Chapter 2

989 43 7
                                        

Keesokan harinya.
Terlihatlah Leo bangun pagi untuk bersekolah.

Leo melirik sebuah jam yang menunjukkan pukul 07.12 pagi dini hari.

Leo beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap ke sekolah guna menyapa teman-teman yang dan belajar.

Setelah Leo selesai memandikan tubuhnya, ia keluar dengan handuk yang menutupi pinggang hingga ke lutut kakinya.

Membuka lemari dan mengambil pakaian sekolahnya, melihat jadwal pelajaran dan mengatur bukunya.

Setelah selesai, Leo keluar dari kamarnya dengan senyum yang mengawali harinya.

"Selamat pagi ayah! Ibu!" Girang Leo melihat kedua orang tuanya menyiapkan sarapan pagi anak-anaknya..... Ariz dan Arras termasuk juga?

"Selamat pagi juga anak jagoan papa." Balas Aza sambil menepuk bahu anaknya.

"Tumbennya bangun pagi secepat ini, biasanya masih tidur dan harus dibangunkan sama ibu." Ucap Mina sambil meletakkan sepiring dengan telur, tempe dan tahu juga nasi sebagai makanan pokoknya.

"Hehehe, tidak apa-apa. Hanya semangat saja karena hari ini."

"Nah, makan yang banyak ya. Supaya kamu nya cepat berangkat dan tubuhmu terisi dengan lemak atau karbohidrat di dalamnya."

"Jangan beri dia makanan yang banyak, takutnya dia menjadi gemuk seperti tetangga sebelah hingga mengalami obesitas."

Leo melirik 2 kursi disebelahnya yang masih kosong, "Kak Ariz dan kak Arras belum bangun," Batinnya, Leo melihat kedua orang tuanya yang tidak menyinggung Ariz dan Arras, "Apa ayah dan ibu lupa?" Pikirnya.

Dengan inisiatif, Leo turun dari kursi dan beranjak pergi ke kamar kedua kakaknya tersebut.

Tok tok tok
Leo mengetuk pintu kamar Arras, "Semoga kak Arras tidak emosi lagi." Batinnya sambil memohon.

Tidak ada sahutan didalam kamar, Leo mengetok pintu itu berkali-kali hingga pintu kamar Arras terbuka dan memperlihatkan penampilan Arras yang tampak seperti baru saja bangun tidur.

"Kak! Waktunya sarapan pagi bersama ayah dan ibu! Kak Arras pasti belum makan malam kemarin-"

Brukk
Arras menutup pintu kamarnya dengan keras, ia mengabaikan keberadaan Leo yang mengerjapkan matanya dengan pelan.

Leo menahan air matanya yang sudah siap berjatuhan, ia pergi ke kamar Ariz.

Tok tok tok
Pintu kamar terbuka oleh Ariz yang sudah siap dengan pakaian sekolahnya.

"Kak! Waktunya sarapan pagi bersama ayah dan ibu!" Girang Leo, ia berharap Ariz untuk ikut sarapan bersama.

"Hm, saya tau dan tidak perlu diberitahu, pagi-pagi sangat berisik sekali." Ucap Ariz dengan nada yang ketus.

Ariz pergi ke dapur dan disusul oleh Leo, saat mereka sudah hampir didepan pintu kamar Arras.

Cklek
Pintu kamar Arras terbuka dan memperlihatkan Arras sudah siap dengan pakaian sekolahnya, namun gaya rambut dan cara mengancing bajunya sedikit berantakan, terlihat seperti preman.

Mata Arras dan Leo saling bertatap, Arras berdecih lalu menuju ke dapur bersama-sama.

"Darimana saja kamu Leo? Kenapa kau meninggalkan piring berisi makanan kesukaanmu?" Tanya Aza dengan nada lembut, lalu ia melihat ada 2 anaknya yang akhir-akhir ini perlu diberi pelajaran.

"Ariz dan Arras, apakah kalian berdua tidak tau malu? Masa kalian harus dibangunkan oleh Leo? Lihatlah dia, rajin bangun pagi, kalian? Tidak ada yang bisa diharapkan dari kalian berdua." Ucap Mina sambil melirik tajam kedua anaknya yang meresahkan dan merepotkan ini.

"Ibu, aku sudah bangun pagi tadi, namun aku mengumpulkan nyawaku terlebih dahulu-"

"Banyak alasan, cepat habiskan makananmu dan segera pergi ke sekolah sana, jangan terlambat." Mina menyela ucapan Ariz.

"Bahkan alasan dan pembelaan dari anaknya sendiri pun tidak didengarkan, ibu macam apa ini." Batin Arras sambil menggerutu.

Makan dengan damai lah mereka berlima tanpa mengeluarkan suara sedikitpun

Leo turun dari kursi makannya dan mengambil tas, sembari menunggu Aza mengantarnya ke sekolah.

Leo berharap jika Ariz dan Arras ikut diantarkan juga, karena ia khawatir jika Ariz dan Arras mengalami hal yang tidak-tidak dijalanan, terutama Arras yang suka keluyuran ke mana-mana.

"Nak Leo, ayo sini aku antarkan ke sekolah." Ucap Aza sambil mengenakan sepatu.

"Ayo! Tapi, biarkan kak Ariz dan Arras ikut juga." Pinta Leo dengan penuh memohon kepada ayahnya.

Aza melirik Ariz dan Arras yang ikut melihatnya juga, "Tidak, mereka berdua sudah besar dan tidak perlu dimanja-manja lagi. Mereka juga bisa naik motor atau bis ke sekolah dengan mandiri." Balasnya dengan nada yang ketus.

Raut wajah Ariz dan Arras seperti terlihat tidak enak dipandang.

"Tapi ayah, aku takut-"

"Cepatlah berangkat ke sekolah, nak Leo. Abaikan saja mereka berdua ini dan tidak usah memperdulikan mereka serta kau fokus belajar saja sana tanpa mengkhawatirkan mereka." Sela Mina dengan tatapan mata yang tajam.

Akhirnya Leo menurut dan diantar oleh Aza dengan menggunakan mobil.

"Padahal sekolahku dan sekolah Arras searah dengan sekolah Leo, tapi ayah tidak mau mengantar kami, ck! Itu anak juga kenapa ingin aku dan Arras diikutsertakan, apa dia lupa jika selama 9 tahun itu..... Hanya dia yang diurus." Batin Ariz menggerutu kesal.

"Kapan kalian berdua pergi dari sini? Sana ke sekolah! Fokus belajar dan terutama kamu, Arras. Jangan membuat masalah di sekolah!" Seru Mina.

Ariz dan Arras pun beranjak pergi dari rumah, Ariz menggunakan bis ke sekolah walaupun terlambat sedikit, sedangkan Arras menggunakan motor pribadinya hasil menabung dan orang tuanya mengira jika ia mencuri motor milik orang lain.

Sesampainya di sekolah, Leo berlari kecil ke kelasnya dengan wajah yang sedikit masam.

Leo membuka pintu kelas dan melihat ada teman sebangkunya dan menjadi sahabatnya, Faiz Fazura.

"Halo Faiz!" Sapa Leo.

"Oh? Halo juga Leorio!" Balas Faiz.

"Ihh, namaku bukan Leorio. Jangan menambah nama-nama aneh di namaku, nanti aku memanggilmu Faizos."

"Wahh, ada-ada saja kamu, ya? Ngomong-ngomong apakah kau sudah mengerjakan pr?"

"Aku sudah selesai~ pasti kamu belum mengerjakan, kan? Aku yakin kau mau menyalin punyaku."

"Hehe, benar sih."

£¢€¥∆¶

Di sekolah lain.
Arras terburu-buru berlari ke kelas melewati koridor sekolah yang sedikit panjang.

Dreekk
Pintu kelas terbuka sangat cepat oleh Arras dengan keringat yang bercucuran.

"Nah, lihatlah siapa yang terlambat datang ke sekolah ini." Ucap pak guru yang sepertinya adalah guru killer.

"Maaf pak, ada kemacetan di jalan." Ucap Arras dengan alibi palsunya, padahal sebenarnya ia terlambat karena motornya mogok.

"Berdiri di luar kelas sampai bunyi bel istirahat."

"Baiklah pak guru ganteng dan dermawan."

Pak guru itu menggeleng-geleng kepalanya, ia pusing mengurus Arras yang kelakuannya diluar batas.

£¢€¥∆¶

Di tempat lain.
Ariz tidak jadi ke sekolah, ia sangat terlambat 40 menit.

Bis yang ditunggunya tidak kunjung datang, jalan kaki ke sekolah? Lumayan jauh dan akan menghabiskan waktu sekitar 30 menit.

Ariz mengunjungi sebuah kafe untuk menghabiskan waktunya sampai siang.

Soal izinnya ke sekolah? Ia sudah meminta izin ke gurunya jika dirinya sedang sakit.

Leo Carousel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang