09. bolehkah aku berharap

1.2K 111 5
                                    

Masih di pikirkan, Loka sudah datang dan berusaha menenangkan anaknya itu yang sangat sangat manja seperti anak 5 tahun.

"Apa karena umurnya masih 15 tahun ya" batin Jano.

"Jano sini nak" Loka melambaikan tangannya menyuruh Jano untuk mendekat.

Jano mengangguk kecil, dia berjalan dan duduk di samping Zenan, tangan Loka mengusap lembut kepala Jano.

"Makasih ya sekali lagi udah bantu Zenan"

"Jano juga gk mungkin biarin Zenan gitu aja tante" jawab Jano.

"Anak baik" Loka menarik gemas pipi Jano, sedangkan Jano hanya bisa tersenyum menunjukkan eye smile nya.

"Permisi"

Mereka bertiga langsung menatap kearah pintu, ada seorang suster yang tiba tiba membuka pintu ruangan Zenan.

"Dokter ingin bertemu orang tua Zenan" ucapnya.

"Ah iya, tante pergi dulu jano tolong jaga Zenan sebentar ya" setelah Loka berpesan seperti itu, di langsung pergi bersama sang suster.

Jika bertanya dimana Chen, dia sudah pulang lebih awal sebelum kedatangan Loka datang, itu karena dia dicari oleh orang tuanya.

"Zen, lo tau gk tadi lo pinsan langsung ditolong siapa?" Tanya Jano menatap Zenan penuh arti.

"Emmm.....ehhh?!" Pekik Zenan, dia langsung membulatkan matanya terkejut dengan menunjuk dirinya.

"Iya Nana"

"Aaa anuuu emm, sorry gue gk itu mak -"

"Suthh gue gk papa, bahkan gue jadi ngomong lagi sama Nana, dia aja bantuin gue pas bawa lo" Jano memotong ucapan Zenan, dia juga menaruh jari telunjuknya di bibir Zenan menyuruhnya untuk diam.

"Maaf kalo ngerepotin terus" ucap Zenan menunduk gelisah.

"Kok sedih, ini kek bukan lo aja deh" hanya ingin suasana tidak terlalu canggung, Jano mencoba untuk membuat Zenan tidak merasa bersalah seperti ini.

"Ya lagian, karena gue kan lo gk bisa pulang sama bang Riyan" ucap Zenan.

"Iya gk perlu nyal...hah?! Siapa yang mau pulang bareng Riyan?" Tanya Jano terkejut, mengapa jadi membahas Riyan.

Zenan menaikan pandangannya, dia tiba tiba menutupi mulutnya dengan satu tangannya dan memalingkan wajahnya kikuk.

"Zen? Bisa lo jawab gue?" Tanya Jano, dia menjadi curiga kepada Zenan.

"Anuu emmm itu kan emmm"

"Tadi lo tiba tiba bilang lo mau libur belajar, apa ada hubungannya sama itu?" Tanya Jano mencoba menekan Zenan untuk jujur.

"Eeee emmm ituu bang, bang Jano kan" Zenan benar bener terlihat tidak bisa berbohong saat didepan Jano.

"Apa?" Tutur Jano lembut, dia mengusap usap pucuk rambut Zenan dengan sangat pelan. Namun tiba tiba Zenan mencekal tangan Jano, dia menatap Jano.

"Tadi bang Riyan bilang, katanya ada orang tua dia yang pulang dan mau ngajak bang Jano makan di rumahnya, jadi dia ijin ke Enan buat pinjem bang Jano sehari aja" ucap Zenan.

"Jadi gitu ya, terus Zenan jadi bohong gitu tadi?" Tanya Jano.

"Iya karena bingung mau alesan gimana, tapi kan Enan beneran sakit? Jadi bang Jano sekarang bisa pergi karena ada ortu bang Riyan" ucap Zenan.

"Kalo gk mau?" Jawab enteng Jano, ah dia juga merasa gemas karena Zenan langsung berubah.

"Gk kasian sama ortu bang Riyan?" Tanya Zenan tak percaya dengan jawaban Jano.

suddenly comfortable | nosung [ End ] RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang