama seperti Jisung yang selalu ditemani oleh Shuhua, teman terbaiknya di tempat ini.

Terlalu lama melamun sehingga ia tidak menyadari ada seorang wanita dengan kulit putih, cukup tinggi dan paras yang memukau di depan pintu dengan 2 botol minum beserta mangkuk berisikan sesuatu ditangannya. Jisung baru melihatnya saat itu dan ia langsung tersenyum senang.

𝐖һ᥆'s 𝕻ᥲіᥒ?! _ 𝙹𝚊𝚎𝚖𝚜𝚞𝚗𝚐 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang