batasan.

593 59 31
                                    

"ayolah Seulgi, aku sangat ingin bertemu dengan bibi itu.. aku ingin memetik buah dan memberikannya kepada bibi itu, mereka pasti rindu dengan Jisung yang mereka katakan sangat manis!" Jisung sangat bersemangat ingin memetik buah hanya dengan menggunakan kardigan milik Seulgi dan keranjang buahnya.

"Jisung, tidak bisa. Donghyuck tidak memperbolehkanmu untuk keluar rumah lagi. Jangan membantah ya?"

"Huh? Memangnya kalau kita keluar dari rumah ini dia bisa melihatnya? Tidak kan? Ayolah, kumohon!" Jisung mengayunkan kedua tangannya sambil memasang wajah melasnya.

"Walaupun dia tidak mengetahui hal itu, tetap tidak boleh."

Jisung mengerucutkan bibirnya kedepan dan menghentakkan kakinya ke lantai dibawahnya.

"Kalau begitu, berjemur di halaman saja boleh ya?" Jisung menatap Seulgi dengan berbinar, dia sangat tahu kelemahan Seulgi. Jisung selalu merayu orang dengan wajahnya.

"Baiklah. Kalau hanya berjemur di halaman rumah saja." Seulgi tersenyum dan menuntun Jisung untuk keluar dari rumah kayu itu dan duduk di rerumputan hijau.

"Sudah senang sekarang?" Jisung hanya menatap Seulgi dan tertawa, lalu mendongakkan kepala nya keatas, Menikmati udara pagi yang sangat sejuk.

"Seulgi kenapa hari ini anginnya sangat sejuk?" Jisung menatap Seulgi dengan wajah penuh penasarannya, dia tidak pernah memanggil Seulgi dengan kata 'kakak' atau 'bibi' di depannya atas permintaan Seulgi. Agar semakin akrab dan tidak terasa canggung katanya.

"Karena mereka melihat Jisung yang sedang bahagia." Seulgi hanya mengasal namun membuat Jisung langsung menatapnya seperti mengatakan 'benarkah'.

Fakta nya memang hari ini Jisung terlihat sangat bahagia, tetapi tidak menjamin untuk beberapa saat setelah ini. Kehamilannya membuat Jisung terkadang bisa sangat bahagia dan tiba-tiba menangis dalam sekejap, terkadang juga kesal karena merasa mual. Tapi sudah lumayan berkurang beberapa hari ini, tidak tahu besok.

"Seulgi, kau tidak pernah menjawab pertanyaan ku yang ini. Kenapa kalian sangat baik padaku?" Jisung selalu melontarkan pertanyaan yang sebenarnya sangat malas untuk dijawab oleh Seulgi.

"Tentu saja karena itu adalah tugas kami. Kami diwajibkan untuk mengurus Jisung, baik kepadanya dan selalu melindunginya. Kami sudah dibayar, sayang. kami tidak boleh melanggar peraturannya." Seulgi menjelaskan dengan sedikit malas karena sebentar lagi Jisung pasti langsung sedih mendengarnya.

"Begitu ya? Jadi alasan kalian memperhatikanku hanya karena dibayar? Lalu bagaimana jika kalian tidak pernah dibayar? Apa kalian akan memperlakukanku seperti Jaemin hyung? Apa kalian akan selalu memarahi ku setiap kali berbuat salah, atau memukuli ku atau malah melecehkan aku? Kalian tidak akan menjual ku kepada pria tua yang gila nafsu kan? Dan apa kalian akan mencoba membunuhku jika aku mel-"

"Tidak akan! Kami tidak akan melakukan satupun hal dari yang Jisung sebutkan. Jangan pernah berpikiran seperti itu lagi ya. Lupakan semua kenangan buruk itu, kita akan hidup bahagia di hutan ini bersama-sama. " Seulgi menaruh jari telunjuknya pada mulut Jisung.

"Aku tidak bisa dan tidak akan bisa melupakannya, aku sudah diperlakukan seperti itu sejak kecil dan dibesarkan dengan rasa sakit. Tidak mudah melupakannya, lagi pula bunda selalu melarang ku untuk melupakan rasa sakit itu."

"Benar kah? Bunda Jisung sangat kejam ya? Bisakah aku tahu siapa nama bunda Jisung?"

"Tidak. aku tidak boleh mengaku sebagai anak bunda maupun papa kepada siapa pun yang bertanya, Mereka salah satu orang yang penting dan cukup populer di negara ini. Ah.. hanya beberapa orang dan guru di sekolah ku saja yang mengetahuinya. Itupun, mereka harus tutup mulut."

𝐖һ᥆'s 𝕻ᥲіᥒ?! _ 𝙹𝚊𝚎𝚖𝚜𝚞𝚗𝚐 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang