"Aku mencintaimu, dan aku
bersyukur atas anugerah itu."—Ayyana Maura Olivia—
***
"Kita masak yok, Zul." Sorak Afnan bersemangat.
Azlan tidak membalas apapun, ia sibuk melamun membuat Afnan emosi tak di perhatikan.
"Azlan Nuzula!!!" Teriak Afnan sukses menyadarkan Azlan dari lamunannya.
"Hah? Apa?"
"Hih? Ipi?" Cibir Afnan kesal dengan mulut dimaju-majukan.
Azlan mendelik sinis. "Apa?!"
"Gue ngajak lo masak slebew."
"Kagak mau!"
"Lah, naon?"
"Takut diamuk ummi, semisal dapurnya jadi kapal pecah."
"Lo ngehina kehebatan gue? Gue ini juru masak, mennn..." kata Afnan sembari menepuk dada bangga.
"Segala ngebangga, mana ada yang mau makan masakan lo yang kek lumut laut."
"Nyenyenyenye..." Afnan mencibir lagi. "Udah, ayo ke dapur, jan loyo-loyo, nanti si Aya di embat orang."
"Nggak nyambung, cok!"
***
"Lo potong bawang merah ama bawang putih, gue bersihin sayur dulu." Perintah Afnan, dan Azlan melaksanakan dengan ogah-ogahan.
Tak genap beberapa detik mengupas bawang, mata Azlan sudah perih.
"Lo nangis? Terharu gitu bisa masak bareng koki terbaik sedunia?" Afnan telah selesai membersihkan sayur. Ditangannya kini ada minyak goreng.
Azlan mengusap sudut matanya menggunakan punggung tangan. Tak berniat membalas ocehan adiknya. Ia kembali memotong bawang tersebut.
"Yaelah, dikacangin." Sungut Afnan misuh-misuh sendiri.
Azlan melirik sejenak sayur di mangkuk kecil yang sudah dibersihkan Afnan tadi. Kondisi sayurnya seperti...
"Itu sayur apa cacing mati?"
"Sayur lah! Buta mata lo?!"
"Bentuknya gitu amat,"
"Napa? Nggak suka lo? Ini tuh namanya berbeda dari yang lain."
"Setidaknya kalau mau berbeda dari yang lain tuh, yang bagusan dikit, dekk..."
"Diem lu jablay, lu nggak ngerti!"
Azlan menggeleng pasrah, "susah emang ngomong ama si otak segitiga bermuda..."
Afnan mulai menuangkan minyak keatas panci, sesaat setelah minyak mendidih barulah ia tuangkan bawang merah dan bawang putih yang di potong Azlan tadi. Bungsu Atharauf terlihat begitu menikmati acara memasaknya. Tangannya tak berhenti mengaduk sayur yang berada di atas panci tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] Surat Takdir Dari Tuhan
Teen Fiction[TAHAP REVISI] Setelah merasa bebas karena berhenti mondok dan melanjutkan pendidikan di bangku MA, Azlan pikir hidupnya akan seperti cerita-cerita kebanyakan, mewah dan tak tertekan. Tetapi justru, semakin tersiksa saja! Tentang saudara yang mampu...