Epilog.

9 0 0
                                    

Agni dan Arkian sedang dalam perjalanan ke Rancamaya dengan mobil Grab yang dipesankan oleh Ibu Farhati.Agni memangku Arkian dibangku belakang, pahanya ia jadikan bantal bagi kepala adiknya itu.

Bagian dalam mobil tersebut cukup nyaman dan di  dalam nya ada pendingin ruangan.

Agni membuka ponselnya dan memperlihatkan sebuah foto ke Arkian, yah, foto Ratih.

"Kamu masih ingat ini siapa, Rayih? tanya Agni seraya tersenyum.

Kedua pipi Arkian memerah dan ia tersenyum malu-malu.Agni mencubit gemas pipi adiknya itu.

"Kau pasti merindukannya, bukan? goda Agni, Arkian makin salah tingkah saja

"Kamu masih ingat  Raka Elyas, kah? saudara sepersusuan kita dulu di Ibu Farhati, ia adalah anak yang paling tua dan sekarang ayahnya menjadi CEO Perusahaan Arsitektur di Jawa Barat.Tapi ia begitu dingin dan tidak bisa diajak bercanda.Lain hal dengan kau yang menggemaskan"ujar Agni yang menyebabkan Arkian makin salah tingkah.

"Raka Elyas sangat melindungi kita, Yunda.Yunda ingat kah dia tidak memperbolehkan kita tidur di lantai karena takut kita masuk angin? Aku rasa jiwa pemimpinnya sangat bagus"jawab Arkian.

"Yah, kabarnya sekarang ia menjadi Komandan BTS ( Barisan Tatar Sunda) di Bandung yang bertugas melindungi Bangsawan Sunda maupun pusaka-pusaka masa lampau di Tatar Sunda agar tidak jatuh ke tengan orang yang salah"tambah Agni.

"BTS? kukira nama Band Korea, ihihihi"Arkian tersenyum tipis.

"Bandi favorit Ratih bukan? goda Agni lagi, wajah Arkian makin memerah.

Tak lama kemudian....

Mereka sampai di sebuah rumah kecil bercat krem dengan atap batu bata dan pintu kayu, serta halaman luas yang hijau, di sebelah rumah itu ada rumah-rumah serupa.Itulah dusun Rancamaya, hawa dingin malam dusun tersebut begitu menusuk.

Pintu mobil dibuka, supir membantu menurunkan barang-barang ke teras rumah, sementara Agni memapah Arkian ke pintu seraya mengetuk pintu kayu rumah itu, rumah itu tidak dipagari, hanya diberi  beberapa pembatas kayu, seperti rumah-rumah di dusun lainnya.Udara malam itu begitu dingin.

"Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh"Agni mengetuk pintu rumah.

"Waalaikumsalamwarahmatullahiwabarakatuh"Terlihat seorang wanita bergamis hitam dan berhijab putih dengan wajah tua namun bijaksana, khas Wanita Sunda membukakan pintu.Ialah Ibu Farhati.

"Silakan masuk"ucap Ibu Farhati ramah, supir membantu memasukkan barang-barang ke rumah, lalu kembali ke mobil dan pergi.

Ibu Farhati, Agni, dan Arkian duduk di sofa ruang tamu yang  berwarna hijau dengan ruang tamu bercat krem dan berlantai keramik putih.Ibu Farhati terlihat cemas melihat kondisi anak-anak asuhnya itu,

"Agni mengapa pundak kamu berdarah, Arkian, kamu mengapa, mengapa wajahmu penuh lebam dan hidung serta pinggiran bibirmu berdarah? kalian disiksa? tanya Ibu Farhati cemas.

"Tidak bu, kami dari perjalanan di lorong waktu.Kami terjebak di Peperangan Sunda Kelapa tahun 1527 M di masa lalu dan beginilah akhirnya"jelas Agni.

Ibu Farhati mendekap kedua anak asuhnya itu.Air matanya menetes di pipi.

"Mengapa kalian tidak pulang ke Tangerang"isak Ibu Farhati.

"Di Tangerang, ibu dan ayah kami tidak ada.Mereka sedang pergi ke Swiss"jawab Agni.

Ibu Farhati melepas pelukannya lalu menarik napas sejenak,

"Arkian, apa yang kau rasakan?, katakanlah nak" tanya Ibu Farhati.

"Dadaku terasa nyeri karena ditindih saat bertempur di Sunda Kelapa, dan aku merasa berat untuk berjalan karena rasa sakit ini"ujar Arkian.

Kamar....

Kamar itu bercat putih dengan keramik berwarna putih dan kasur berdipan yang seprainya berwarna hijau serta sebuah lemari kayu, di atas kasur...

Di sebelah kasur, terdapat sebuah meja kayu kecil berwarna cokelat dengan sebuah lampu tidur.

Arkian berbaring di kasur tersebut, hanya dengan memakai celana panjang dan selimut saja , sementara Ibu Farhati memijat-mijat dada Arkian yang memar karena hantaman seraya mengoleskan minyak.Kepala Arkian diikat dengan kain agar tidak pusing.

"Sudah baikan , nak? tanya Ibu Farhati.

"Alhamdulilah, aku merasa lebih baik, bu"jawab Arkian.

Ibu Farhati lalu beralih memijat-mijat siku kanan Arkian, lalu mengambil secarik sapu tangan kuning  dan mencelupkannya ke baki berisi air hangat yang diletakkan di meja dekat lampu itu.Kain itu  akan dikompreskan ke wajah Arkian yang lebam-lebam karena pukulan.

Sebelum kain itu diletakkan di wajah Arkian, Arkian sudah terlelap, matanya terpejam dan bibirnya terkatup.Kedua tangannya bersedekap di dadanya.Saat hendak meletakkan kain...

Ibu Farhati mengecup kening Arkian dengan penuh kasih sayang.

POV Ibu Farhati:

"Anakku, kau telah melakukan suatu pengorbanan yang besar.Meski malam ini kau harus terluka, Ibu yakin, nak.Allah pasti membalas perbuatanmu itu.

Kain itupun diletakkan di wajah Arkian, Ibu Farhati mematikan lampu lalu bergegas pergi dan menutup pintu kamar.

Di ruang tamu...

Agni membalut luka di bahunya dengan perban.Lukanya memang tidak begitu parah, hanya sayatan di bahu, hanya saja, sayatan itu cukup lebar sehingga lumayan sakit juga rasanya.Tapi Agni begitu bangga hari ini, ia bisa menjadi seorang kakak yang mampu melindungi adiknya.

Bandung, Markas BTS...

Di sebuah ruangan bercat abu-abu dengan dikelilingi banyak komputer, seorang pemuda berwajah tampan dan berambut lurus  hitam dengan kacamata yang mengkilat serta mengenakan kaus hitam , celana jins dan jaket hitam sedang duduk di sebuah kursi.Dialah Elyas, sang Komandan BTS.

Seorang anggota BTS berkaus hitam dengan celana jins dan helm besi tertutup mendekatinya.

"Komandan" sapa anggota tersebut.

"Siap, ada apa? tanya Elyas.

"Kujang Macan Putih milik Prabu Siliwangi telah dicuri oleh Tudung Hitam dan anak buahnya, kejar mereka secepat mungkin, jangan beri celah"ujar anggota tersebut.

"Siap, kerahkan pasukan dan kita akan kepung Tudung Hitam dan anak buahnya"sahut Elyas seraya bangkit dan menunjuk dengan jari telunjuknya.

Bersambung....

Mahapasundan-Kemelut di Sunda KelapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang