08. dia berbohong.

1.1K 121 9
                                    

Jano hari ini sedang duduk sembari menatap Hafarell dan Marka yang sedang berbincang dengan seseorang, pikirannya juga fokus pada kejadian tadi.

Dimana Riyan meminta maaf pada Jano karena dia menjadi sahabat yang posesif, tentu Jano memaafkannya. Akan tetapi, Jano jadi memikirkan sesuatu karena sikap aneh Riyan.

"Gk mungkin kan Riyan suka gue, kalo dari tatapan matanya itu kaya keliatan, tapikan Nana masih gamon ke Riyan, apa gk kasian nana kalo Riyan beneran suka gue" batin Jano.

Dia beranjak dari duduknya memilih untuk pergi ke toilet dan membasuh mukanya sedikit akibat keringat yang membuat dirinya panas. Memang saat ini dia berada di lapangan habis pemanasan, namun itu tertunda karena ada anak basket dari team lain yang bertanya pada marka.

Jano berjalan sendirian dengan pikiran yang masih sibuk beradu di dalam otaknya, hingga dia membuka pintu toilet.

Jano sedikit terkejut saat melihat Zenan yang sedang duduk diwastafell, dia terlihat melamun sehingga kedatangan Jano saja tidak dia sadari.

"Ekhemm"

Jano berdehem pelan, Zenan mengalihkan pandangannya menatap Jano dengan tatapan yang susah di artikan, setelah itu dia memalingkan pandanganya kembali.

Hanya sekilas, Zenan melirik Jano benar benar hanya sekilas. Tapi tiba tiba, dia menatap Jano kembali dengan reaksi wajah terkejut, matanya itu membulat.

"B—ba-bang Jano lo ngapain disini" Zenan memekik kaget dan ucapannya sampai terbata, ternyata dia baru sadar itu Jano.

"Yang harusnya nanya itu gue, kenapa lo ngelamun disini" karena melihat reaksi terkejut dari Zenan, Jano jadi merasa ingin sedikit menjahilinya.

Jano berjalan kearah Zenan lalu mendekat dan mengukung Zenan begitu saja, membuat Zenan bingung dan gugup.

"Ehh—emm bang, emm lo deket banget dari gue" gugup Zenan mencoba memundurkan tubuhnya meski dibelakangnya itu kaca.

Jano memundurkan kepalanya dari Zenan, tapi tangannya masih mengunci pergerakan Zenan membuat Zenan mematung tegang melihat Jano yang seperti ini.

"Bang Jano, nanti gue gk bisa belajar karena ada urusan sama bunda" ucap Zenan tiba tiba.

"Gue yang ijin ke tante Loka gimana, mumpung gue juga punya no tante Loka kan" ucap Jano.

Memang dia waktu itu sempat dimintai kontak nomornya oleh orang tua Zenan, hanya untuk berjaga jaga jika Zenan ini susah di atur katanya.

"Ah emmm, anuu —"

"Oo bohong kan Zen, lo kenapa?" Tanya jano dia mendekatkan kembali wajahnya kearah Zenan.

"Gk kok gk" Zenan menggelengkan kepalanya dengan cepat, bahkan dia sampai mundur mundur takut dengan Jano.

Jano sendiri tidak tau mengapa dia seperti ini, apalagi saat tau Zenan berbohong dengannya dia sedikit kesal, seperti seseorang yang tidak di anggap.

"Lo gk boleh bohong loh Zen, gue gk suka lo bohong gini dan bawa bawa tante loka" jawab Jano menggunakan nada tidak sukanya.

"emm maaf, tapi hari ini gue lagi kurang enak badan" zenan menunduk takut.

Jano mengangkat satu tangannya menaruh punggung tangan itu dikening zenan, seketika jano menjadi khawatir karena itu memang sedikit hangat.

"Pulang aja ya, gue anterin" ucap Jano khawatir menatap Zenan sendu.

"Gk perlu, gue masih bisa setengah hari lagi" jawab Zenan, dia menarik tangan Jano yang masih berada di keningnya menjauh.

"Gk usah ngeyel, nanti sakitnya makin parah loh" ucap Jano kembali.

suddenly comfortable | nosung [ End ] RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang