6: Apakah Ini Cinta?

1.6K 16 0
                                    

Sudah 2 minggu lamanya setelah obrolanku itu dengan Ridwan. Berarti total sudah 3 Minggu lebih setelah Ella memecatku. Kupikir semua akan reda, tapi kulihat story Instagram Ella, dia masih galau.

Rasa rinduku pun juga masih menggebu padanya. Apakah ini cinta?

Entah mengapa, aku tiba-tiba merasa berani untuk mengunjungi apartemen Ella malam itu. Mungkin karena perasaan rindu yang semakin kuat, atau mungkin karena aku ingin menjelaskan perasaanku dengan jelas kepada Ella. Apapun itu, aku mengambil langkah untuk mengunjungi apartemennya.

Ketika aku tiba di apartemen itu, para petugas keamanan dengan mudahnya memperbolehkanku masuk karena aku adalah bekas supir pribadi Ella.

Hatiku berdegup kencang, dan langkahku gemetar saat aku melangkah menuju pintu apartemennya. Aku tidak benar-benar tahu apa yang aku akan lakukan atau bagaimana aku akan mengungkapkan perasaanku.

Aku tahu satu hal dengan pasti, yaitu aku merindukannya. Aku merindukan tawanya, senyumnya, dan semua momen indah yang telah kami bagikan bersama. Aku merindukannya sebagai teman, dan mungkin lebih dari itu.

Aku akhirnya mencapai pintu apartemennya, dan dengan hati yang berdebar-debar, aku mengetuk pintu.

Ella membukanya, dan dia tampak terkejut melihatku di sana. Tanpa kata dan sedikit cemberut, ia mempersilahkan aku masuk ke apartemennya. Aku hanya berdiri saja di samping pintu masuk yang sudah ditutup itu. Sedangkan Ella juga berdiri tak jauh dari tempatku berdiri sambil menekuk wajahnya.

Itu pertama kalinya aku melihatnya tanpa make-up. Ya, itu memang wajah Elvan yang kukenal waktu SMA. Hanya saja, entah mengapa, wajah Elvan lebih manis sekarang.

Saat itu sudah pukul 9 malam. Itu sebabnya Ella sudah mengenakan jubah mandi mewahnya dengan rambut basah seperti habis keramas.

"Ada apa?" Tanyanya ketus.

Aku bingung harus jawab apa.

"Mau antar pizza lagi?" Sindirnya.

"Eh enggak. Aku gak bawa apa-apa. Maaf"

"Jadi ke sini mau ngapain? Mau mempermainkan hatiku?"

Aku diam saja. Selama beberapa detik kami saling diam. Tiba-tiba dia berkata sesuatu yang mencengangkan.

"Atau kamu ke sini mau ngentot?"

Astaga. Vulgar sekali, pikirku.

Aku tetap terpaku.

Lalu dia membuka ikatan jubah mandinya, sehingga walaupun jubahnya itu masih tergantung di pundaknya, aku dapat dengan jelas melihat sebagian besar bagian tubuhnya yang telanjang.

Aku tak tahu harus berpikir apa. Aku hanya bisa mengakui di dalam hati bahwa Ella benar benar cantik. Walau dadanya rata, cenderung seperti lelaki, namun lekuk tubuhnya, pinggulnya, sudah seperti wanita langsing. Tak kuasa kutatapi penisnya yang walaupun tak sebesar milikku, tapi sangat menawan.

"Ayo sini kalo mau ngentot!" Tantangnya.

"El... bukan gitu..."

Lalu Ella mendekat. Aku sudah gemetaran.

Dikalungkannya kedua tangannya di leherku. Lalu bibirku dilumatnya. Bibir kami beradu saling menyerang. Saling melawan.

Tiba-tiba sebuah kalimat keluar begitu saja dari mulutku.

"El... aku kangen..."

Ella tersenyum bahagia dan menciumi bibirku lagi.

"Aku juga merindukanmu, Gas..." ujarnya lirih.

🔞 Ellana, Sang Penyelamat 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang