Istana Pakungwati

5 0 0
                                    


Tentara Demak dan Banten mendarat di Pelabuhan  Muara Jati.Kapal demi kapal menepi dan para prajurit turun dari kapal.Matahari tampak terbenam di antara kapal-kapal Pasukan Demak.

"ALLAHUAKBAR!ALLAHUAKBAR!

Teriakan takbir terdengar dari para prajurit Cirebon yang menyambut kedatangan Pasukan Demak.

Pasukan Demak memasuki Kota Cirebon dengan iring-iringan yang berjumlah besar.Warga Cirebon berkumpul untuk menyambut kedatangan mereka.

Sebagian Pasukan Demak yang mengalami mabuk laut masih diobati diatas kapal-kapal mereka.Arkian masih beristirahat di ruang pengobatan, Fatahillah masih berada di samping Arkian.

"Kau istirahat disini saja, jangan khawatir, kapal-kapal akan kami tambatkan sehingga tidak terbawa ombak.Aku akan menemui Pangeran Cakrabuana dan Haji Tan Eng Hoat di Istana Pakungwati untuk rapat strategi perang"ujar Fatahillah.

"Baik, paman"ujar Arkian.

Fatahillah turun dari kapal komando dan menjejakkan kaki di pasir putih pantai.Pasukan demi pasukan juga masih bergantian turun dari kapal.

Istana Pakungwati...

Istana itu merupakan pusat pemerintahan Cirebon, dengan gaya arsitektur Sunda dan Jawa yang khas.Membuatnya tampak indah dilihat, apalagi dindingnya dibuat dari bata merah.

Di balairung, Pangeran Cakrabuana duduk di singgasananya yang memilki beberapa undakan, dengan memakai jubah hitam, dan serban bulat ungu.Kumis tipisnya membuatnya tampak berwibawa.Sorot matanya memancarkan kebijaksanaan dan keperkasaan.Di pinggangnya terselip kujang, hadiah dari ayahnya Gusti Prabu Siliwangi Sri Baduga Maharaja saat ia diangkat menjadi Penguasa Cirebon.

Di sebelah Pangeran Cakrabuana berdiri Tan Eng Hoat, Bupati Majalengka dan Penghulu Madzhab Hanafi di Cirebon dengan memakai jubah khas Tionghoa berwarna putih dan juga sebuah peci hitam.Mata sipitnya tampak tajam dan kumisnya melintang sehingga bisa dipelintir.

Beliaulah yang bergelar Adipati Wirasenjaya yang juga menjabat sebagai penasihat di Kraton Pakungwati, dibawah singgasana duduk Fatahillah, Syarif Hidayatullah yang juga menantu Pangeran Cakrabuana juga Raden Husain.

Malam itu, tampaknya mereka sedang rapat.

"Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh"Tan Eng Hoat mengucap salam untuk membuka rapat.

"Waalaikumsalam warahmatullahiwabarakatuh"jawab para hadirin serempak.

"Sebelum rapat dimulai, izinkan saya menyampaikan bahwa mulai hari ini Cirebon akan menjadi kerajaan bawahan Demak.Kami akan setia pada Gusti Sultan Trenggono, kami akan berjuang bersama kalian dalam membela Agama Islam"ujar Tan Eng Hoat yang disambut tepuk tangan para hadirin.

"Ada kabar gembira.Prabu Surawisesa dan pasukan utama Padjajaran sudah mundur dari Sunda Kelapa.Yang tersisa hanya sedikit garnisun yang dipimpin oleh Wak Item, Portugis pun belum datang"ujar Pangeran Cakrabuana.

"Cepat sekali Surawisesa mundur dari medan pertempuran", ada apa yang terjadi?tanya Fatahillah.

"Kami mengirim pasukan-pasukan berkuda kami ke Galuh untuk melakukan serangan-serangan kecil dan dalam serangan-serangan itu, kami menawan banyak Pasukan Galuh.Berhubung Galuh dan Sunda adalah dua bagian utama Kerajaan Padjajaran, kami memerintahkan prajurit-prajurit Galuh yang kami tawan untuk pergi ke Sunda Kelapa dan menyampaikan kabar palsu bahwa kami akan menyerang Pakuan, ibukota Sunda yang juga ibukota utama  Padjajaran, sehingga Prabu Surawisesa memutuskan mundur dari Sunda Kelapa"jawab Pangeran Cakrabuana.

"Kita harus menduduki Sunda Kelapa secepatnya.Sebelum Surawisesa dan Portugis sempat bersatu untuk menyelamatkannya"Fatahillah mengepalkan tangannya.

"Tepat sekali, kami sudah menyiapkan kavaleri dan ketapel raksasa untuk menyerang Sunda Kelapa.Kami akan menyerang Sunda Kelapa dari darat, sementara kalian akan mendaratkan pasukan kalian disana dan kita gempur pelabuhan itu, setuju? tawar Pangeran Cakrabuana.

"Setuju"jawab hadirin serempak.

Sunda Kelapa....
Wak Item masih menanti kedatangan Armada Portugis, malam itu warga sibuk memperbaiki dinding-dinding kota, warga pria dengan bertelanjang dada dan memakai bawahan sarung putih mengangkat batu-bata yang bisa digunakan untuk memperkuat pertahanan kota.

"BEKERJA TERUS, JANGAN BERHENTI, SEBENTAR LAGI PASUKAN DEMAK DAN SEKUTUNYA DATANG"! teriak Wak Item seraya mengacungkan pedangnya dari atas menara.


Mahapasundan-Kemelut di Sunda KelapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang