BAB 14-MELODY

23 0 1
                                    

DAY-2

Berkali-kali gue masih bertanya, kenapa harus laki-laki itu? Gue hanya bisa mengelus dada. Tapi hati dan pikiran gue bertolak belakang. Dan hari ini, gue nobatkan sebagai hari kedua bersama Joel.

Pantai... itu tujuan kami, tempat favorite gue.

Beralaskan kain bermotif kotak-kotak, gue meletakkan pizza dan es jeruk yang sudah dikemas plastik lalu duduk. Deburan ombak berisik tapi buat gue tenang ditambah langit yang begitu cerah dengan bentuk awan yang tak berbentuk.

"Wah indah sekali!" Joel yang mulai memuji keindahan yang terpampang di depan matanya.

"Sejak umur lima tahun, gue senang banget kalau main di pantai. Lihat anak kecil di sana? Itu gue waktu kecil," tunjuk gue ke anak kecil yang sedang bermain pasir dengan menenteng ember plastik. "Gue mau mengulang masa itu."

"Bagaimana kalau masa itu terulang sekarang?" tanya Joel yang masih memperhatikan anak kecil yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat kami.

Gue mengalihkan pandangan, "Bisa saja tapi rasanya akan berbeda. Itu salah satu scene saat gue berumur lima tahun yang paling indah," tutur gue menahan tangis.

Satu menit, kurang atau lebih dari itu pandangan gue tertuju pada ombak dan wisatawan lain yang sedang bermain.

"Mau mengulang nya?" tanya Joel yang berdiri di depan gue dengan dua ember plastik kecil sama persis yang anak kecil itu punya. Tunggu dulu sejak kapan Joel memiliki benda itu? Atau dia diam-diam pergi merebutnya?

"Kok bisa, bukannya lo ada di samping gue tadi?" Ucap gue bingung menunjuk bolak-balik ke samping dan di depan gue. Anak yang bermain tadi sudah tidak ada.

Joel hanya tertawa, "Do you wanna play with me?" tanyanya menyejajarkan wajahnya dengan gue.

Kedua sudut bibir gue melengkung, "Mau dong, ayo kita main." Gue mengambil ember plastik dari tangan Joel.

Membuat istana pasir...

"Joel, apa yang akan kita buat?"

"Mana gue tau, lo mau buat apa?"

Gue tidak menjawab pertanyaan Joel tapi gue mengarahkannya mengisi ember dengan pasir lalu menyusunnya tiga baris pasir yang berbentuk di depan dan di sisi belakang.

"Apa yang mau kita buat?" tanya Joel memegang kedua pinggangnya.

"Rumah Barbie."

"Apa?" Joel terkejut lalu tertawa.

"Tumpuk lagi ke atas sebanyak tiga tumpukan dan itulah rumah Barbie versi gue," tutur gue serius.

"Baik lah, mana ember gue."

"Bukan punya lo!" cetus gue dan melotot.

Gue dan Joel saling bergantian mengisi ember dengan pasir lalu meletakkannya di atas tumpukan pasir yang sudah berbentuk. Step by step sampai akhirnya berbentuk rumah Barbie.

"Sudah selesai," girang Joel melempar ember plastik lalu menendang pasir yang sudah berbentuk rumah Barbie versi gue.

"Joel!" teriak gue kesal.

"Ayo coba kejar," teriaknya menjulurkan lidah.

"Awas lo!" Gue mengejarnya. "Rumah Barbie gue hancur."

"Itu bukan rumah Barbie tapi pasir," ejeknya sambil berjalan mundur.

Gue berhenti berlari membiarkan Joel semakin menjauh. Sebaiknya gue bersandiwara. Pura-pura lelah atau pingsan saja?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang