[22] Terimakasih !

410 49 2
                                    

"Meski sakit,
tapi ini yang terbaik."

—STDT—

***


Maura menatap lamat langit malam tanpa bulan yang menjadi penerangan. Sunyi, bahkan suara kicauan burung tak ikut andil malam ini. Ia mengerjapkan mata ketika hembusan angin malam menembus kulitnya.

Maura menghela nafas berat, ia tiba-tiba rindu dengan kedua orang tuanya, namun dimalam ini tidak ada bulan ataupun bintang yang dapat mengobati rindunya.

Ia tidak bohong saat mengatakan kepada keluarga Azlan jika orang tuanya telah meninggal, sebab kenyataannya memang seperti itu. Ia ditinggal pergi lebih dulu oleh ayahnya saat berusia 14 tahun, kemudian diusia 16 tahun —satu tahun yang lalu ibunya ikut berpulang kepangkuan Tuhan. Bukan pergi karena kecelakaan ataupun memiliki penyakit, tetapi memang sudah ajalnya.

Rasa bersalah ikut menguasai pikirannya.

Tinggal bersama Hendra tidak pernah sekalipun Maura merasa aman. Ia selalu merasakan kekangan, luka fisik, dan mental yang hancur.

Termasuk hal yang terjadi baru-baru ini, ia menipu Azlan dengan mengatakan jika ialah masa lalu pemuda itu. Padahal, itu bohong.

Hendra mendengar perbincangan orang tua Azlan tentang masa lalu yang menjadi cinta pertamanya. Maka saat itu, Hendra yang memang berambisi bisa bekerjasama dengan perusahaan Marwan agar mendapat untung yang besar, merencanakan hal licik ini.

Dan Maura terpaksa ikut serta.

Saat Azlan tahu kebenarannya, mungkinkah ia tidak sudi lagi menatapnya barang sedikitpun?

Maura menunduk dalam, ia mengepalkan tangan emosi. Semuanya sarat akan rasa sakit.

Ia sudah memutuskan untuk jujur dengan Azlan, besok ia akan menemui pemuda itu dan memberitahukan kebenarannya.

Iya! Maura sudah bertekad.

Tapi bagaimana?

"Ayah, ibu... Maura suka sama Azlan. Ini gimana?"

Menyukai seseorang yang sedang menyukai orang lain memang menyakitkan. Dan Maura kini merasakan itu.

Beruntung sekali menjadi Silmi. Dicintai hebat oleh orang yang sebenarnya belum benar-benar bisa lepas dari ingatan masa lalunya.

Maura menggeleng cepat, jangan sampai karena rasa sukanya ini menjadikannya perempuan egois yang hanya mementingkan perasaan sendiri. Bagaimanapun, ini salah.

Azlan mengenalnya sebagai Aya, sedangkan sebenarnya dia hanya Maura.

Ia akan jujur, dan ia berharap, Azlan tidak menyimpan rasa benci.

Terserah jika Hendra akan lebih menyiksanya lagi. Maura juga akan memastikan, Hendra dihukum berat didalam jeruji besi atas tindak kekerasan yang dilakukan.

***

Setelah bertemu dengan Silmi kemarin, kini giliran bertemu tokoh utama dalam fakta ini.

Maura menggigit bibir gusar. Ia berdiri di depan pintu rumah Azlan sejak 5 menit yang lalu, belum ada keberanian yang ia kumpulkan untuk mengetuk pintu didepannya.

Gadis itu berdecak kesal, sedetik kemudian tangannya terangkat mengetuk pintu itu cukup kencang.

Tak butuh waktu berapa lama, seseorang membuka kenop pintu.

[√] Surat Takdir Dari Tuhan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang