Chapter 11

337 18 17
                                    

Keesokan harinya, suasana rumah kembali semula.

Seolah-olah kalimat yang diucapkan Leo kepada ayah dan ibunya begitu tidak berarti.

Aza dan Mina masih saja julid terhadap anak sulung dan tengah.

Arras bisa kembali bersekolah.

....

Sesampainya disekolah. Leo menunduk kecewa terhadap orang tuanya.

Benar-benar tidak habis pikir mereka mengabaikan anak-anaknya sendiri- kecuali Leo.

"Leo, ada sesuatu yang kau harus lihat sekarang." Ucap seseorang dibelakang Leo dan langsung menghadap kebelakang, Leo mendapati Faiz yang mengenakan seragam sekolahnya, tapi bukan itu fokus utamanya.

Leo melihat ada luka lebam di leher Faiz.

"Apa yang terjadi dengan lehermu? Apa teman-teman Alvaro yang mencekikmu?" Tanya Leo dengan nada khawatirnya.

Faiz menggeleng tidak, "Aku baik-baik saja, luka ini kudapatkan karena menyelamatkan nenek-nenek yang diancam oleh beberapa preman, kuatkan aku!" Ucap Faiz dengan berbangga diri.

Leo mengangguk iya dan menarik tangan Faiz untuk masuk ke kelas.

Sepanjang lorong, banyak orang-orang yang melihatnya dengan berbagai tatapan.

Leo menundukkan kepalanya karena tidak ingin melihat tatapan seperti itu.

Faiz yang mulai mengerti dengan situasi, langsung menarik tangan Leo untuk secepatnya menuju ke kelas.

Cklek
Pintu kelas terbuka dan Faiz melihat teman-teman kelasnya tidak menya.mbut baik kehadiran Leo.

Faiz mengarahkan Leo untuk segera duduk dan secara bersamaan bel sekolah berbunyi, menandakan pelajaran pertama telah dimulai.

Selama pelajaran, Leo mencoba fokus untuk memperhatikan gurunya yang sedang menjelaskan.

Tapi, setiap kali Leo fokus memperhatikan, ia sering dilempari bola kertas oleh teman kelasnya.

Faiz yang melihat Leo dirundung, langsung melempar bola kertas tadi ke arah si pelempar.

Tidak terima dilempari bola kertas, si pelempar melemparkan penghapusnya ke guru yang sedang menulis materi di papan tulis.

Sontak si guru membalikkan badannya, "Siapa yang melempar barusan?" Tanyanya untuk mencari pelaku.

"Leo yang melempar." Jawab si pelempar, ia melimpahkan kesalahannya ke Leo.

Si guru memicingkan matanya untuk mendapatkan jawaban pasti dari Leo, "Apa benar?" Tanyanya untuk memastikan.

Leo menggeleng tidak.

"Yang melempar duluan itu si Pandu, dia lempar ke Leo, aku balasnya ke dia kemudian Pandu lempar ke guru." Bela Faiz untuk Leo.

Si guru menatap kembali Pandu, si pelempar.

"Bohong! Bukan aku yang melempar, kamu punya saksi? Leo yang melempar." Tanya Pandu dengan dustanya.

Si guru memperhatikan seluruh gelagat murid-murid didikannya, "Apa benar apa yang dikatakan Pandu?"

Para murid mengangguk iya jika Leo yang melempar, "Baiklah Leo, kau telah berani membohongi saya, silahkan berdiri didepan kelas." Tegas si guru.

Faiz menolak keras dengan si guru yang condong membela yang bersalah.

Leo berdiri dan berjalan pelan untuk keluar kelas, tapi tangannya dicekal oleh Faiz untuk menyuruhnya jangan keluar kelas.

Faiz sedikit kesal kepada Leo karena tidak membela ataupun melawan tuduhan tersebut.

Leo Carousel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang