***
Azlan meraih tangan sang istri begitu melihatnya hampir terjungkal sebab tak memperhatikan jalan. Dia memeluknya dari samping dengan raut wajah khawatirnya.
"Aku, 'kan udah bilang, kalau jalan hati-hati, sayang...."
Sang istri menyengir lebar dari balik cadarnya. "Itu nanti keburu habis jagungnya..." rengeknya sembari menunjuk pedagang asongan yang menjual jagung bakar.
Azlan terkekeh pelan. Ia menoel hidung yang tertutupi kain itu dengan gemas.
"Kalau gitu, aku yang beliin." Katanya yang langsung diangguki dengan semangat oleh istrinya.
Selepas Azlan pergi, sang istri -Hayatul Silmi Azizah, memilih duduk di kursi yang terdapat di taman itu. Senyumnya tak pernah luntur memperhatikan suaminya yang sedang antri hanya untuk sekedar memenuhi keinginannya yang ingin makan jagung bakar.
Mungkin kalian bertanya-tanya, mengapa Azlan dan Silmi? Bukan Afnan dan Nadhif yang jelas-jelas baru selesai melangsungkan pernikahan.
1 tahun yang lalu, sahabatnya menikah dengan pujaan hati. Maka 1 tahun setelahnya, Silmi menikah dengan cinta pertamanya yang ia temui ketika berumur 10 tahun di masa lampau.
Silmi memilih untuk tidak kuliah. Lebih baik daripada ia harus jauh-jauh dengan suaminya.
Pernikahan mereka mungkin terlalu tiba-tiba, sampai mengejutkan dua pasutri -Afnan Nadhif, namun juga disambut dengan meriah.
Baru beberapa bulan pernikahan mereka, dan Silmi selalu di buat jatuh cinta yang kesekian dengan orang yang sama. Azlan luar biasa dewasa, dia royal, terkadang manja, juga sedikit over protektif, namun Silmi menyukai itu semua.
Entah bagaimana caranya ia harus mendefinisikan rasa bersyukur yang dirasakan setelah memutuskan tidak melanjut pendidikan, namun dihadiahi hal yang luar biasa diluar dugaan.
Silmi merasa seberuntung itu bisa mencintai Atharauf Azlan Nuzula tanpa melebihi cintanya kepada Sang Pencipta.
"Sayang... Hei, kok ngelamun?"
Lamunan Silmi buyar, ia spontan mendongak menatap suaminya yang jauh lebih tinggi dari dirinya. Karna posisi Azlan yang tengah berdiri, Silmi langsung ikut berdiri dan merengkuh erat tubuh kekar itu.
Azlan membulatkan mata lantaran terkejut dengan respon tiba-tiba istrinya. Tangan kanannya yang memegang jagung bakar berbungkus kertas terangkat keatas, kemudian ia gunakan lengan kirinya untuk membalas pelukan itu.
Di usap-usapnya punggung Silmi dengan lembut. "Kenapa? Ada yang ganggu pikiran, adek?"
Gelengan yang ia dapati.
Azlan mengulum bibir, membiarkan posisi mereka tetap seperti ini untuk beberapa menit meskipun sudah banyak pasang mata yang memperhatikan keduanya.
Hampir 5 menit lamanya, barulah Silmi melonggarkan pelukannya.
Ia memberikan senyuman termanis kepada sang suami hingga matanya menyipit. Tanpa mengatakan apa-apa, ia mengambil jagung bakar dari tangan Azlan, mendudukkan diri di kursi dan mulai menggigit jagung bakar tersebut.
Azlan hanya geleng-geleng kepala sembari ikut mendudukkan diri di kursi yang terdapat di depan istrinya. Memperhatikan wanita itu dalam diam, terkadang tingkah Silmi memang diluar nalar dan sulit ditebak.
Ia mengusap gemas pucuk kepada Silmi tanpa melunturkan senyumannya.
Lama mereka terdiam dalam keheningan. Silmi melirik Azlan dengan ekor matanya. Ia menyodorkan jagung bakar yang masih ada setengah kepada suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] Surat Takdir Dari Tuhan
Novela Juvenil[TAHAP REVISI] Setelah merasa bebas karena berhenti mondok dan melanjutkan pendidikan di bangku MA, Azlan pikir hidupnya akan seperti cerita-cerita kebanyakan, mewah dan tak tertekan. Tetapi justru, semakin tersiksa saja! Tentang saudara yang mampu...