Chapter 16

574 50 13
                                    

Kaget gak nih, update dua chapter dalam satu hari~~~ Seneng gak? Seneng kan? Seneng dong~?

Mataku perlahan terbuka dan mendapati diriku berada di sebuah ruangan serba putih. Ingatanku berputar pada kejadian sebelumnya, terakhir kali yang kuingat adalah sebuah truk yang akan menabrakku. Apa aku sudah tiada?

Aku berusaha untuk duduk, namun aku merasakan sakit di sekujur tubuhku dan aku menyadari selang infus yang terpasang di lengan kiriku. Aku menghela nafas, ternyata aku masih hidup.

Srek

Suara tirai bergeser membuatku menoleh ke samping dan mendapati sosok Chigiri Hyori disana.

"Oh (Name) kau sudah sadar. Hyoma lihat, kekasihmu sudah siuman"

Hyori dengan hebohnya menunjukku sambil memberitahu adiknya, Hyoma, yang sedang terduduk diranjang pasien dengan selang infus terpasang di tangannya dan perban melilit di bahunya yang sedikit terlihat dari balik baju pasien yang dia kenakan. Hyoma buru-buru bangun menghampiriku yang membuat Hyori panik buru-buru menggeret tiang infusannya.
Hyoma memelukku dan menciumi seluruh wajahku sambil meneteskan air mata.

"Syukurlah kau sudah siuman" ucapnya sambil membantuku duduk.

"Apa.... Apa yang terjadi?" tanyaku.

"Sebelum kau tertabrak, Hyoma menarikmu dan kalian berdua jadi terluka karena terbentur trotoar. Sudah 5 hari kau tidak sadarkan diri karena syok. Juga..... "

Hyori tampak ragu untuk melanjutkan kalimatnya, dengan gelisah dia saling tatap dengan adiknya. Hyoma menggenggam tanganku erat.

"Kau mengalami keguguran karena benturan" ucap Hyoma dengan kesedihan yang terlihat jelas di wajahnya.

"A-apa? "

Aku masih berusaha mencerna informasi yang baru saja kuterima. Keguguran? Aku? Aku hamil?

"Ternyata saat kejadian kau sedang hamil (Name). Kita kehilangan anak yang bahkan kita belum tahu keberadaannya. Dan semua ini terjadi gara-gara kebodohanku..... Maafkan aku" ucap Hyoma sambil memelukku erat. Aku menangis sejadi-jadinya di pelukannya.

Hyori yang tahu kami membutuhkan waktu untuk kami sendiri, memutuskan untuk pergi keluar diam-diam dan memberi kami waktu untuk melampiaskan duka kami.

Aku dan Hyoma berjongkok didepan batu nisan tanpa nama yang dibawahnya terkubur anak kami. Meski baru berupa gumpalan darah, keluarga kami memutuskan untuk membuatkan kuburan untuk calon anak kami yang telah tiada. Setelah meletakkan buket bunga, kami memutuskan untuk pergi dari sana.

Salju mulai turun dan cuaca yang berubah dingin membuatku sedikit kedinginan. Hyoma yang sadar hal itu menggenggam tanganku dan memasukkannya ke dalam saku jaketnya. Kami berjalan dalam diam. Tanpa kusadari, Hyoma menuntunku ke sebuah tanah lapang yang berisi banyak bunga berwarna seputih salju. Aku terpaku menatap keindahan yang terpampang di depanku.

"Kau tahu tidak nama bunga ini?" tanya Hyoma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau tahu tidak nama bunga ini?" tanya Hyoma. Aku menggeleng karena memang tidak tahu.

"Snow drop"

Aku terus menatap Hyoma. Dia tersenyum padaku.

"Artinya kepolosan, murni, simpati, penghiburan..... juga perlambang harapan dan kelahiran kembali. Aku menunjukan tempat ini padamu karena kau selalu seperti bunga ini yang selalu tumbuh di cuaca dingin. Terlihat rapuh namun kau selalu berhasil bangkit kembali"

Hyoma memelukku erat.

"Maafkan aku. Aku berharap, kau mau memberiku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Dan juga, aku masih berhutang penjelasan padamu"

Aku masih diam mendengarkan kalimatnya sambil balas memeluknya.

"Sebenarnya, aku mendapat rekomendasi untuk masuk klub Manshine City di Inggris bersama Nagi dan Reo setelah aku lulus satu tahun lagi. Dan selama ini aku mengambil kerja sambilan dan mengumpulkan uang untuk menikahimu sebelum aku pergi, karena aku tidak mau berpisah darimu. Aku ingin kau ikut denganku. Dan Akane, dia yang membantuku mencarikan pekerjaan di tempat dia bekerja sambilan. Maaf karena tidak jujur padamu"

Hyoma terisak di bahuku. Dan aku tertampar oleh kenyataan sebenarnya dibalik kebohongannya. Aku menangis dan menyesali kebodohanku. Kalau saja aku lebih mempercayainya, mungkin saja kami tidak akan kehilangan anak kami. Namun nasi telah menjadi bubur. Yang bisa kami lakukan sekarang hanyalah menatap ke depan dan melanjutkan hidup kami.

To be continued~

Tenang gaes masih hidup kok~
(=^-ω-^=)

Our Arranged Marriage| Chigiri Hyoma x Reader| END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang