[6] Rencana Makan Bakso!

641 62 4
                                    

***

Untunglah saat Silmi sampai di mushola, iqamah baru berbunyi. Meskipun resikonya ia tidak bisa melaksanakan sholat sunnah tetapi lebih baik daripada terlambat sholat wajib. Yang jadi masalahnya, kalau terlambat sedikit, mushola akan penuh, pasti tidak kebagian tempat.

"Kok lama banget?" tanya Nadhif sembari berdiri bersiap sholat.

"Peniti ku tadi hilang, jadi ke kelas dulu ambil di ransel. Untung aku bawa persediaan." Jelas Silmi.

Nadhif manggut-manggut mengerti. "Yaudah, sholat."

Kemudian sholat dzuhur dijalankan secara berjamaah.

10 menit lebih, semua murid sudah berbondong-bondong keluar mushola. Cukup lama berada di mushola sebab murid dituntun berdzikir bersama oleh guru agama di sekolah ini.

Silmi mengusap wajahnya setelah berdo'a, tak lupa ia juga mengusap bahu dan tangan Nadhif yang berada disampingnya.

"Semoga doa-doa baik selalu sampai ke kamu." Ujarnya tersenyum tipis.

Nadhif mengulum senyum manis, ia memeluk sahabatnya erat. Perlakuan Silmi kerap kali menghangatkan hatinya. Setiap selesai berdo'a, sahabatnya itu selalu mengusap kedua bahu dan tangannya, sembari terus berdzikir menyebut asma Allah. Seperti itu, jika kita memiliki sahabat hijrah, sahabat yang tak hanya ingin bersama didunia, tapi juga di surga-Nya, Allah.

Dan ternyata, interaksi mereka sejak tadi di saksikan oleh dua saudara bermarga Atharauf. Keduanya memperhatikan itu dari jendela kaca yang kebetulan memperlihatkan atensi si dua sahabat.

Jantung Afnan berdetak kencang. Ia semakin di buat jatuh hati pada Nadhif. Kepribadian lembut gadis itu membuat hatinya hangat. Ia semakin dibuat jatuh, jatuh, jatuh dan jatuh cinta semakin dalam.

"Hah... Bidadari surga udah pasti iri." Gumamnya.

Ia menoleh pada Azlan yang sedari tadi diam mematung. Terkadang, Afnan juga ingin melontarkan ledekan seperti 'kenapa liatin cewek itu? suka, ya...' atau ejekan yang lebih panas 'wah, Nuzul udah moveon!!'

Ingin seperti itu, tapi Afnan sadar, saudaranya belum benar-benar melupakan masa lalunya, cinta pertama yang Azlan temui di usianya yang baru memasuki 10 tahun kala itu.

Azlan tak mengalihkan tatapannya pada Silmi, timbul dalam benaknya suatu pemikiran konyol.

"Kalau anak kecil itu Silmi, seberapa beruntungnya gue?"

***

Imran turun dari tangga dengan terburu-buru, pulang dari kantor bukannya mendapat sambutan dari anak bungsunya, justru ia tidak mendapati Fyan di manapun.

"Sandy!!" Panggilnya dengan suara keras.

Sandy keluar dari kamar dengan wajah lesu, ia baru saja mengarungi alam mimpi, tetapi harus dipaksa kembali bangun oleh panggilan ayahnya.

"Ken-"

"Mana adekmu?" Imran langsung memotong ucapannya.

"Mana Sandy tau!"

"Itu adekmu!"

Emang yang bilang dia bapak gue siapa? Sandy menggerutu dalam hati.

[√] Surat Takdir Dari Tuhan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang