17

220 12 3
                                    

Keesokan harinya.
Leo bangun pagi dan bersiap-siap berangkat ke sekolah, tapi sebelum itu ia harus memasak sarapan pagi untuk ayahnya dan........ Tidak untuknya, karena ia mendapatkan hukuman dari ayahnya karena terlambat pulang.

Ia langsung turun dari kasur dan mandi, sesekali ia berpikir untuk meminum air keran agar menghindari dehidrasi.... Ia pun langsung meminumnya.

Satu tegukan.
Dua tegukan.
Tiga tegukan.
Empat tegukan.
Lima tegukan.

Ahh, ia benar-benar merasa segar karena tidak minum air putih dari kemarin.

Ia pun mempercepat mandinya dan mengenakan pakaian sekolah, terus menuju ke dapur.

. . . . .

Sarapan pagi telah siap.
Nasi goreng bawang putih, ia berharap jika ayahnya menyukai makanannya dan tidak mendapatkan hukuman lagi.

Saat ia ingin memanggil ayahnya, ia sudah melihat ayahnya sudah berpakaian lengkap datang menghampiri dirinya.

"Mulai sekarang, kau harus membayar uang sekolahmu sendiri dan uang jajan pun tidak akan kuberikan juga." Titah Aza.

Leo terkejut dengan pernyataan ayahnya, "B- bagaimana bisa? Lalu, aku mendapatkan uang b- bagaimana?" Tanyanya.

"Gampang, cari kerja dan mendapatkan gajian, apa susahnya? Lagipula juga kau ini beban dan kau hanyalah sebatas pembantu- tidak, budak rumahan saja." Jawab Aza dengan penuh kehinaan.

Leo terdiam dan tidak bisa berkata-kata lagi, Aza duduk dan memakan nasi gorengnya dengan lahap.

Leo hanya bisa menatap Aza yang sedang makan, air liurnya menetes terjatuh.

Aza menyadarinya dan langsung melempari Leo dengan sebungkus rokok, "Jangan menatap makananku, INGAT! KAU ITU SEDANG MASA HUKUMAN! Jika kau lapar maka tunggu saja makanan sisa dariku dan itupun jika masih ada tersisa." Tegasnya.

Leo menunduk kebawah dan memiliki bajunya, benar-benar kehidupan Leo telah terjatuh ke dasar masalah.

"Tidak jadi." Aza menatap Leo dengan tatapan amarah, "Kau harus cepat-cepat ke sekolah sana! Atau kau ingin berhenti bersekolah?" Lanjutnya.

Leo tersentak dan langsung pergi meninggalkan Aza dengan makanan nasi goreng buatannya.

. . . . .

Leo sudah berada di sekolah dan langsung disambut dengan berbagai tatapan sinis dan iba dari berbagai orang.

"Eh lihat deh, kasian anak brokenhome."

"Huuu! Pembunuh!"

"Anak haram memang begitu~"

"Kasian, ya?"

"Semoga dia tidak baik-baik saja, hahahahahaha!"

"Ututututu~ anak manja jadi anak cengeng dadakan nih~"

"Minimal punya ibulah."

"Kenapa tidak sekalian menjadi yatim piatu?"

"Idih, hinanya~"

"Kalian tidak boleh seperti itu, itu tidak baik!"

"Canggih bener mainan elo, bagi dong tutorial cara nyuri konsol game mobil, puahahah!"

Leo terkena lemparan bola kertas dari kakak kelasnya, "Ups, sengaja gue lempar."

"Kasian dehh, sahabatnya udah jadi tumbuhan~"

"Sendirian~"

"Eh eh, dek! Berapa harga diri elo jika gue jual di pasar gelap?"

Berbagai ejekan lainnya yang dapat didengar oleh Leo.

Leo Carousel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang