Malam itu...
Beberapa orang berkemeja putih dan menyandang kain cokelat di pinggang serta keris yang diselipkan di pinggang serta memakai surban putih dengan kain putih penutup wajah mengintai gerbang pelabuhan, jumlah mereka ada tiga orang, merekalah telik sandi Pasukan Demak.
"SSSTT,ada orang pingsan di bawah pohon kelapa, tolong yuk"ajak salah seorang diantara mereka.
"Bukankah misi kita dari Panglima Fatahillah hanya mengintai Apakah Portugis sudah tiba atau belum? sanggah yang lain.
"Orang itu harus kita tolong lah, kasihan tuh lho pingsan, mukanya lebam-lebam lagi"sanggah orang pertama.
Dibawah pohon kelapa itu...
Tampak seorang bertudung hitam dengan topeng logam berbentuk tengkorak dan pakaian lapis besi di dadanya serta mantel hitam yang menutup seluruh tubuh dan mengendarai kendaran terbang dari logam yang atasnya terbuka mendarat dan ia berupaya mengambil Arkian yang sedang pingsan tersebut.
Namun...
SRAKKKKK!!!! mendadak telik sandi Pasukan Demak sudah meloncat ke sekelilingnya dan mengepungnya, semuanya menghunus keris.
"Hai mata-mata Padjajaran, jangan macam-macam dengan kami, atau HADAPI KAMI DULU! teriak salah satu telik sandi dan orang itu langsung lari terbirit-birit.
Ketiga telik sandi itu bersama-sama menggotong Arkian yang sedang pingsan dan menaikkannya ke pedati mereka yang ditarik kerbau, pedati itu memiliki terpal sebagai penutup dari kulit kerbau.
Prabu Surawisesa masih berkeliling mengecek kondisi pelabuhan tersebut dan mengecek kesiapan prajuritnya.
"Pasukan, BERKUMPUL!teriak Prabu Surawisesa.
Pasukan Padjajaran pun segera berbaris di hadapan Prabu Surawisesa dengan tombak teracung ke langit.
"Dasar prajurit tidak becus! tadi aku melihat tiga orang mata-mata Demak menyusup kesini dan mereka menyelamatkan pemuda penyusup tersebut, dan kini mereka sudah pulang ke Demak lagi, mereka pasti akan menyampaikan informasi ini pada Komandan Fatahillah! bentak Prabu Surawisesa.
"Komandan Fatahillah tidak bisa menyerang kita tanpa perintah Sultan Trenggono, Gusti Prabu, Sultan Trenggono belum mengeluarkan perintah untuk menyerang dan Pasukan Demak belum bergerak"protes seorang prajurit Padjajaran.
"Kita harus waspada, komandan-komandan Pasukan Demak sedang mempersiapkan pasukannya masing-masing, begitupula para sekutu, dan mereka akan bergabung bersama Fatahillah dalam rencana penyerangan ke Sunda Kelapa.Dari telik sandi kita, telah didapat informasi bahwasannya Imam Kaum Muslimin di Cirebon, Haji Tan Eng Hoat, sedang menyiapkan pasukannya untuk mendukung Demak, begitupula Syarif Hidayatullah, putra Sultan Trenggono yang menjadi Raja bawahan Demak di Banten, tak ketinggalan Raden Husein yang merupakan Adipati Demak di Jawa Timur, semuanya sudah menyiapkan pasukan dan tinggal menunggu Pasukan inti Demak yang dipimpin Fatahillah siap"sanggah Prabu Surawisesa.
Abdi Dalem yang memayungi Prabu Surawisesa pun angkat bicara,
"Gusti Prabu, setahun yang lalu kita sudah tahu bukan bahwa Kekuatan Demak tak terkalahkan, terbukti Prabu Girindra Wardhana, Raja Majapahit yang selama ini menjadi sekutu utama Portugis sudah dikalahkan oleh Pasukan Demak yang dipimpin Syarif Hidayatullah, tidak lebih baikkah kita berdamai dengan Demak dan mengizinkan Demak menyebarkan Islam di Tatar Sunda ini? lagi pula Islam tidak akan merugikan kita bukan?
"KURANG AJAR!PRAJURIT PENGGAL PELAYAN TAK TAHU DIRI INI!KESULTANAN DEMAK BUKAN SAINGAN KEMAHARAJAAN PADJAJARAN, SEJAK ZAMAN AYAHKU PRABU SILIWANGI SRI BADUGA MAHARAJA, KEMAHARAJAAN PADJAJARAN TIDAK PERNAH TERKALAHKAN! bentak Prabu Surawisesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahapasundan-Kemelut di Sunda Kelapa
Historical FictionDemi menyelamatkan kakak tercintanya, Arkian, seorang remaja abad ke-21 harus terjebak ke abad ke-16 M dimana Demak sedang berupaya membebaskan Pelabuhan Sunda Kelapa dari Penjajahan Portugis, darisinilah petualangan Arkian dimulai, Arkian harus men...