Satu

743 76 3
                                    

•HAPPY READING•

•HAPPY READING•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-
-

"Baiklah bagaimana caramu menjelaskan ini ketua kelas?" Kini sarada menatapnya tegas, membuat sumire meringis ketika mata mereka bertemu.

"I-itu a-"

"oke baiklah, kurang lebih aku mengerti situasinya jika sikapmu seperti ini." Sarada mengambil kesimpulan dengan cepat dengan melihat kegugupan sahabatnya itu, sumire.

Sedangkan sumire menatapnya cengengesan, namun tak lama juga menghela napas gusar.

"Padahal sudah kubilang sesekali beranilah" gumam sarada.

"Maaf" sumire yang mendengarnya hanya bisa mengatakan maaf.

"Tidak masalah" sahutnya.

Sarada mengerti kegugupan sumire, hanya saja ia tidak menduga sumire akan menerima pernyataan cinta kawaki.

Bagaimana dengan perasaannya yang sebenarnya? Sarada tak habis pikir denganya, pertama karna tidak berani mengajaknya langsung ataupun dia tidak ingin merepotkan sarada akhirnya dia memutuskan membuat surat ajakan untuk bertemu dirooftop dengan seseorang yang ia sukai. Dan sarada tau siapa pemuda yang telah berhasil mencuri hati sumire.

Tapi entah bagaimana surat itu malah sampai nyangkut dilokernya kawaki?

Ia terlalu ceroboh, hanya saja jika dipikir-pikir itu juga karena marga kedua pemuda itu sama. Sama-sama bermarga Uzumaki.

Kalian tidak salah baca kok, gadis itu benar-benar menyukai uzumaki. Hanya saja bukan si putra sulungnya, Uzumaki kawaki. Bukan dia.

"Awalnya ku kira boruto-kun yang membaca suratku, tapi setelah dia mencariku untuk membawaku ke roftoop karena kawaki-kun aku tidak ingin mengecewakannya. Dia memberiku semangat" sumire bercerita.

"Tapi bukan berarti kau menerima kawaki, sumire sayang" sarada gemas sendiri.

"Ya maaf, susah terlanjur" katanya cemberut.

"Jadi kau ingin bagaimana sekarang sumire?" Sekarang sarada menatapnya cemas.

"Aku berpikir untuk mencobanya dulu, lagipula. Sepertinya boruto-kun tidak melirikku sama sekali" lirihnya.

"Bagaimana boruto akan melirikmu, jika kau diam saja? Kan sudah ku bilang. Coba mengajaknya keluar bersama, kau sudah pernah ngobrol panjang denganya bukan?"

"Ya tapi kan itu waktu dikelas satu, saat kami masih menjadi ketua dan wakil kelas" sahutnya tak semangat.

"Karena itu aku sarankan, mencoba mengajaknya keluar duluan. Apa salahnya jika perempuan duluan yang bergerak?" Sarada benar benar sudah gemas dengan sahabatnya ini.

Sumire menjatuhkan kepalanya ke meja dengan lesuh, dengan lesuh ia menatap sarada.

"Iya iya aku tahu, kau bukan gengsi tapi malu kan?" Sarada mengerti apa yang sumire pikirkan.

....

"Kalauku lihat lihat kau tidak terlalu senang yah" boruto mendekati kawaki yang sedang duduk diruang tamu.

"Terlihat seperti itu kah?" Kawaki malah bertanya balik.

"Padahal kau berhasil membuat sumire menjadi milikmu" katanya sambil mengambil keripik kentang yang kawaki makan.

"Ambillah punyamu sendiri dikulkas!" Gerutunya.

Boruto tak menanggapinya kala melihat ponselnya tergeletak diatas meja, dan mulai memainkan gamenya saat berhasil mengutak ngatiknya lagi.

Mereka bermain game bersama diponselnya masing-masing.

"Ada rekomendasi tempat kencan tidak?" Tanya kawaki saat dirinya sempat kalah didalam gamenya.

Boruto hanya berdeham, dan tampak berpikir juga padahal dirinya masih fokus bermain game. Saat kawaki kembali hidup digamenya, boruto membuka mulutnya.

"Bagaimana dengan movie date? dan setelah itu berjalan-jalan dan makan?" katanya.

"ide bagus, terimakasih bolt" katanya sambil mengutak-atik ponselnya untuk kembali.

"Oi! Kenapa kau malah afk?" Desis boruto kesal.

Sedangkan kawaki tengah membuka pesan obrolan dengan sumire, dan mengetik beberapa kata lalu mengirimnya.

Beberapa saat kemudian pesannya dibalas dengan jawaban yang membuat kawaki tersenyum puas, dan mengetik kembali dengan jawaban.

Kita pergi minggu depan. -kawaki.

.
.
.
.
.

To be continued.

Nothin On Me [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang