16

209 14 2
                                    

Leo dan Alvaro saling bertatap-tatapan, Leo tidak fokus menatap Alvaro, melainkan kakaknya.

Alvaro menatap Leo dengan tatapan sinis, "Apa liat-liat? Ada urusan?!" Tegasnya.

Leo tersentak, "T- tidak, a- aku hanya melihat kak Arras, apa yang terjadi dengan k- kak Arras-"

"Halah, bacot sekali entitas ini." Ucapnya sambil berlalu dan membaringkan Arras di atas kasur, "Cih, mana kagak ada perawat pula." Lanjutnya.

Alvaro terpaksa menggeledah seisi ruangan kesehatan demi menemukan pembersih luka.

Leo yang melihat kelakuan Alvaro mengingatkan dirinya ketika Ariz sedang demam dan membeli obat ketika sedang hujan deras.

"Tsk! Sekolah apa ini, perban pun kagak ada, sekolah miskin atau emang terlalu miskin." Gerutu Alvaro.

Leo turun dari atas kasur dan memeriksa keadaan Arras, "Kak Arras, apa yang terjadi dengan kakak? Sebaiknya kakak seharusnya tidak mengikuti tawuran." Gumamnya dengan tatapan sedu.

Leo mengelus surai Arras, air mata Leo menitik jatuh hingga mengenai wajah Arras.

Alvaro menyerah mencari perban, ia sudah lelah karena memukul Arras, menggendongnya dan mencari perban pula.

Baru saja ia membalikkan badannya, ia sudah geram melihat tingkah laku Leo yang sangat lancang, MENYENTUH SAHABATNYA!

"CUKUP! Jangan sentuh sahabat gue dengan jari malapetakamu."

Leo tersentak dan melihat Alvaro yang geram, "A- aku hanya i- ingin melihat kak-" Tangan Leo di cengkram kuat oleh Alvaro dan langsung melemparnya ke sudut ruangan.

"Jangan pernah menyentuh sahabat gue! Iri bilang jamet kalau pengen sahabat juga! Minimal punya sahabat hidup."

Hati Leo sakit sekali mendengar hinaan Alvaro kepada Faiz.

Bruk!

Pintu puskesmas terbuka lebar yang memperlihatkan Ariz yang datang dengan nafas terengah-engah.

Ariz melihat Leo di sudut ruangan dan Alvaro yang berada di dekat ADIKNYA?

Sontak Ariz mendekati Alvaro dan menarik kerah bajunya, "Apa yang terjadi dengan Ariz? Apa dia ikut tawuran?" Tanyanya.

Alvaro melepas paksa kerah bajunya dari Ariz, "Dia baik-baik aja kok, kagak lumpuh, kagak koma, kagak mati pula." Jawabnya yang terdengar kurang adab.

"Terus, kenapa ada bekas luka di bagian beberapa tumbuhnya?"

"Ya karena kita lagi saling nantangin diri, no greget no life."

Ariz dibuat sakit kepala oleh kelakuan Alvaro, ia sempat melirik Leo yang sedang menatap ketiganya dengan tatapan sedu.

"K- kak Ariz, b- bagaimana kabar k- kakak?" Tanya Leo.

Ariz tidak menjawab pertanyaan Leo, ia mendekati Leo sambil mengepalkan tangannya, kemudian

Bugh!

Ariz memukul kepala Leo dengan keras hingga Leo meringis kesakitan.

Alvaro yang melihat itu hanya menampilkan seringai yang mengerikan.

Ariz memukul Leo terus menerus hingga terkapar pingsan.

"Wahh, gila juga kau, ye? Memukul adik sendiri cuyy." Ujar Alvaro.

"Aku hanya melampiaskan apa yang sedang ku alami saja, karena dialah membuat Mika mati." Ujar Ariz sambil merapikan bajunya.

Ariz mendekati Arras dan mengelus surainya, ia berharap jika kehidupan Arras baik-baik saja.

Leo Carousel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang