9: Cinta Gila

1.3K 14 0
                                    

Malam itu, seperti biasa, kami mandi bersama lagi. Tapi lebih dari itu, kami juga bercumbu panas di bawah shower. Kami saling membasuh, saling menyabuni, dan saling mengeramasi seperti biasa. Namun saat aku hendak mengocok penisnya, Ella menolak.

"Jangan sekarang dong, sayang. Napsu amat sih?! Enakan nanti di ranjang" jawabnya genit.

Langsung saja aku gendong dia keluar kamar mandi dan kulemparkan tubuhnya ke ranjang. Kuterkam dan kucumbui dengan rakus. Kuciumi dari mulai dahi, ke pipi, bibir, leher, kujilati kedua putingnya sejenak, sebelum akhirnya turun ke perut, dan berakhir di penisnya yang kukulum dengan penuh nafsu.

"Aaahh aaahhh, sayang... aaaahhh" erangnya

Aku sudah mulai terbiasa mengemut penis Ella yang manis ini. Walau tak besar, namun aku tak pernah puas mengulumnya. Rasa asin yang berasal dari cairan bening yang keluar dari penis Ella membuatku tergila-gila.

"Sayang... malam ini aku mau kamu minum peju aku..." pintanya tiba-tiba.

Hah? Astaga! Ini gila sekali, pikirku. Aku terhenti sejenak dan memandangnya.

"Kenapa? Jangan takut. Kamu pasti suka" ucapnya meyakinkanku.

Akhirnya aku mengangguk walau ragu.

Didorongnya lagi kepalaku agar mau mengulumnya lagi. Lalu ia menjambak rambutku dan dinaik-turunkannya kepalaku saat aku terus menghisap kemaluannya. Ini pemaksaan namanya. Tapi aku suka!

"Malam ini kita saling minum peju ya, sayang..." katanya lagi.

Mulut kotornya membuatku semakin terangsang dan semakin mempercepat kulumanku. Jujur, seumur hidupku belum pernah ada satupun wanita yang mau menelan spermaku. Ah, akhirnya malam ini aku akan mendapatkan pengalaman itu. Walaupun bayarannya adalah aku juga harus menelan sperma. 

Kucoba memasukkan jari tengahku ke dalam lubang pantatnya. Tapi dia menolak.

"Jangan, sayang.... aku gak suka. Kalo kamu mau entot aku, entot aja pake kontol kamu... jilatin dulu tapi ya" ujarnya.

Aku menjilatinya dengan penuh semangat. Ella mengerang keenakan.

Tak lama aku melakukannya, Ella mengambil gel pelicin dari dalam tasnya yang terletak di atas ranjang, dan diberikannya padaku.

"Nih, aku baru beli tadi..." katanya.

Akupun cepat tanggap dan memakai gel pelicin itu pada penisku.

Slep.... masuk dengan sukses!

Langsung kugempur duburnya. Lubang kenikmatan yang membuatku tergila-gila. Dengan bantuan pelicin, membuat senggama kali ini lancar sekali.

Kami terengah bersama. Perpaduan deru nafas kami saling bersahutan, menciptakan harmoni yang indah di telingaku.

"I love you, baby..." katanya ditengah erangannya.

Kujawab dengan jawaban serupa. Senyumnya langsung merekah. Manis sekali.

Beberapa menit setelah itu, ia mendorongku mundur. Lalu mengambil posisi menungging. Ia ingin aku menggempurnya dari belakang. Dan terjadilah. Doggy style yang amat nikmat bagi kami berdua.

Kali ini kujambak rambutnya dengan tangan kananku, sedangkan tangan kiri ku meraba putingnya. Dari gelinjang tubuhnya, aku tahu, ia pun menikmatinya.

"Inget ya, jangan keluarin di dalem. Keluarin di mulutku nanti..." ia mengingatkan.

Perasaan jijik hinggap di kepalaku. Bagaimana nanti kalau aku tidak menyukai rasa sperma? Tapi di sisi lain, aku ingin membahagiakan wariaku ini.

Tanpa sadar, aku justru mempercepat sodokanku di liang tainya. Oooh wariaku. Mengapa kau begitu seksi?!

Lalu saat aku hampir keluar, kucabut penisku dari dalamnya. Lalu kami rebah di ranjang, mengambil posisi 69 dengan posisi menyamping. Ella dengan semangat memompa penisku dengan mulutnya. Akupun melakukan hal yang sama pada penisnya.

Tak lama kemudian, crot crot crot crot... tumpahlah spermaku ke dalam mulutnya. Kulihat sekilas ia berkumur sebentar dengan spermaku. Oooh pemandangan yang sangat indah bagiku. Aku merasa seperti pria yang amat dipuja olehnya.

Mengetahui Ella belum ejakulasi, ia pun memaksakan menyodok-nyodok kerongkonganku dengan penisnya.

Kemudian.... crot crot crot crot crot....

Sperma Ella keluar! Sangat banyak!

Wow! Rasa yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Sulit dijelaskan dengan kata-kata. Aroma anyir dan rasa hambar bercampur sedikit manis.

Aku mual. Terbatuk. Ingin rasanya muntah.

Tapi karena penis Ella masih membungkam mulutku, aku terpaksa menelan spermanya cepat-cepat. Kulihat Ella tertawa bahagia. Mungkin perasaan yang sama seperti yang kurasakan.

Kami lunglai berdampingan di ranjangnya. Kemudian ia memelukku erat.

"Gimana, sayang? Enak gak Peju punya aku?" tanyanya.

 "Gimana, sayang? Enak gak Peju punya aku?" tanyanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Agak manis, sayang..." jawabku.

"Masa? Kamu suka?"

"Belum bisa dibilang suka sih. Tapi aku yakin, lama-lama nanti aku bakal suka."

Ia terkekeh.

"Terima kasih atas kejujuranmu, sayang.... Aku suka kamu jujur... Jadi, next time, kamu mau lagi minum peju aku?"

"Mau lah" jawabku mantap.

Ia memelukku lebih erat lagi.

"Kamu sendiri? Suka peju aku?" Tanyaku.

"Suka banget, sayang... kayaknya aku bakal ketagihan..."

Aku merasa bangga. Merasa dipuja.

Malam itu kami tidur berpelukan seperti sebelumnya.

🔞 Ellana, Sang Penyelamat 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang