21 • SEBUAH AMARAH

39 2 0
                                    

APA KABARRR?

MASIH NUNGGUIN CERITA INI? AKU HARAP MASIH 🥹

HAPPY READING <3

ENJOY THIS CHAPTER 💌

21 • SEBUAH AMARAH

Nikmati yang telah ada. Hidup akan ada masa hilang, berlalu dan dilupakan. Masing-masing punya masanya. Mari belajar menjadi manusia yang tidak menyia-nyiakan.

•••

Markas besar milik Valderon kini diisi dengan berbagai obrolan yang mengisi waktu mereka. Masing-masing dari mereka tak sungkan-sungkan untuk berbagi cerita yang mereka miliki. Setiap malamnya, tempat ini memang tak akan dibiarkan sepi begitu saja. Ada kalanya satu atau dua orang yang memang sengaja menyempatkan waktu mereka untuk sekedar melihat keadaan tempat ini.

Di salah satu kursi panjang, terlihat saat ini satu gadis tengah asik dengan benda pipih yang dipegangnya. Entah karena suasana yang canggung bagi dirinya, atau bahkan ia sudah merasa jenuh berada di sini. Sebab, hatinya juga merasa sedikit tak enak karena merasa dirinyalah perempuan satu satunya yang berada diantara mereka.

"Mau pulang, nggak, Ra? Gue anter, deh." Memilih untuk mengalihkan fokus gadis itu, Iza menawarkan untuk mengantar pulang Dara—gadis yang sejak sore tadi berada di markas Valderon.

Sebab, tadinya Dara memang pulang lebih lambat daripada kedua sahabatnya. Bahkan gadis itu tak mau jika dirinya ditunggu oleh Bulan dan Candy. Padahal ia dan Candy juga satu kelas. Namun entah mengapa dirinya memberitahukan kepada dua sahabatnya bahwa ia harus pulang terlambat. Alhasil, Bulan dan Candy pun meninggalkan Dara tanpa tahu bagaimana nantinya gadis itu.

Tetapi siapa sangka? Dara tiba-tiba dibawa begitu saja oleh Iza. Kedua remaja ini memang terkadang membuat orang-orang disekitarnya bingung dengan sikap mereka. Entah apa yang terjadi pada mereka, hanya merekalah yang tahu.

"Nggak, deh. Males sama lo. Gue suruh jemput Bulan sama Candy aja. Sekalian main," celetuk Dara.

Mendengar nama Candy, lelaki yang sejak tadi dirinya sampai sama sekali tak membuka suara, kini mulai mengeluarkan beberapa pertanyaan. "Malam-malam gini mau main? Nggak ada waktu lain?" tanya Deva tatkala pendengarannya memang dengan tidak sengaja mendengar nama Candy.

Dara mengerutkan kedua alisnya, heran. "Terserah gue, lah. Main pakai tenaga gue, pakai duit gue juga."

"Ya, nggak malam-malam juga, Ra. Bahaya." Denta ikut menyeletuk. Sebab, dirinya juga takut jika terjadi sesuatu pada mereka.

"Terlanjur. Mereka udah otw ke sini," jawab Dara dengan malas.

"Ya udah nanti langsung pulang," titah Iza mencoba memberi saran.

Menatap satu per satu dari mereka, Dara memandangi wajah mereka dengan jengah. "Terserah kita nantinya."

Dibalik kesibukannya yang berkutat pada layar laptop, mata Zavi juga tadi tak henti-hentinya sesekali melirik Dara. Mendengar sikap serta nada bicara perempuan itu, juga membuat dirinya sedikit jengkel. Dara memang keras kepala. Tak jarang dari mereka sering kali kalah bicara saat menghadapi perempuan itu.

DEVAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang