Kedua petarung kita, yakni Leo dan Pandu masih berlanjut, bahkan kakel dan adkel mereka pun ikut menyaksikan pertarungan mereka berdua.
Diantara mereka semua tidak ada yang mendukung Leo, mereka semuanya mendukung Pandu untuk melawan Leo.
Siapa yang paling terluka diantara mereka berdua? Tentu saja Pandu.
Kenapa? Karena Pandu yang paling banyak menerima serangan amukan dari Leo.
Leo terus menghajar wajah Pandu hingga hidung Pandu berdarah.
Tidak berhenti sampai disitu saja, Leo menarik rambut Pandu hingga Pandu meringis kesakitan, belum lagi Leo juga mencubit telinganya.
Pandu pun tidak mau terima begitu saja, Pandu memukul perut Leo hingga Leo terkapar di lantai.
Pandu menginjak-nginjak tubuh Leo dengan keras dan Leo melindungi tubuhnya menggunakan tangannya.
Ada kesempatan dalam kesempitan, Leo menendang kaki Pandu hingga Pandu terjatuh dan Leo menggunakan hal ini untuk langsung menaiki tubuh Pandu, kemudian meninjunya secara bertubi-tubi di bagian dada Pandu.
Pandu terus-terusan dipojokkan dan tidak memiliki kesempatan untuk membalas serangan Leo.
Beberapa murid menyoraki Leo untuk menyerah dan mengalah saja.
Ada juga yang menyoraki Leo dengan kalimat buruk.
Bahkan pendukung Pandu pun menyemangati Pandu untuk melawan balik.
Sembari para murid sedang bersorak-sorai, Alvaro tertawa kecil melihat pertengkaran yang menurutnya seperti kanak-kanak.
Karena kericuhan yang terlalu besar, ada beberapa anggota osis yang membubarkan semua orang untuk kembali masuk kedalam kelas.
Melihat Pandu terkapar tidak tersadarkan diri, Leo dibawa paksa oleh pihak osis untuk menemui kepala sekolah.
Beberapa anggota osis lainnya membawa Pandu untuk dilarikan ke puskesmas terdekat.
. . . . .
Leo kini dihadapkan dengan hal yang ditakutinya, yakni ayahnya.
Kepsek memamggil ayah Leo untuk dimintai pertanggungjawaban, "Baiklah pak Aza, bisakah anda bertanggungjawab kasus ini?" Tanyanya kepada Aza yang sedang memelototi Leo dengan tatapan penuh amarah.
"Saya tidak pernah memiliki anak sepertinya, silahkan keluarkan dia dari sekolah, karena dia hanya membuatku malu saja." Jawab Aza dengan suara yang berat, Leo tersentak dengan pernyataan Aza.
"Pak Aza, seharusnya anda mendidik anak anda tentang sikap dan perilaku di sekolah."
Terlihat jelas bahwa urat di kepala Aza terlihat, "Apa yang sudah saya katakan? Saya sudah tidak menganggap dia sebagai anakku!" Dengan nada yang tinggi.
"Baiklah terserah pak Aza, kemudian soal kompensasi untuk-"
"Saya juga tidak mau bertanggungjawab, karena itu bukan kewajiban saya."
"Itu kewajiban pak Aza- aaakkh!" Kepsek mengacak-acak rambutnya dengan gusarnya, "Baiklah saya akan memberikan kompensasi kepada pihak korban-"
"T- t- tapi, aku k- korban." Sela Leo dengan terbata-bata.
Aza langsung menatap Leo dengan penuh amarah, "Dasar anak kurang ajar! Membuat masalah setiap saat!" Batinnya yang meronta-ronta.
"Kata teman-teman sekelasmu, kau yang memulai pertengkaran, benar?" Tanya kepsek kepada Leo.
Leo menggelengkan kepalanya, "T- tidak, Pandu yang duluan mengejekku dan dia yang memulai pertengkaran.... Aku hanya m- membela diri." Jawab Leo membela dirinya sendiri, tanpa bantuan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leo Carousel [End]
Fiksi RemajaApakah boleh jika dirinya egois? Ia telah mendapatkan keluarga yang utuh dengan memiliki orangtua yang lengkap dan dua abang atau kakak. Namun, ia merasa kurang hanya dengan kasih sayang sang ibu dan ayah. Ia ingin kasih sayang dari kedua abang ata...