Tibalah saatnya istriku pergi pulang kampung bersama anak perempuanku satu-satunya.
Setelah kuantarkan ke stasiun dan melepas mereka pergi, aku pulang sebentar untuk membawa beberapa pakaian dan langsung ke apartemen Ella untuk menginap di sana selama seminggu.
Ella mulai membawaku jalan-jalan ke mall bergengsi di Jakarta Utara. Bergandengan tangan mesra, seakan dunia milik berdua. Aku sebenarnya was-was, takut kalau ada keluargaku ataupun tetanggaku yang melihat. Untungnya mall itu jauh dari rumahku.
Ella membelikanku beberapa pakaian mahal, yang sebenarnya bukan gayaku. Tapi demi menyenangkan Ella, aku menerimanya. Ia bilang, ini pakaian-pakaian untuk aku jalan-jalan bersamanya. Mungkin pakaianku terlalu lusuh untuk bersanding dengannya di tempat umum.
Lalu Ella juga membelikan aku sebuah arloji mahal. Kemudian kami makan di restoran yang selama 2 tahun belakangan hanya kukunjungi bila ada pesanan lewat aplikasi ojol saja. Diakhiri dengan nonton di bioskop dan makan malam.
Di mobil, ketika perjalanan pulang, ia berkata.
"Aku sebenarnya pingin melakukan ini di bioskop tadi. Tapi takut ketauan. Di bioskop kan suka dipantau pake infra merah"
"Melakukan apa?" tanyaku.
Di sinilah sifat gila Ella mulai terlihat. Tiba-tiba ia merogoh celanaku, dibuka ritsletingnya lalu dikeluarkanlah penisku. Aku kaget setengah mati. Memang kaca mobilnya cukup gelap. Lagipula itu sudah malam. Tapi itu tak mencegahku untuk punya perasaan takut terlihat.
Dikulumnya penisku dalam-dalam. Hangat sekali di dalam mulutnya. Aku berusaha keras mengendarai mobil itu.
Ia mengulumnya selama kurang lebih 15 menit, sebelum akhirnya spermaku memenuhi rongga mulutnya. Dibersihkannya bibirnya dari sisa pejuku yang menempel dengan tisu. Oh wariaku. Kau begitu berharga.
Hari itu ia memakai rok selutut. Disingkapnya rok itu, lalu agak diturunkannya celana dalamnya. Terlihat jelas penisnya berdiri tegak. Lalu ia mengocok penisnya sendiri. Selain itu ia juga memilin putingnya sendiri juga. Kami tertawa bersama.
Namun belum sempat kontolnya mengeluarkan lava putih, kami sudah memasuki area apartemen Ella. Buru-buru Ella menyembunyikan penisnya karena aku diwajibkan untuk buka kaca untuk memperlihatkan diri pada sekuriti yang sedang senyum-senyum menertawakanku.
❤❤❤
"Dulu, waktu SMA, kalo aku nyatain cinta ke kamu, kira-kira kamu bakal terima aku jadi pacar kamu gak?" tanyanya suatu kali sambil berpelukan di balkon.
"Kayaknya enggak deh. Soalnya dulu kan pikiran aku belum terbuka kayak sekarang."
"Jadi sekarang udah terbuka?"
"Udah dong. Emangnya kamu masih ragu?"
Ella menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Kamu tau ga, dulu tuh aku suka cemburu lagi, sama Dewi" timpalnya.
"Dewi?"
"Iya, dulu kamu suka sama dia kan. Trus sering curhat ke aku soal betapa susahnya dapetin Dewi. Aku cemburu banget."
Aku terkekeh.
"Andaikan sekarang aku pindah waktu ke masa kita SMA, udah aku sepong kontol kamu di belakang kantin" godaku.
Kami tertawa bersama.
❤❤❤
Satu hal yang masih kuingat tentang kami berdua sejak SMA adalah kami selalu tak pernah akur dalam hal sepakbola.
Ella pengagum Madrid, aku pengagum Barcelona. Ella pecinta Inter Milan, aku pecinta AC Milan. Ella dukung Chelsea, aku dukung Arsenal.
Suatu malam, kami menonton pertandingan antara Madrid melawan Barcelona. Ia mengajak taruhan. Bila Madrid membobol gawang Barca, aku harus mengulum penisnya sampai gol berikutnya tercipta. Begitu juga sebaliknya. Jadi tiap ada gol salah satu dari kami mengulum penis pasangannya.
Akupun setuju, karena saat itu Barcelona masih diperkuat oleh Lionel Messi. Aku percaya diri akan memenangkan taruhan itu.
Ternyata, pertengahan babak kedua, Vinicius Junior membobol gawang Barca terlebih dahulu. Jadilah aku menyepong waria yang aku cintai ini sampai gol berikutnya terjadi.
Namun, beberapa menit setelah aku mengulum penisnya, ia mengajak taruhan lagi.
"Gimana kalo, yang menang, ngewein pantat yang kalah?"
Kontan saja aku terbelalak.
Maksudku, pemikiran ini sudah ada di benakku dari awal aku bersetubuh dengannya. Bagaimana kalau tiba-tiba dia minta pantatku untuk digagahinya? Cepat atau lambat, aku harus rela dientot waria cantik ini, pikirku.
Sepertinya aku memang tidak bisa mengelak lagi. Sudah 2 minggu lebih aku bersamanya. Hasrat Ella untuk menggagahiku pasti sudah lama ia pendam. Sebagai kekasih, aku wajib membahagiakannya.
Oleh karena itu, akupun menyetujuinya walau dengan berat hati. Ella pun merasa senang aku setuju.
Namun, bukannya Barca mencetak gol penyama, Messi dkk malah kebobolan lagi di menit-menit akhir. Hatiku sangat kacau.
Ella bersorak kegirangan.
"Yes! Yes! Yes! Malam ini saatnya aku ngentotin kamu! Yes!"
Aku cemberut. Tak kusangka Barca begitu mengecewakan lubang pantatku malam itu. Saat peluit panjang dibunyikan, Ella langsung memandangku.
"Ayo nungging!" Perintahnya sambil tersenyum lebar.
Aku menurutinya. Dipelorotkan celana pendekku yang memang tak memakai celana dalam di baliknya.
Lalu dia mengendus anusku. Kemudian dijilatinya. Aku merasa kegelian. Ada perasaan bahagia dalam hatiku. Waria ini mau menjilati anusku dengan lahap. Namun sejenak kemudian pikiranku galau menyadari bahwa sebentar lagi anus itu akan jadi sasaran empuk kontolnya.
Tak seberapa lama, ia pun mulai mengolesi penisnya dengan gel pelicin.
"Tahan ya, sayang..." katanya.
Siap tidak siap, aku harus siap.
Ditempelkannya ujung penisnya di bibir lubang pantatku. Lalu didorongnya kencang.
AAAAHHHHH
Aku berteriak kesakitan! Sakit sekali!
Dalam beberapa detik, penis Ella sudah berhasil menerobos masuk.
"Aaaahhh" desah Ella. "Udah masuk nih, sayang..."
Aku diam saja sambil meringis kesakitan.
Tanpa aba-aba, Ella mulai memaju-mundurkan pinggulnya. Awalnya pelan, tapi Ella kemudian mempercepat gerakannya.
"Aduh... aaaw.... sssshhh" rintihku.
"Sayang... aku suka banget bo'ol kamu... rapet... masih perawan..." ungkapnya sambil terus menggagahiku.
Aku tak bisa menjawab karena sedang sibuk kesakitan. Seperti mau pingsan rasanya. Mungkin ini adalah perasaan tersakit yang pernah ku alami seumur hidupku.
Ella terus menggenjot tanpa ampun. Sesekali kudengar ia mendesah saking nikmatnya mungkin.
Ia memintaku untuk posisi missionary. Lalu ia kembali menggempur duburku. Kali ini sambil mengocok kontolku. Kini aku mulai merasakan enaknya digagahi. Karena kurasakan penis Ella sudah makin lancar bergerak di dalam pantatku.
Aku tersenyum memandangnya yang terlihat sangat bernafsu menyetubuhiku. Ia pun membalas senyumanku sambil terus mengocok batang kemaluanku.
Tak lama kemudian... crot crot crot crot... spermaku muncrat ke udara. Dan jatuh lagi ke arah kemaluanku dan sebagian ke perut Ella.
"Aaah aaahh aaaahh" desahku.
Ella terus mengocok dan menggagahiku.
Detik demi detik. Menit demi menit. Ella tak kunjung puas. Rasanya seperti seabad! Sepertinya ini sudah lebih lama dibandingkan saat aku menyenggamainya. Tak kusangka Ella lebih ahli dariku dalam hal menahan ejakulasi.
Kulihat jam di dinding, sudah pukul 4.35 pagi. Ini artinya sudah 20 menit lebih sejak pertama kali Ella memasukkan penisnya ke dalam analku. Luar biasa sekali ketahanan tubuhnya.
Selang tak seberapa lama kemudian, tubuh Ella bergetar. Dicabutnya penisnya dari pantatku, kemudian diarahkannya penis 12 cm itu ke wajahku.
Crot crot crot crot... tumpahlah sudah sperma Ella di wajahku....
"Aaahh aaahh yesss..." erangnya.
Aku berusaha menangkap beberapa tetes dengan mulutku, namun hanya dapat sedikit. Sisanya jatuh di pipiku, kening, mata, dagu, hingga leherku.
Ella lemas di sisiku. Tertawa lebar sambil terengah.
"Terima kasih, sayang... kamu is the best..." pujinya.
Lalu ia meratakan spermanya yang jatuh di wajahku bagaikan mengenakan lotion sambil terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
🔞 Ellana, Sang Penyelamat 🔞
RomanceWARNING 21+ LGBT STORY 🔞 🌈 PERINGATAN: MENGANDUNG CERITA SEX SESAMA JENIS. Kenyataan Pahit harus kuhadapi saat istriku berhenti mencintaiku. Namun kehadiran Ella yang tak lain adalah sobat masa SMA ku yang kini sudah bertransisi, mengubah cara pa...