"Akun TikTok? Ngapain anjir?" Abil masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari Letta.
"Iya! Aing bakal post semua progres kita. Semuanya! Apa yang kita tahu, apa yang ada di kepala kita, teori sama semua ini, kenangan kita, tips buat mereka di luar sana yang sama kayak kita. Masih banyak lagi!"
Alis Nayara tertekuk, Abil menggeleng dan Riri masih menunggu lanjutan penjelasan Letta.
"Gak usah aneh-aneh! Kayak yang bakal inget aja, kita bakal sibuk ngurusin hidup, siapa yang bakal inget buat video TikTok? Siapa yang bakal nonton?"
Letta memutar matanya malas mendengar reaksi Abil. "Aing bakal inget. Yang nonton juga siapa aja yang sama kayak kita di luar sana."
"Alah! Paling juga maneh bakal jadi beban, yang lain sibuk ngelindungin nyawa, maneh malah bikin TikTok."
Bian reflek tertawa keras mendengar celetukkan Abil. Nayara dan Riri ikut tertawa. Sementara Nawa dan Azura tersenyum mendengar itu. Letta memalingkan wajahnya tidak suka.
"Makanya, sia gak usah aneh-aneh! Diem, belajar sana pake pistol."
"Ya, terserah. Lagian yang bikin aing, bukan maneh. Maneh yang bacot." Letta langsung bangkit dan kembali ke lantai atas meninggalkan semua orang.
Nayara yang menyadari perubahan itu seketika merasa canggung dan tidak enak. Ruangan itu seketika senyap dan suasana tidak mengenakkan mulai mendominasi. Baru kali ini Letta menunjukkan emosinya. Bagaimana gadis berisik dan ceplas-ceplos itu akhirnya menunjukkan sisi bahwa ia juga manusia, tingkah uniknya membuat tampak seolah hati dan otaknya tidak pernah berguna saat bersosialisasi.
Bian tertawa lalu menepuk Abil. "Minta maaf sana."
Nayara dan Nawa mengangguk setuju dengan ucapan Bian.
Tapi Abil justru mengangkat bahunya, "Gak mau."
"Jujur yang tadi emang rada kelewatan si Bil, seenggaknya jangan langsung ditepis dulu. Kalaupun emang kamu gak suka idenya, biarin aja," Riri berucap, menunjukkan bahwa tawanya tadi tidak begitu lepas.
Ia tidak sejahat itu kok sebenarnya. Abil mau mengucapkan maaf. Tapi egonya masih betah di benaknya. Gadis kuat berjilbab itu butuh waktu untuk menurunkan egonya.
***
Waktu terus berjalan hingga sore, Letta masih belum turun. Sebesar itukah amarahnya? Nayara yang khawatir, akhirnya melangkah naik menghampiri sahabatnya.
Nayara mendapati gadis berambut ikal itu duduk dengan sisaan peluru di tangannya. Nayara mendekat.
"Le, turun yuk! Kamu belum makan lagi."
"Gimana?" Tanya Riri saat melihat Nayara turun dari lantai atas seorang diri.
Nayara menggeleng. "Susah." Naya mengambil tempat di samping Riri. "Dia juga tadi cerita sambil nangis. Masih emosi kayaknya."
Bian yang tak sengaja mendengar itu seketika merasa tidak enak setelah menjadi orang yang tertawa paling keras tadi. Ia menaruh gelasnya di bak cuci piring dan pergi, membuat Nawa langsung mengomel karena pekerjaannya tidak kunjung selesai sejak tadi.
"Le."
Letta menoleh ke samping, mendapati Bian dengan raut tidak enaknya berjalan mendekat. Bian duduk di sebelahnya. "Maaf ya, tadi urang ketawain maneh."
Karena Letta tipe yang mudah untuk meminta maaf, ini membuat Bian tidak perlu mengambil banyak waktu haruskah ia meminta maaf atau tidak. Entah untuk memaafkan. Apakah mudah?
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Survive
ActionLetta, Nayara, Bian, Abil, Riri, Azura, dan Nawa. 7 siswa putri yang terkenal di sekolah mereka dengan sejuta bakat sejak awal masuk kelas 10. Mereka pikir kehidupan SMA mereka akan mulus dan dikagumi oleh adik kelas. Lulus SMA dengan nilai besar, k...