BAB 6- MELODY

29 8 0
                                    

Kepala gue masih terasa pusing, kejadian di Jazz bar masih terbayang samar-samar, gue masih terbaring dan menutup mata lalu mendengar suara Joana, "Are you okay?" Gue sedang berhalusinasi. "Mel." Suaranya kembali terdengar. "Mel, ini gue. Joana. Buka mata lo." Joana menggoyang badan gue.

"Joana?" panggil gue membuka mata. "Kamar lo kok agak beda?" Gue bertanya, menatap sekeliling kamar.

Joana membatu gue bangun dari tempat tidur, "Ah pusing," keluh gue kembali menutup mata sambil bersandar pada kepala tempat tidur.

"Ini diminum dulu."

Gue mencoba membuka mata pelan-pelan, "Lo udah bilang ke mama kalau gue di tempat lo?"

"Ini bukan tempat gue."

Gue tidak tahu jam berapa sekarang tapi gue kembali mengingat semua kejadian yang terjadi. Kalau ini bukan tempat Joana, kenapa gue bisa di sini? Dan kenapa Joana bisa tahu sedangkan ponsel gue ada di rumah.

"Ana?" panggil gue.

"Gue di chat Joel." Joana tahu apa yang ingin gue tanya tanpa menanyakannya. "Lo udah tidur, selama hmm satu, dua, tiga jam," ujarnya melihat jam tangan.

Gue mengembuskan napas, "Sialan tuh Joel, gue dipaksa minum."

Joana menatap gue dan tidak ada reaksi saat gue kesal, hal ini menambah daftar tanda tanya di dalam otak. Semoga ia tahu isi kepala gue tanpa bertanya. "Seingat gue gelas ketiga itu udah teler," tutur gue lagi. "Selebihnya gue nggak tau. Yah ini terbaring di kasur laki-laki berengsek." tatapannya masih sama malah matanya berbinar-binar. Joel lakukan hal buruk ke gue? "Nggak," ucap gue spontan.

"Apa?" Joana bertanya.

"Gue mikir yang aneh."

"Kepala lo masih pusing?" tanyanya mengusap rambut gue.

"Sedikit? Anyway mana pemilik kamar ini?"

"Udah gue kasih pelajaran," ucapnya terbata-bata dan menangis.

"Kenapa menangis?" Air mata Joana tidak tertahankan lagi, ia menunduk. "Hei. Kenapa?" Tanya gue memeluk Joana.

"Nggak, cuman sedih aja." Singkat Joana mengusap air matanya.

Perasaan gue semakin tidak enak, Joana kembali menangis. Kali ini tangisnya terdengar, napasnya memburu. Berhubungan dengan gue atau siapa tangisan Joana ini?

Gue bangun dari tempat tidur.

Joana mengusap air matanya lagi, menarik tangan gue, "Ayo kita pulang," ajaknya memalingkan pandangan. "Maksud gue ke rumah sakit." Joana membantu gue berdiri.

Gue menatap tanpa berkedip, "Apa rumah sakit? Siapa yang sakit? Ada apa? Tolong lo ngomong yang sebenarnya."

"Nyokap." Joana menjawab, terbata-bata.

"Kenapa?" Gue menggoyang tubuh Joana, tidak sabar.

Joana memeluk gue, "Napasnya udah nggak ada," bisik nya.

"Apa?" Gue mendorong Joana.

"Meninggal," bisik Joana memperjelas, kembali memeluk gue.

"Lo nggak usah bercanda." Gue dorong badan Joana. "Kemarin gue masih ketemu mama dan papa juga nggak pulang ke rumah, lo pasti salah orang."

Joana menatap gue, menangis.

Gue bertekuk lutut memohon di depan Joana, "Tolong lo bilang ke gue kalau itu bohong dan lo cuman salah lihat orang."

Joana membantu gue berdiri, "Maaf."

"Ana, lo bohong kan?"

"Kita ke rumah sakit sekarang."

Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang