Krrringggg!
Bel pulang sekolah telah berbunyi, waktunya para murid pulang ke rumah masing-masing."Aku pulang, ya! Sampai jumpa besok, Leorio!" Seru Faiz sambil keluar dari kelas.
Leo membalasnya dengan senyuman, ia menggendong tasnya dan menuju ke kelas kakak-kakaknya.
"Hey! Anak pembawa sial!" Sapa seseorang.
Leo tidak menghadap kebelakang karena ia tidak tau siapa yang dimaksud.
"Apa kau benar-benar tuli? Jangan pura-pura tidak dengar!" Teriaknya lagi.
Bahkan para murid yang belum pulang pun bisa melihat siapa yang berteriak dengan lancang seperti itu, termasuk Leo.
Leo menoleh kebelakang dan melihat ada Alvaro, sahabat Arras.
"Ada apa kak Varo?" Tanya Leo sambil berlari kecil ke arah Alvaro. Sebutan Varo singkatan yang diberikan oleh Leo, walaupun Alvaro sendiri tidak menyukai singkatan nama tersebut.
"Tsk, masih saja memanggilku sebutan Varo." Bukannya menjawab pertanyaan Leo, Alvaro malahan berdecih kesal.
"Maaf-maaf, aku sudah terbiasa memanggil kak Varo seperti itu." Alvaro memutar matanya dengan malas.
"Terserah lah....... Aku datang ke sini untuk memberitahumu kalau Mika Melanie menitipkan kue coklat untuk kakakmu, Ariz." Sambil memberikan sekotak kue berwarna coklat berukuran kecil.
"Oh okay, terimakasih telah menitipkannya kepadaku- tunggu dulu, kenapa kakak memanggilku sebutan anak sial?
Alvaro tidak menjawab pertanyaan Leo dan memilih meninggalkan pemuda itu dengan beberapa bisikan-bisikan para murid yang kebetulan mendengar percakapan antara mereka berdua.
"Pembawa sial? Apakah ia anak haram?"
"Shh! Jangan ikut campur, ayo kita pulang saja."
"Aku tau kakak kelas kita itu kelakuannya nakal dan berandalan seperti Arras."
"Apa orang tuanya tidak mendidik mereka? Memalukan."
"Sudahlah kalian berhenti gosip dan ghibah nya, ayo kita pulang cepat sebelum hujan."
Leo mendengar bisikan-bisikan para murid itu, ia menundukkan kepalanya, "Itu bukan salah Arras atau Alvaro, melainkan salahku dan ayah serta ibu." Batin Leo.
Leo berjalan dan menuju ke lahan parkiran sekolah untuk menunggu jemputan ayahnya.
"Semoga ayah memberikan tumpangan kepada kakak-kakakku." Batin Leo yang penuh harap.
£¢€¥¶∆
Dibelakang sekolah.
Ada Ariz yang sedang tampak menelpon seseorang, "Hai, bagaimana kabarmu? Baik-baik saja?" Sapa seseorang dari balik telepon."Hm, aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?"
"Tidak baik setelah putus dengan Mika, aku iri denganmu, bagaimana bisa Mika menyukaimu dan sedangkan diriku tidak."
"Entahlah.... Faza, menurutmu adikmu dan Leo pantas bersahabat?"
"Ha? Adikku? Tentu saja pantas bersahabat, belum lagi Faiz terus mengoceh tentang kesehariannya dengan adikmu."
"Tapi, aku tidak suka adikku yang telah merebut kasih sayang orang tuaku."
"Itu bukan salah Leo, tapi itu salah orang tuamu yang tidak tau cara-"
"Ah! Berisik! Kau sama saja dengan Mika yang selalu memihak Leo!"
"Terserah kau saja, aku benar-benar capek dan lelah....... Biarkan aku tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Leo Carousel [End]
Teen FictionApakah boleh jika dirinya egois? Ia telah mendapatkan keluarga yang utuh dengan memiliki orangtua yang lengkap dan dua abang atau kakak. Namun, ia merasa kurang hanya dengan kasih sayang sang ibu dan ayah. Ia ingin kasih sayang dari kedua abang ata...