15: Teammates

26 6 8
                                    

Ali mengangguk serius mendengarkan ucapan Zian, sementara Gara hanya mendengarkan sekilas sebelum menghampiri para gadis yang sibuk bercanda itu.

"Haloo!" Sapanya yang disambut baik oleh para gadis itu. Dia duduk di antara Nayara dan Nawa.

Di sana bukan hanya Gara, Dika dan Jo juga ada di sana asik bercanda dengan gadis-gadis yang berseragam putih abu itu.

"Hai, aku Gara. Nama kamu?"

Nawa menoleh dan panik. Sirine waspada sudah menyala dan berisik di dirinya. Tidak seharusnya ia duduk terlalu dekat dengan laki-laki. Tapi tidak bisa berbohong bahwa lelaki di sampingnya ini benar-benar tampan dengan mata monolidnya. Astaghfirullah! Ayah pasti akan murka jika tahu ini. Nawa mengigit pipi dalamnya, tapi orang tuanya tidak akan tahu kan?

Gadis blasteran arab itu tersenyum, "Nawa."

Gara tersenyum sumringah. "Kalian bisa sampai bertahan sekarang, kok bisa?"

Diam-diam, Azura melirik tajam ke arah Gara sebelum kembali dengan Dika yang ternyata membaca manga favorit Azura dan Abil.

"Gila! Terus gimana?"

"Ya untungnya Tuhan masih kasih kita kesempatan hidup. Bian masuk mobil dan kita pergi. Di mobil baru kita obatin telinga Azura sama luka cakaran Bian. Tapi yang gak aku tahu," Nawa menoleh ke arah Bian. "Lukanya kena air liur atau enggak, itu yang gak aku tau."

Gara menggeleng, "Gak kena itu. Sepenelitian kita, manusia baru bisa berubah jadi zombie setelah 3 menit, mau itu digigit zombie tipe berat maupun ringan."

Nawa membelalakkan matanya, "Kalian bikin penelitian juga?"

Gara tersenyum dan mengangguk. "Aku teh gak tau euy Ali bolehin kita kasih tau ke kalian atau enggak. Tapi ya ... ada lah."

Dika tertawa sambil menyibakkan rambut lebatnya. "Tapi emang seru sih kalau manouver di Attack On Titan ada di dunia nyata."

"Ya kaann!!" Seru Abil.

"Pasti keitung lebih gampang buat ngabisin Alexnya! Nanti aku latihan pokoknya seharian sampe bisa pakenya, aku pastiin aku bersihin semua Alex di Bandung pake tangan sendiri!" seru Azura menggebu-gebu.

Dika melihat semangat sebesar itu tertawa seru. "Keren-keren! Nanti aku back up!"

"Janji kalau semisal manouver beneran ada?" tagih Azura.

"Janjii, tapi kalo buat sekarang kita jalan kaki dulu."

Azura mendengus malas mendengar penuturan Dika. Itu juga ia tahu.

"Gak apa-apa Azura, nanti aku gendong! Tzahh tzahh!" Seru Riri membuat semua orang tertawa.

"Keren! Keren!" Puji Jo.

Riri menoleh ke arah Jo dan tersenyum. Gadis rantau itu tidak tahu saja, senyum lembutnya dapat mengguncangkan laki-laki itu. Jo seketika merasa dirinya di sebuah tempat indah yang didominasi warna merah muda dengan bentuk hati di mana-mana. Pupil Jo melebar, sama halnya dengan senyum Jo yang tanpa sadar kian melebar.

Jo malu mengakuinya, tapi ia seketika tahu tujuan hidupnya.

"Sebenarnya ini gedung apa sih? Ada berapa lantai?" Bian berjalan mendekati teman-temannya yang sekarang sedang duduk melingkar. Gadis itu memicingkan mata ke arah Gara karena telah mengambil tempatnya.

Nawa dan Letta bergeser agar Bian mendapatkan tempat duduk.

"Gak tau sih, kayaknya ini gedung kantor gitu atau gedung yang bisa disewa mungkin? Gak paham juga. Soalnya gedungnya teh ada kafe, kantor, banyaknya kantor sih, sama studio 2." Jawab Dika.

How To SurviveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang