[12] Perihal Kesopanan!

484 49 5
                                    

***

"Kita juga pulang." Ujar Sandy sembari menggenggam tangan Fyan. Wais langsung saja memberikan tatapan membunuhnya, namun Azlan mencoba memberikan pengertian.

"Gapapa, besok baru ketemu lagi disekolah."

"Kamu pulang sama Fyan, nak?" tanya Waida dan Sandy memberikan anggukan. "Yaudah, hati-hati dijalan."

"Jangan apa-apain, Fyan!" Peringat Wais.

"Enggak janji, takut khilaf. Barangkali gue lempar doang dari motor."

Mendengar itu, Fyan dengan sekali hentak melepaskan genggaman Sandy dari tangannya.

"Itu percobaan pembunuhan!" Kelakar Fyan.

Keempat pemuda yang sejak tadi menyimak pembicaraan mereka reflek tertawa, heran darimana Fyan mendapatkan kalimat luar biasa seperti itu.

Agung mendekat dan mengusap pucuk kepala Fyan, sembari bertanya penasaran. "Dapet kata-kata itu darimana, dek?"

"Di laptop kak Sandy banyak film-film kayak gitu." Jawabnya polos.

Afnan melebarkan mata syok. "Yang kek mana? Nggak aneh-aneh 'kan?"

"Lo pikir gue cowok apaan?!" hardik Sandy kesal.

"Lo cowok otak sembarang!" Jawab Azlan santai.

"Biasanya yang ngomong gitu yang kek gitu aslinya." Timpal Randi.

Azlan menendang kaki Randi main-main. "Bocil diem aja!"

"Maksud Fyan itu film-film kriminal." Jelas Fyan menengahi.

Akhyar mendekat kemudian memberi senyuman tipis pada Fyan. "Umur Fyan berapa?"

"10 tahun."

Akhyar manggut-manggut paham. "Di umur yang masih terbilang muda kayak gitu, Fyan belum boleh nonton film-film bergenre thriller. Nonton Omar dan Hana aja, disitu'kan ada banyak pelajaran tentang agama islam yang bisa bikin pengetahuan Fyan makin luas tentang agama kita."

Ustadz muda itu menjelaskan dengan hati-hati, agar Fyan dapat mencerna setiap kalimat yang dilontarkannya.

Wais melengkungkan bibir membentuk senyuman. "Yang kek gini nih, yang cocok jadi abangnya Wais sama Fyan!"

Azlan, Afnan dan Sandy meringis tertahan.

Sedangkan Agung, Fitrah dan Randi menertawakan ketiganya. Pasti mereka merasa tersindir.

"Kita bukan lagi keluargahhh." Afnan mendramatis.

Wais mencibir, Fyan terkekeh pelan dan Akhyar tersenyum hangat.

Mereka semua, terlihat seperti keluarga cemara.

***

"Gila! Nyesel banget gue nggak dateng di majelis Al-Ilmi kemarin, ternyata Akhyar dateng kesana!" Heboh Aika.

Pagi-pagi sekali, dimana setiap hari sabtu adalah jadwal piketnya dengan Lidya, bukannya membersihkan kelas justru keduanya sibuk berghibah.

[√] Surat Takdir Dari Tuhan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang