Masjid Raya Demak.....
masjid tersebut berdiri dengan kokohnya, atapnya berbentuk segitiga dan berwarna cokelat, persis atap sandi, didalam masjid...
Para panglima Tentara Demak, diantaranya Syarif Hidayatullah dan Raden Husain serta beberapa panglima lainnya sedang duduk melingkari sebuah tiang, Fatahillah selaku komandan tertinggi Tentara Demak juga hadir disana.Ya, mereka sedang membicarakan sebuah rencana penting yaitu serangan ke Sunda Kelapa.
Fatahillah tampak gagah dengan gamis panjang berwarna cokelat, dan surban cokelat yang melingkar di kepalanya dengan sisa kain surban tersampir di bahunya,tubuhnya tinggi besar dan jenggotnya hitam dan tebal.Di pinggangnya tersemat rencong, senjata kebanggaan Orang Aceh.
"Bagaimana informasi yang didapat tentang persiapan pihak Padjajaran di Sunda Kelapa? apakah bantuan Portugis sudah tiba? tanya Fatahillah.
"Pasukan Portugis belum sampai ke Sunda Kelapa, telik sandi kita juga melaporkan informasi bahwasannya Malaka yang menjadi markas besar Tentara Portugis juga sedang digempur oleh Orang-orang Melayu, sehingga Armada Portugis yang sedang berangkat ke Sunda Kelapa tidak begitu banyak dan mereka begitu lambat"lapor Raden Husain.
"Aku mengusulkan kita menyerang Pasukan Padjajaran terlebih dahulu, Padjajaran tidak sekuat zaman Prabu Siliwangi dulu, karena Padjajaran harus menghadapi pemberontakan Raja Galuh dan Pasukan Padjajaran pun banyak yang dikirim ke Galuh untuk menghadapi pemberontak, bagaimana? tanya Syarif Hidayatullah.
"Ide bagus, tapi sepekan ini pasukan harus benar-benar kita persiapkan.Maka, tugasmu Syarif Hidayatullah, latih pasukan kita, jangan mengendor.Serangan ke Sunda Kelapa harus kita lakukan secepatnya, jangan sampai Padjajaran dan Portugis bersatu! tegas Fatahillah.
Seusai rapat...
Fatahillah menaiki kudanya, hendak kembali ke rumah.saat ia telah duduk di punggung kuda...
salah satu telik sandi Pasukan Demak yang berbaju putih menghampirinya,
"Tuan, saya telah berhasil menyelamatkan seorang pemuda yang dipukuli Pasukan Padjajaran dan kini pemuda itu telah saya bawa ke rumah tuan.Saya juga telah mendapatkan informasi bahwasannya Pasukan Padjajaran yang berjaga di Sunda Kelapa cukup banyak dan Prabu Surawisesa juga hadir memimpin pasukannya"lapor telik sandi tersebut.
"Sampaikan pada Syarif Hidayatullah untuk melatih pasukan kita, dan perintahkan Khoje Zainal agar membuat meriam yang besar dan kuat! titah Fatahillah.
"Sendika, Tuanku" sang telik sandi membungkukkan badan.
Fatahillah memacu kudanya sampai ke rumah, lalu sesampainya di rumah, ia turun dari kudanya dan mengetuk pintu kayu.
Rumah sang panglima besar itu terbuat dari kayu dan atapnya pun dari ijuk, jauh dari kata mewah.
"Assalamualaikum"Fatahillah mengucapkan salam.
"Waalaikum salam , kanda, kau tahu telah pulang rupanya"Istri Fatahillah yaitu Ratu Mas Nyawa membukakan pintu.
"Bagaimana kabarmu,kau baik-baik saja, dinda? tanya Fatahillah.
"Alhamdulilah, dinda baik-baik saja, aku telah memasak gulai kerbau, kau mau makan dulu, suamiku? tawar Ratu Mas Nyawa.
"Terimakasih, tapi aku ingin menjenguk pemuda terluka yang menumpang di rumah kita, bisakah kau tunjukkan dimana ia menginap, istriku? tanya Fatahillah.
"Di kamar tamu, kanda"jawab Ratu Mas Nyawa.
Fatahillah memasuki kamar tamu yang dindingnya terbuat dari kayu dengan lantai ubin iu, disana ada sebuah kasur kayu, Fatahillah duduk di samping ranjang kayu tersebut.
Arkian beristirahat disana, baju dan jaketnya telah dilepas dan dada nya yang terluka di balut sebuah kain putih yang juga mulai kotor oleh bercak darah, kepalanya yang terluka diikat sehelai kain batik, tubuhnya ditutup selimut putih, bibirnya terkatup rapat dan matanya terpejam.Ia tertidur pulas, walaupun kasur kamar tamu tersebut sangat tidak nyaman, hanya dari kayu dengan alas jerami dan bantal pun juga dari kapuk yang tidak begitu mahal dan empuk.Tapi tampaknya ia bersyukur bisa mendapat tempat istirahat saat sedang terluka.
Tak lama kemudian...
Arkian terbangun dari tidurnya, tangan kanannya masih memegang dadanya yang terluka sambil menahan rasa nyeri, perlahan matanya terbuka.
"Paman Fatahillah, aku dimana? tanya Arkian.
POV Fatahillah:
"Mengapa anak ini tahu namaku, padahal kami belum pernah bertemu sebelumnya"
"Kau berada di rumahku, kisanak, tadi saat kisanak pingsan, anak buah paman menyelamatkan kisanak dan membawa kisanak ke sini, sebetulnya kisanak ini siapa? tanya Fatahillah.
"Namaku Gagak Lumayung, aku adalah seorang rakyat biasa di Sunda Kelapa.Aku dipukuli Pasukan Padjajaran karena dikira mata-mata Demak"ucap Arkian, Arkian menyembunyikan identitasnya.
"Ya sudah, tinggallah disini dulu sampai lukamu sembuh.Tampaknya kau butuh banyak istirahat, nak"ujar Fatahillah.
"Paman, saya beruntung bisa bertemu orang seperti paman.Paman orang yang hebat, paman membebaskan Sunda Kelapa dari Penguasa Padjajaran yang bersekongkol dengan Penjajaha Portugis, salut untuk paman"ujar Arkian.
"Darimana kau tahu, paman belum memimpin Pasukan Demak untuk membebaskan Sunda Kelapa, Pasukan Demak masih dipersiapkan untuk itu dan kamipun belum tahu misi ini berhasil atau tidak, tapi dengan pertolongan Allah, kami yakin kami mampu membebaskan Sunda Kelapa"jawab Fatahillah.
"Maksudku suatu hari nanti, paman"Arkian tersenyum.
POV Fatahillah:
"Anak ini bukan anak biasa, dia bisa tahu masa depan, apakah dia paranormal?"Paman, aku meminta izin paman untuk ikut dalam ekspedisi Pasukan Demak membebaskan Sunda Kelapa, bolehkah? tanya Arkian.
"Kau masih terlalu kecil, nak,kau masih remaja,misi ini bukan misi main-main karena Pasukan Padjajaran adalah pasukan terkuat kedua di Jawa setelah Pasukan Majapahit"jawab Fatahillah.
"Tapi paman, aku ingin bergabung untuk turut serta memperjuangkan Demak, aku tahu Padjajaran sedang membuat rencana busuk dengan Portugis untuk menghancurkan Demak, jadi, boleh lah paman?rajuk Arkian.
"Yah, tentu saja, tapi tunggu lukamu sembuh, baru kau boleh bergabung dengan Pasukan Demak, sudah istirahatlah dulu, paman ada rapat dengan Sultan Trenggono"jawab Fatahillah.
Fatahillah meninggalkan kamar, sore ini ia harus melaporkan hasil rapat dan memberitahu strategi penyerangan Sunda Kelapa kepada Sultan Trenggono, Sultan Demak yang juga mertuanya tersebut.
Arkian mengambil ponsel di kantongnya, ia berniat menelepon Agni,kakak tercintanya, akan tetapi...
Teleponnya tidak bisa dinyalakan, ya, jika bertualang ke masa lalu, gadget memang tidak bisa menyala.
Kamus mini:
Kisanak: sapaan Bahasa Jawa lama yang berarti kawan/rekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahapasundan-Kemelut di Sunda Kelapa
Historical FictionDemi menyelamatkan kakak tercintanya, Arkian, seorang remaja abad ke-21 harus terjebak ke abad ke-16 M dimana Demak sedang berupaya membebaskan Pelabuhan Sunda Kelapa dari Penjajahan Portugis, darisinilah petualangan Arkian dimulai, Arkian harus men...