Rencana Surawisesa

5 0 0
                                    

Pakuan Padjajaran....

Itulah ibukota megah sebuah kerajaan yang kita kenal sebagai Kerajaan Sunda-Galuh atau disebut juga Kerajaan Pakuan Padjajaran.Istana-istana megah bertebaran di kota kediaman raja tersebut.Yang paling megah adalah Kraton Sri Bima.

Istana Sri Bima menjulang tinggi dengan lantai porselen dan taman yang indah didepannya.Dan merupakan kediaman Prabu Surawisesa.Lantainya terbuat dari keramik yang berkilau dan tiang-tiangnya terbuat dari kayu yang bagus dan kokoh.Prabu Surawisesa sedang duduk di singgasananya yang berundak empat.Dengan disampingnya ada dua prajurit bercelana putih dan dadanya dilapisi lempengan besi dengan rambut diikat bulat keatas sedang memegang tombak dan perisai.

Di hadapan Surawisesa...

Berdiri Prabu Kian Santang, penasihat istana yang memakai baju panjang putih dengan rompi cokelat dan kain batik cokelat di pinggangnya, diatas celana putih.Dibalik kainnya terselip kujang, senjata kebanggaan Orang Sunda.Garis wajahnya garang dengan kumis hitam yang tebal melintang dibawah hidungnya, menambah aura wibawa,apalagi rambutnya yang gondrong dan hitam tergerai ke pundak dan di kepalanya terdapat ikat kepala  pendekar berwarna cokelat.

"Raka Prabu, untuk apa Raka lakukan semua ini?Raka telah mengundang penjajah untuk datang ke negeri kita tercinta, inikah tindakan seorang raja yang bijak, Raka?protes Prabu Kian Santang.

"Demak dan Cirebon mengancam eksistensi kita, Rayih, akan kah kau diam saja?Apakah karena kau Muslim kau menolak menghadapi mereka?Prabu Surawisesa bertanya balik.

"Demak dan Cirebon tidak mengancam kita.Mereka hanya ingin menyebarkan Agama Islam ke Tanah Sunda ini,dan tidak ada masalah dengan Agama Islam ini.Tidak ada paksaan dalam beragama.Saya juga berdakwah ke pedalaman dan saya tidak pernah memaksa mereka yang beragama Hindu untuk masuk Islam.Itu terserah mereka, jadi kau tidak usah kuatir bukan?tanya Prabu Kian Santang.

Rumah Fatahillah...

Kondisi Arkian sudah membaik.Meski masih agak perih, tapi setidaknya ia sudah dapat berjalan.Ia bangkit dari tempat tidur dan menemui Ratu Mas Nyawa yang masih menyapu lantai ruang tamu rumah tersebut dengan sapu ijuk.

"Tante, aku pamit ya, aku hendak bergabung dengan Pasukan Demak untuk membebaskan Sunda Kelapa, boleh ya Tante? pinta Arkian.

"Hati-hati ya di jalan.Pakai baju ini, nak"Ratu Mas Nyawa menyerahkan sebuah pakaian putih dan serban putih.

"Jangan lupa bawa ini ya, ini pedang cadangan Paman Fatahillah"Ratu Mas Nyawa mengambilkan sebuah pedang yang tergantung di ruang tamu dan memberikannya pada Arkian.

Lapangan Masjid Agung Demak....

Syarif Hidayatullah sedang melatih para prajurit Demak yang memakai pakaian serba putih dan kain batik di pinggang serta serban putih.Semuanya menghunus pedang, keris, atau tombak.Kilau matahari kalah oleh kilauan senjata Pasukan Demak.

"Serangan ke Sunda Kelapa sebentar lagi, persiapkan diri kalian untuk berjihad.Berjuanglah karena Allah, bukan karena harta rampasan.Kita harus sampai di Sunda Kelapa secepatnya dan melibas Pasukan Padjajaran terlebih dahulu sebelum Portugis tiba"!,Allahuakbar!teriak Syarif Hidayatullah.

Mendadak....

Arkian datang ke lapangan tersebut dengan memakai baju putih panjang, kain batik di pinggang serta serban putih melingkar di kepala , persis seragam Pasukan Demak lainnya.Pedang pun ia hunus.

Semua Pasukan Demak terheran heran melihatnya.Darimana datangnya anak muda ini?, darimana ia mendapatkan seragam?.Siapa dia sebenarnya?

"Paman Syarif Hidayatullah"ucap anak muda itu.

"Ada apa nak, siapa dirimu sebenarnya? tanya Syarif Hidayatullah.

"Namaku Gagak Lumayung dan aku berasal dari Padjajaran, tapi aku ingin sekali  berperang bersama Pasukan Demak demi membebaskan Sunda Kelapa dari ancaman Portugis"ucap Arkian percaya diri.

"Baiklah,Pasukan, tumpuk kendi-kendi tanah liat yang kosong hingga setinggi pinggangku.Aku ingin menguji kemampuan anak muda ini"perintah Syarif Hidayatullah.

Beberapa prajurit Demak pun menumpuk kendi-kendi tanah liat berwarna cokelat kemerahan hingga setinggi pinggang Syarif Hidayatullah, cukup tinggi memang,Syarif Hidayatullah menoleh pada Arkian.

"Anak muda, tebas semua kendi ini dalam hitungan menit.Jika kau berhasil, kau boleh bergabung dalam Pasukan Demak"perintah Syarif Hidayatullah.

Arkian mengambil ancang-ancang, hendak menebaskan pedangnya.Kuda-kuda ia pasang dan pedangnya siap ia ayunkan, dan...

CSARRRRKKKKK!!!!!! pedang ia ayunkan,semua kendi itu pecah dan menimbulkan bunyi bergemerincing.Pasukan Demak pun bertepuk tangan dengan meriah.

"Selamat nak, kau boleh bergabung dengan kami.Bergabunglah dengan regu Yudhistira.Isinya prajurit-prajurit muda seusiamu mungkin.Setiap sore, kau harus berlatih bersama regumu"peritah Syarif Hidayatullah.


Mahapasundan-Kemelut di Sunda KelapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang