07. Yudinata di Mata Cindy.

11 3 1
                                    

happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...happy reading...

***

Cindy dan teman-teman kelas lainnya tengah sibuk membersihkan ruang kelas mereka, memenuhi titah dari kepala sekolah. Sebab, sebentar lagi mereka akan meninggalkan kelas lama itu dan pindah ke kelas baru.

Peluh keringat membasahi dahi mereka yang tak kenal lelah bergotong royong. Walaupun lelah, semuanya terasa menyenangkan karena dilakukan bersama-sama. Beberapa siswa bertugas di dalam kelas, untuk menyapu dan mengepel. Sebagian ada di luar membersihkan jendela dan menyiram tanaman depan kelas.

Masing-masing kelas memiliki sepetak kebun berisi tanaman di depannya, terlihat begitu asri ketika langit mulai menumpahkan airnya yang membendung kepada bumi.

Salah satu siswa di luar berteriak. Memanggil seseorang untuk membantu dirinya dan yang lain. “Satu orang tolong dong bantu bersihin pintunya, bantu Asep! “ teriak Irwan.

Siswa yang ada di dalam kelas saling pandang, melihat satu sama lain yang tidak memiliki kerjaan atau kerjaannya telah selesai. Beberapa saat kemudian, Cindy lah yang ditunjuknya.

Gadis itu menurut saja, karena ia juga bosan sejak tadi duduk karena pekerjaannya telah usai. Ia mengambil kanebo sekalian dengan ember yang ada di dekat Hanan. Cowok itu sibuk menyiram tanaman.

“Wiuh, rajin begeta bapak Hanan yang terhormat. Nggak mau sekalian mandi, Nan? Lumayan, seger, “ candaannya lolos begitu saja saat melihat wajah tertekuk Hanan.

“Diem lo, gue terpaksa, “ sebalnya. Jika bukan karena di paksa wali kelas, ia mana mau.

Cindy tertawa, sambil membawa ember berisi air dan kanebo. Mulai mengelap pintu yang berdebu dan kotor. Sesekali melihat ke arah kanan, di mana banyak juga teman kelas lainnya yang bersih-bersih, termasuk kelas Yudinata.

Sesekali pula ia melihat ke arah Altof yang sibuk dengan meja yang di coret oleh cat akrilik, bergambarkan karakter doraemon. Ia semakin ingin tertawa melihat wajah kesal cowok itu.

“Bersihinnya yang ikhlas dong, kan lo yang punya ulah, Tof!” seru Cindy sedikit mengejek dari kejauhan.

Altof menatapnya tajam. Memang ia yang melukis karakter doraemon itu dengan cat akrilik. Oleh karena itu wali kelas dan pegawai TU memarahinya dan mendesaknya untuk mengembalikan mejanya menjadi bersih lagi.

Memang teman-temannya ada-ada saja, belum lagi ulah Jian yang mencoret tembok, sama seperti Altof, menggunakan cat akrilik juga.

“Bandel lagian, lain kali lukis di baju lo aja, Tof. “

“Cot, bacot bacot. Diem deh lo ya, gue suruh Hanan nyiram lo biar tau rasa, “ ancamnya tak sedikit pun membuat Cindy takut.

Datanglah Lain Hari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang