***
"Bang Azlan udah jelek, kalau galau makin jelek!" Ledek Wais sembari menjulurkan lidah.
"Sayang banget, yaa... Masih kecil matanya udah rabun. Orang ganteng begini dikata jelek." Balas Azlan ikut menjulurkan lidah.
Wais mencibir, kemudian beralih menatap Afnan yang tak jauh beda dengan suasana hati Azlan.
"Bang Isrul juga lagi galau?" tanya Fyan prihatin.
Afnan mengangguk lesuh. "Iya, cil. Kita heart gue, masa dia jalan ama cowok lain!"
Azlan spontan menegakkan badan, ia berbalik sepenuhnya kearah adiknya.
"Senasib kita, cok! Masa tadi Silmi jalan ama... Nggak tau gue namanya, nggak penting juga!"
"Nadhif juga jalan ama salah satu anggota OSIS, gue kenal dia, namanya Arwan! Awas aja, gue tandain tuh!"
Fyan menggeleng maklum, sedangkan Wais langsung menghardik.
"Makanya nggak usah cinta-cintaan." Sarkas bocah tersebut.
"Sorry, kita dah mau tamat sekolah. Udah dewasa, lah elu, masih bocah." Balas Azlan tak mau kalah debat.
"Makanya Wais nggak cinta-cintaan, kan masih bocah."
Afnan semakin kesal, Wais selalu berhasil membungkam keduanya.
"Kurang ajar, lo! Kek kutu!" Hardiknya.
"Kok kutu?" heran Azlan dan Fyan.
"Iyalah, coba bayangin seberapa kurang ajarnya kutu, kepala manusia di injak-injak!"
"Hahahaha...." suasana hati Azlan langsung berubah karena lawakan receh saudaranya.
Fyan bertepuk tangan riang.
"Fyan mau cerita!"
"Cerita aja, Cil." Kata Afnan mempersilakan.
"Masa, yaa... Kemarin kak Sandy buatin Fyan nasi goreng." Fyan bertepuk tangan lagi, bukti bahwa ia begitu senang.
Ketiganya melongo takjub.
Azlan berbisik pada Afnan. "Kira-kira nggak diracunin tuh nasi goreng?"
Afnan memukul keras kepala kakaknya dengan raut wajah kesal. "Buktinya Fyan masih nafas!"
"Enak nggak?" tanya Wais.
"Keasinan."
Meledaklah tawa dua saudara tersebut. Terlebih Fyan menjawabnya begitu polos.
"Terus-terus? Lo abisin, Cil?" tanya Azlan masih dengan tawanya.
"Iyalah, itu pemberian pertama kak Sandy."
Afnan mengulum bibir, berusaha menghentikan humor recehnya.
"Baguslah, ada perubahan."
***
Pukul 20:00
Selepas mengerjakan tugas sekolah, dua saudara bermarga Atharauf tidur selonjoran di lantai kamar. Tidak tahu aktivitas apa yang bisa dilakukan untuk menghilangkan rasa malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] Surat Takdir Dari Tuhan
Teen Fiction[TAHAP REVISI] Setelah merasa bebas karena berhenti mondok dan melanjutkan pendidikan di bangku MA, Azlan pikir hidupnya akan seperti cerita-cerita kebanyakan, mewah dan tak tertekan. Tetapi justru, semakin tersiksa saja! Tentang saudara yang mampu...