Setelah seharian di villa...
Malam pun tiba, ketika itu semua sudah tidur di kamar masing-masing, kecuali Arkian yang masih duduk di sofa seraya membuka-buka sebuah album kenangan lama yang dibawanya kemanapun ia pergi, halaman demi halaman album tersebut ia buka, air matanya sesekali menetes dari kelopak matanya yang indah tersebut.
Agni kala itu baru saja keluar dari kamar mandi, ia kaget melihat adiknya tersebut belum tidur dan masih membuka-buka album.
Agni duduk di sebelah adiknya itu seraya mengelus pundaknya,
"Rayih, kamu kenapa sedih, si Ratih ngambek sama kamu? tanya Agni.
"Kagak, entah kenapa setiap buka album ini aku pasti nangis"Arkian berupaya menahan tangisnya.
"Ada apa denganmu, Rayih, jangan bersedih Rayih, Yunda bersamamu kok"hibur Agni.
"Aku ingin cerita masa laluku, tapi kamu jangan cerita ke siapa-siapa yah"ujar Arkian.
"Yah, janji deh , Yunda jaga rahasiamu, Rayih"jawab Agni.
"Jadi begini, kamu masih ingat tidak ketika SD aku sering diejek sama teman-teman kalau aku bukan anaknya Pak Suep? memang demikian, di masa lalu, aku pernah punya keluarga di Ciganjur Jakarta dan aku memang bukan Orang Cirebon seperti kamu sama Hanafi, Ibuku orang Jepang dan Bapakku Orang Betawi, bapakku punya perusahaan besar,aku anak tengah dan punya dua saudara perempuan.Tapi ketika aku usia 5 tahun, mendadak ada seorang bertudung hitam datang ke rumahku dan membantai keluargaku serta membakar rumahku, lalu aku diselamatkan Pak Suep dan dibawa ke rumah kita, , ini album foto-foto keluarga ku dulu"cerita Arkian.
"Sudah, kamu tidak usah bersedih, ingat kamu pemeran Kian Santang kan? kamu harus kuat, sudahlah masa lalumu itu, hadapi masa depanmu"ujar Agni.
"Aku juga sering tidak bisa tidur, karena dengar ceritanya Ratih, bahwa orang bertudung hitam itu kini menyamar menjadi salah satu staf Pak Suep, entah siapa aku tidak tahu karena stafnya Pak Suep juga banyak, kabarnya orang itu menunggu kesempatan yang tepat untuk membunuhku"ucap Arkian.
"Sudahlah , Rayih, mungkin Ratih benar.Tapi kau juga harus yakin bahwa Allah selalu melindungi kita semua bukan? Agni memeluk adiknya.
Arkian merasa nyaman dalam pelukan Agni, kakak angkatnya itu.Meski masih muda, Agni memiliki sifat keibuan yang kentara.Ia sangat menyayangi adik lelakinya itu.Ia memperlakukan Arkian layaknya adiknya sendiri.
"Yuk, kita jalan-jalan , supaya kamu tidak sedih lagi"ajak Agni.
Arkian mulai terhibur, ia masuk ke kamarnya, mengambil jaket oranye nya dan tak lupa ponselnya, setelah siap...
Agni dan Arkian berjalan-jalan ke hutan sekitar villa, suasana hutan itu tampak begitu indah, pohon-pohon hijau yang bercahaya dengan pantulan sinar bintang dan kunang-kunang.
Akhirnya tibalah mereka di sebuah pohon beringin yang batangnya berlubang besar...
POV Agni:
"Mungkin ini pohon yang dibilang Pak Ucok, aku penasaran, aku masuk aah"Agni melangkah dan masuk ke lubang pohon tersebut, Arkian juga turut masuk dan....
Tiba-tiba saja suasana berubah, Arkian tidak lagi berada di sebuah hutan yang gelap, tetapi berada di sebuah kota pelabuhan abad ke-16 M yang berada di pesisir, di pinggir pantai, bersandar kapal-kapal, kala itu juga di waktu malam dan tiang-tiang obor di pasang di sudut pelabuhan.
Di gerbang kayu pelabuhan, berjaga prajurit-prajurit berbadan kekar dan berkulit cokelat dengan dada penuh otot yang dilapisi lempeng besi dan rambut hitam yang diikat dengan dibentuk lingkaran ke atas kepala, mereka membawa perisai bundar dan tombak panjang.
Rumah-rumah kayu penduduk berjajar dengan atap ijuk, tampak seorang raja dengan bertelanjang dada dan memakai batik di pinggang dan mahkota emas berbentuk lingkaran dengan hiasan di telinga berupa daun emas dan rambut hitam terjulur ke pundak, serta kulit sawo matang dan kumis hitam panjang , serta di lehernya terdapat kalung-kalung emas sedang menunggang kuda hitam dengan diiringi seorang abdi dalem bertelanjang dada dan memakai celana putih dengan rambut diikat lingkaran ke atas membawakan payung kuning baginya.
"Prajurit, jaga tempat ini, sebentar lagi Armada Portugis akan datang untuk membantu kita melawan Kesultanan Demak, jangan biarkan mata-mata Demak masuk! Karena kabarnya Demak sedang mempersiapkan pasukan untuk merebut wilayah Kerajaan Padjajaran! perintah sang raja dengan tegas.
"Sendika, Gusti Prabu Surawisesa" jawab para prajurit tersebut.
De Ja Vu.Pikiran Arkian berkelibat ke suatu kejadian.Ia terjebak di Pelabuhan Sunda Kelapa pada masa Perang Demak melawan Padjajaran dan Portugis, tepatnya tahun 1527 M.Dimana Prabu Surawisesa yang memerintah Padjajaran sedang menggalang aliansi dengan Portugis untuk melawan kekuatan Kesultanan Demak yang dipimpin Sultan Trenggono.
Arkian mengintip keramaian itu dari balik sebuah pohon kelapa, kelompok demi kelompok Prajurit Padjajaran sedang berkeliling dengan membawa tombak dan perisai, mengamankan pelabuhan itu dari mata-mata Kesultanan Demak.
Seorang prajurit Padjajaran menghadap Prabu Surawisesa dan bersimpuh.Tombak dan perisainya ia letakkan di tanah.
"Apakah mata-mata Demak mengintai kita? tanya Prabu Surawisesa.
"Ampun Gusti Prabu, saya melihat seorang remaja bermantel oranye sedang memperhatikan kita.Barangkali ia mata-mata Demak, aku yakin ia pasti orang suruhan Sultan Trenggono"ucap prajurit tersebut.
"KURANG AJAR!PRAJURIT!CEPAT KEROYOK REMAJA BERMANTEL ORANYE YANG SEDANG BERSEMBUNYI DI BALIK POHON KELAPA ITU, IA ADALAH MATA-MATA DEMAK!teriak Prabu Surawisesa.
Para prajurit Padjajaran pun bergegas mendekati Arkian dan mengepungnya, tombak mereka acungkan untuk membunuh Arkian, namun...
SRUTTTTT!!!!!Arkian meloncat dan memutar balik tubuhnya di udara lalu menerjang leher seorang prajurit Padjajaran dan merebut tombaknya, keduanya jatuh ke tanah, dan...
SRASSSSHHHH!!!!Arkian menikamkan tombak itu ke leher si prajurit dan membunuhnya.
Para prajurit Padjajaran pun mengepungnya dan masing-masing berupaya menusukkan tombaknya ke arah Arkian.Akan tetapi Arkian begitu gesit berkelit dan menikamkan tombak.
SRASSSSHHH!!!! sebuah tombak hampir mengenai leher Arkian dan...
CLASSSHHH!!!!Arkian menghindar dan memutar-mutar tombaknya di udara, kemudian...
CSAARRRKKK!!!!tombak itu menembus perut prajurit Padjajaran tersebut dan membunuhnya saat itu juga.
Para prajurit Padjajaran pun meletakkan tombak di tanah dan menghujani Arkian dengan pukulan.susah payah Arkian bertahan, tetapi pukulan demi pukulan terus menghantamnya dan akhirnya...
Arkian jatuh pingsan, kedua pipinya lebam dan darah mengalir dari pinggiran bibirnya, ia jatuh berlutut dan kesadarannya hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahapasundan-Kemelut di Sunda Kelapa
Historical FictionDemi menyelamatkan kakak tercintanya, Arkian, seorang remaja abad ke-21 harus terjebak ke abad ke-16 M dimana Demak sedang berupaya membebaskan Pelabuhan Sunda Kelapa dari Penjajahan Portugis, darisinilah petualangan Arkian dimulai, Arkian harus men...