Tegang

19 3 0
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.

    Terhitung sudah satu bulan Alara menjadi murid baru di SMA Mandiri, yang berarti sudah satu bulan juga sejak dirinya berbaikan dengan Kara. Walaupun merasa sedikit kecewa, gadis itu masih berusaha memaafkan dan berbaikan dengan sang kekasih, karena peristiwa itu murni bukan kesengajaan Kara, malainkan jebakan dari sang ibu dan juga mantan sahabat Alara.

.
.
.
.

"Kamu bisa kesini gak? Aku kangen tau," suara manja itu berasal dari ponsel Kara, kini keduanya sedang melakukan panggilan video.

"Kamu mau aku kesana sekarang?"

"Iyalah, kangen aku itu udah over banget! Emang sialan nih kangen, gak tau waktu apa? Orang masih di sekolah juga."

"Ya lagian kamu kenapa pake pindah sekolah segala? Susah sendiri kan?"

"Ih... Kan waktu itu aku emosi, emang siapa yang mau nyiksa batin dengan lihat sahabat penghianatan itu setiap hari."

"Aku mohon kamu lupain kejadian itu, anggap kamu gak pernah lihat apa-apa sayang."

"Jangan sedih dong, aku gak marah lagi kok. Tapi aku udah benci dan dendam sama dia!!"

"Iya terserah kamu, udah dulu yah cantik aku. Entar malam aku jemput kamu.. See you sayang." dengan buru-buru Kara mematikan panggilan itu saat netra nya bersitatap dengan bola mata hitam seorang gadis cantik yang berjalan santai menuju arah nya.

"Boleh ngomong sebentar?" ucap gadis itu saat sudah berada di hadapan Kara.

"Punya berapa nyawa lo? Berani bener nginjakin kaki lo disini," ujar Binar sinis, begitu juga dengan tatapan para remaja lainnya. Yang tak lain adalah sahabat Kara, dan Veera kekasih Nathan. Mereka memang sedang berkumpul di sudut kantin, tempat khusus yang tak bisa di duduki sembarangan orang.

   
     Tanpa menghiraukan perkataan Binar yang merupakan mantan sahabatnya itu, gadis yang tak lain adalah Bianca itu dengan berani nya duduk di bangku samping Kara yang memang di buat kosong karena dahulunya itu bangku milik Alara. Tidak ada yang berani duduk disana karena menghormati posisi Alara sebagai kekasih leader, tapi kini seseorang yang jelas bukan Alara sudah duduk manis di bangku tersebut.

    Dengan perlahan Kara berdiri dari duduknya, suara decitan antara kaki kursi dan lantai yang bergesekan itu membuat perhatian penghuni kantin berpusat pada ketua Bruiser itu, terlebih kini mereka melihat bangku keramat itu ada yang mengisinya tapi bukan Alara. Di sebut bangku keramat karena hanya Alara yang boleh duduk disana atas perintah mutlak seorang Baskara Aderson sang ketua Bruiser juga cucu pemilik sekolah.

"Berdiri!" perintah Kara dengan suara rendah namun tersirat emosi.

"Aku bakal berdiri kalau kamu setuju ikut sama aku," balas Bianca berani membantah.

"Gue akuin mental dia cukup bagus berhadapan sama Kara," bisik Veera pada Binar.

"Gak papa, ini waktu emas buat kita lihat gimana kejamnya Kara yang gak pandang bulu." ujar Binar tersenyum miring.

"Jangan salahin gue kalau lo gak bisa lihat dunia lagi hari ini," desis cowo itu kejam dan mampu membuat siapa saja yang mendengar nya merinding ketakutan termasuk gadis cantik di hadapannya.

"Jangan sampe Kara kelepasan di sini, cari cara biar wanita iblis itu cepat pergi dari sini." tutur Novan.

"Setuju, gimana pun dia tuh cewe dan gak pantes dapat balesan disini. Tunggu nanti di markas aja," ucap Nathan tersenyum sinis.

Mysterious BadGirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang