Lima

405 60 1
                                    

•HAPPY READING•

•HAPPY READING•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-
-

Setelah kejadian minggu kemarin yang memperlihatkan kedekatan boruto dan sarada, boruto sempat berpikir.

Apa sebaiknya, ia mulai saling sapa lagi dengan sarada?

Namun hal itu tidak terjadi, karna disekolah sarada memandang nya seperti orang asing. Membuat hati boruto meringis kecil.

"Hei bolt! Ada apa denganmu?" Tanya inojin.

"Benar, biasanya kau selalu berisik" suara lainnya datang dari sebelah inojin.

"Apa kau baik-baik saja boruto? Aku dan shikadai hanya berpikir bahwa belakangan ini kau cukup aneh" katanya lagi.

"Apa yang aneh memangnya?" Sahut boruto.

"Kau selalu menolak ketika biasanya kita main game dihari Minggu, sebulan lebih ini kau selalu bilang ada urusan. Memangnya urusanya selama itu?" Jangan coba coba menyembunyikan sesuatu dari seorang Nara Shikadai, karena sudah pasti ia pintar membaca gerak gerik seseorang.

"Bukan apa-apa"

"Lihat? Ku pikir kau sedang berkencan bolt" kata inojin tiba-tiba.

"Apa sih maksudmu?" Kini boruto mengalihkan pandangannya menatap inojin dengan malas.

"Seperti, ya kau tau? Minggu kemarin. aku melihatmu dan sarada jalan berdua"

....

Sarada dan sumire sedang asyik memakan bekal makan siang mereka, sekarang sarada sedikit lebih lega. Karena sudah menjelaskan hubungannya dengan boruto kepada sumire.

Tentang dirinya yang tetanggaan, dan juga berteman. Hanya sekedar berteman, tidak akrab denganya. Lagi sih.

Sarada tidak mengatakan ia pernah akrab dengan boruto, ataupun menceritakan tentang hal hal baik denganya. Karena sarada memiliki ingatan yang cukup buruk tentang boruto.

Jujur saja ini bukan tentang kebohongan boruto yang menyatakan kawaki menyukainya, bukan tentu saja bukan itu!!

"Kalian sangat akrab ya!!" Kekeh sumire.

"Tidak! Tidak tidak, aku benar-benar sangat tidak akrab denganya tahu!" Sahut sarada sambil menggeleng gelengkan kepalanya kencang.

Sumire masih saja mentertawakan sikap sarada yang seperti ini, menurutnya sahabat nya ini lucu jika sudah berceloteh panjang lebar. Dalam artian bukan tentang menceramahi ataupun memarahinya.

"Sumire, kau baik-baik saja dengan kawaki?" Sarada lagi-lagi membahas ini.

Yang ditanyapun hanya senyum saja, bukan senyum kaku kali ini.

"Aku tidak apa-apa denganya salad, ya walaupun aku belum mencintainya si. Apa kau cemburu?" Sumire malah terkekeh menggoda nya lagi.

"Astaga! Bisa tolong hentikan menggoda dengan itu? Itu membuatku seolah-olah sedang mencemburui kawaki tahu! Kau dan boruto sama saja!" Gerutunya sambil menusukan sumpitnya ke telor gulung miliknya.

"Daripada membahas itu, hubunganmu dengan Mitsuki bagaimana?"

"Oh, Mitsuki ya? Ya tidak gimana-gimana" sarada malah menatap kotak bekalnya yang kosong.

"Padahalku pikir berterus terang akan membuatnya menyerah" sumire mengelus-elus punggung sarada agar memberi energi tambahan untuknya.

"Ya memang tidak salah sih sumire, aku memang berterus terang bahwa aku tidak suka padanya. Hanya saja, anak itu lebih keras kepala seperti yang terlihat" sarada menghembus napas lelah.

"Memangnya tipe laki-laki idamanmu seperti apa?" Tanya sumire.

Sarada tampak berpikir.

"Yang pasti yang tidak berisik dan manja" katanya santai.

"Haha, kan benar. Itu kawaki-kun sekali" kekehnya.

"Sudah ku bilang bukan" sarada menatap sumire dengan senyum kaku menghiasi wajahnya.

.
.
.
.
To be continued.

Nothin On Me [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang