13 • SEBUAH MOMEN YANG TERDAPAT RINDU

101 4 0
                                    

VOTE & KOMEN!


ENJOY THIS CHAPTER

Slmt baca 💌

13 • SEBUAH MOMEN YANG TERDAPAT RINDU

Kebersamaan itu indah. Namun sialnya, banyak orang yang mengabaikan.

•••

Semilir angin menelusup masuk ke dalam kulit tubuh Davin. Lelaki itu membuka pintu balkon dengan membawa sebuah buku diary favoritnya, tak lupa juga earphone yang sudah terpasang apik di kedua telinganya. Matanya tak berhenti memandang setiap rintik hujan yang jatuh membasahi bumi pada malam ini. Mulutnya terus bergumam, diiringi dengan suara hewan yang terus menari-nari kala hujan itu datang.

Ia mendudukkan tubuhnya ke lantai, seraya menyandarkan kepalanya pada tembok. Menikmati berbagai suara yang memenuhi indera pendengarannya. Seolah-olah, hal itu adalah salah satu pengiring disaat perasaannya semakin terasa sunyi. Davin memejamkan matanya, hal itulah yang menyebabkan memori-memori usang kembali membuat ulu hatinya terhimpit. Kejadian-kejadian yang dulunya selalu membuat dirinya merasa menjadi anak yang paling bahagia di dunia, kini telah tergantikan dengan kesakitan yang selalu menimpa perasaanya.

Davin benci situasi ini.

Mengapa? Mengapa harus dirinya? Dan mengapa harus hal ini yang terjadi? Mengapa tidak yang lain saja?

Biasanya, ketika saat-saat seperti ini, selalu ada dekapan sang Bunda yang bisa menghangatkan tubuhnya. Ah, ralat, bukan hanya tubuhnya. Tetapi juga perasaannya. Namun, yang selalu menjadi pertanyaannya setiap dirinya membuka mata.

Kini, di mana sang cinta pertama?

Hal apa saja yang sedang dilakukan oleh cinta pertamanya?

Bagaimana keadaan beliau?

Apakah sang Bunda bisa menikmati hari-harinya dengan kata menyenangkan setiap detik waktu yang beliau punya? Hidup layaknya seorang Putri kerajaan yang selalu dijaga dengan baik? Dan pastinya... selalu diiringi kebahagiaan setiap waktu yang berputar.

Tanpa sadar, satu tetes cairan bening sudah membasahi wajah Davin. Mata yang terlihat sayu, kini berhasil mengeluarkan sebuah cairan bening yang selama ini selalu ia simpan baik-baik. Takut jika cairan itu menjadi salah satu bentuk bahwa dirinya terlihat sangat lemah.

Davin membuka buku diary yang masih berada dalam genggamannya. Ia berusaha menuangkan beberapa tinta ke dalam buku tersebut, dengan perasaan sesak yang memenuhi dadanya. Lelaki itu terus menumpahkan perasaan yang dirasakannya selama ini. Setiap coretan tinta beserta gambar-gambar yang menjadi pelengkap dalam tulisan tersebut, berhasil membuat dadanya semakin bergemuruh. Kini, buku diary itu sudah dipenuhi dengan cairan yang sejak tadi sudah habis tak bisa ditahan lagi.

Derap langkah kaki, kini membuat fokusnya teralihkan. Davin mengusap wajahnya yang dibanjiri air mata. Dengan cepat, ia juga menutup buku diary itu—menyembunyikan buku tersebut di belakang tubuhnya. Kedua bola matanya masih setia menatap langit malam yang kini semakin gelap.

Seorang pria paruh baya tiba-tiba saja duduk di samping Davin. Pria tersebut membawa sebuah nampan yang berisi segelas susu jahe dengan ditemani oleh pisang goreng yang ia buat tadinya. Angga—ikut mendudukkan tubuhnya ke lantai. Netranya juga ikut memandang ke mana arah bola mata Davin memandang. Sejenak, Davin bisa merasakan kehadiran sang ayah. Semenjak Angga kembali menempati rumah ini, sang Ayah berhasil membuat hatinya kembali merasakan kehangatan. Entah sudah berapa kali dirinya merasakan hal seperti ini. Davin bisa membayangkan betapa hangatnya dekapan sang ayah. Walapun sejak Angga pulang, Davin sama sekali belum mendapatkannya. Bukan karena sang ayah yang tidak mau. Melainkan Davin yang selalu menghindar.

DEVAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang